32

62.7K 3.4K 63
                                    

Zalina terbangun dan dia merasa tubuhnya terikat benar saja ketika ia menatap ke arah bawah ia sedang terikat di sebuah kursi hitam. Kedua tangan Zalina terikat di belakang kursi yang ia duduki. Bersyukur mata dan mulutnya tidak ikut ditutup.

Ia diculik dan di tempatkan di sebuah ruangan aneh. Di depan Zalina terdapat sesuatu berbentuk peti namun ditutupi kain hitam, Zalina berada di tengah ruangan dan ia dikelilingi rak rak yang berisi berbagai macam anggota tubuh manusia yang mengapung di dalam toples kaca membuatnya menahan mual.

Ia tidak tahu siapa yang menculiknya, jika dalam kondisi biasa mungkin Zalina tidak akan terlalu panik namun tidak dengan kondisinya yang sekarang! Dia sedang hamil! Ada nyawa lainnya yang berada didalam bahaya saat ini. Zalina harus segera keluar dari tempat ini meskipun ia tidak yakin apakah dia bisa lolos.

Zalina mencoba melepaskan ikatan di tangannya dan sialnya ikatan itu begitu kencang hingga pergelangan tangannya terasa perih. Terdengar suara langkah kaki membuat jantung Zalina berpacu dengan cepat. Ia menatap satu satunya pintu ber cat merah itu terbuka dengan perlahan. Zalina dan isnting bertahan hidup ia memutuskan untuk pura pura tidak sadarkan diri.

Bunyi daun pintu yang tertutup secara perlahan membuat Zalina semakin waspada dan menajamkan pendengarannya. Langkah kaki ringan namun cepat seperti seseorang yang berlari mendekat.

"Mbak...mbak bangun mbak" suara itu suara yang sangat Zalina kenal, suara yang sering ia hubungi melalui sambungan telpon dan itu suara Maya! Zalina membuka matanya dan itu benar benar Maya

"Maya? Kamu diculik juga? Kenapa bisa ada disini?" Zalina kaget

"Ceritanya panjang mbak...yang paling penting saat ini adalah keselamatan mbak Zalina." Maya membawa pisau kecil yang ia sembunyikan dibalik dress selututnya lalu memotong tali yang mengikat pergelangan kaki Zalina

"Maya...kamu tahu siapa dibalik penculikan ini?" Maya tidak menjawab pertanyaan Zalina dan matanya berkaca kaca

"Nanti mbak keluar langsung ke lift ya! Terus nanti mbak akan sampai di ruangan baca. Mbak harus berhati hati jangan sampai 'dia' menemukan mbak! Please mbak aku mohon...mbak harus selamat! Aku nggak mau hidup dalam penyesalan."

"Maksud kamu apa Maya? Kenapa cuma mbak yang keluar dari tempat ini? Kamu juga harus keluar bersama mbak! Dan kalau 'dia' memang berbahaya, mbak nggak mungkin meninggalkan kamu disini!"

"Maya nggak papa mbak...Maya nggak papa." Maya baru berhasil membebaskan kaki Zalina dan kini ia berada di belakang Zalina untuk memotong tali di pergelangan tangan Zalina.

Suara pintu yang terbuka membuat Zalina dan Maya berdiam kaku. Sosok tinggi dengan pakaian serba hitam itu tertawa dengan kencang dan memutar mutarkan pistol di tangan kanannya.

Zalina tidak bisa melihat wajah sosok itu karena ditutupi topeng yang hanya memperlihatkan mata, hidung dan juga mulut. Sosok itu bersandar pada peti yang tertutup kain hitam. Dia melambaikan tangannya pada Maya dan mau tidak mau Maya menghampiri sosok itu.

"Jangan sentuh Maya! Bedebah sialan!" Ancam Zalina

"Hahahahaha...aku sudah menyentuh seluruh tubuhnya jadi kamu tidak perlu memarahiku. Jalang kecil ini yang meyerahkan dirinya untuk disantap oleh serigala lapar!" Sosok itu membuka topeng yang memperlihatkan seluruh wajahnya.

Nafas Zalina seakan tercekat di tenggorokan. Dunia nya seakan terbalik melihat sosok itu. Sosok yang selama ini berada dekat dengannya. Sosok yang ia percayai. Sosok yang selalu menolongnya. Kenapa? Kenapa takdir begitu mempermainkannya?

"Kau!" Geram Zalina

"Ya...Zalina...inilah aku yang sebenarnya! Kenapa? Takut?" Sosok itu berubah menjadi datar

Maya yang berdiri di samping pria itu terdiam kaku dan ia merasa bersalah pada Zalina. Sosok itu memeluk Maya dari belakang dan menumpukan dagunya di pundak Maya.

