Zalina sama sekali tidak bisa tidur. Berkali kali ia merubah posisi tidurnya namun perasaan nya tetap gelisah. Ia menginginkan yougurt yang dulu sering ia minta dari Rafael, ternyata kebiasannya menginginkan makanan di tengah malam belum berubah dan ia tidak akan bisa tidur jika belum mendapatkan apa yang ia inginkan.
Zalina merasa kesedihan yang dalam ia mencoba menahan keinginannya. Berbagai cara ia lakukan agar keinginan itu terlupa bahkan suara tangisannya ia redam dengan menangis dibalik bantal. Masa bodoh kalau nanti bantal putih itu berbekas membentuk pulau juga cairan dari hidungnya yang menempel.
"Besok aja y baby? Tapi pengen banget ya? Gimana dong