"Jalang kecil yang nakal! Menggunakan akses yang ku berikan untuk membebaskan buruan yang aku tangkap dengan susah payah! Apa hukuman mu selama ini belum cukup? Sekarang kelinci lugu menggigit tuan yang memberinya wortel?" Sosok itu berbicara tepat di telinga Maya dan Zalina pun dapat mendengarkannya.

"Hetikan! Bebaskan Zalina...biarkan aku yang menggantikannya!" Ujar Maya membuat sosok itu tertawa nyaring

"Kau? Menggantikannya? Apa kau bodoh! Kau pikir kau pantas! Kau hanyalah jalang kecil yang tidak berguna!" Sosok itu membalik tubuh Maya dan mencekram pipi Maya lalu menamparnya kuat hingga Maya terjatuh pingsan di lantai.

"Kau dengar apa katanya? Jalang itu ingin menggantikanmu! Betapa tidak tahu diri dia! Kau lihat ini!" Pria itu menendang tubuh Maya agar menepi dari jalannya lalu ia berputar mengelilingi peti.

"Knok...knok...knok...Zalina...kau di dalam sana?" Pria itu menempelkan kupingnya pada peti lalu mengetuknya dan yang membuat Zalina bingung adalah kenapa pria itu memanggil namanya?

"Bingung ya? Kenapa aku memanggil namamu? Karena di dalam ada peti kaca ini ada Zalina ku!" Dalam sekali tarik kain hitam itu tersibak memperlihatkan sesuatu yang menyeramkan.

Zalina melihat benda di dalam peti itu seperti sesuatu yang dijahit membentuk tubuh manusia namun terlihat mengerikan! Ini gila! Pria itu psikopat gila...pria itu sakit jiwa! Kenapa Zalina tidak menyadari bahwa selama ini psikopat itu berada sangat dekat dengannya!

"Say hi pada Zalinaku! Dia memang terlihat belum sempurna tapi aku sudah tidak membutuhkannya karena aku...sudah menangkap Zalina yang asli hahahahaha...bukan kah aku begitu hebat? Sayang sekali aku harus menculikmu secara paksa...jika saja kau menerima lamaranku aku tentunya akan dengan senang hati menjadi tour guide pribadimu mengelilingi ruangan ini dan menunjukkan mahakarya dan cerita yang ada di baliknya. Tapi kau menolak ku! Bertahun tahun aku menunggumu! Berharap kau akan mencintaiku! Bertahun tahun aku menyingkirkan orang orang yang berniat merebutmu dariku!" Pria itu menembakkan pelurunya memecahkan toples toples kaca hingga pecah dan isi di dalamnya berhamburan

Zalina diam tidak berani bergerak hanya air matanya saja yang mengalir takut, ia takut peluru itu bukanlah bersarang pada toples tetapi bersarang pada perutnya.

"Bertahun tahun aku berada di sisimu tapi kau tidak pernah menganggapku ada! Dan delapan bulan yang lalu kau begitu sulit untuk di dekati! Ternyata kau menghianatiku! Kau menghianati cintaku yang tulus padamu! Dan kau berani beraninya mengandung benih bajingan lain! Seharusnya benih ku yang berada disana! Aku menyesal menjagamu tetap perawan hingga pernikahan kita nanti tapi apa? Tahu begitu harusnya dari dulu aku menculikmu lalu memperkosamu hingga kau mengandung bayiku! Sialan kau sialan! Wanita jalang yang tidak tahu berterimakasih" pria itu masih menembakkan pelurunya bahkan ketika pistolnya kehabisan amunisi ia merogoh saku nya dan mengeluarkan amunisi yang baru.

Zalina terdiam mendengar pengakuan pria itu, ia masih menyembunyikan pisau kecil yang di berikan maya di tangannya yang masih terikat. Ia khawatir dengan Maya semoga saja dia tidak apa apa. Zalina menegang saat pria itu mendekat padanya lalu mengarahkan pistol tepat di perutnya

"Kumohon jangan..." tangis Zalina pecah saat itu juga.

Ia akan memberikan apapun asal putrinya selamat
Ia mohon
Apapun
Tolong jangan bayi nya

Ia menyesal mengabaikan peringatan Fanila untuk tidak terlalu dekat pada pria itu. Zalina menyesal pernah mengenalnya dulu. Zalina menyesal atas semuanya dan memang penyesalan selalu datang di akhir.

***
Jumat, 11 september 2020

My Baby [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang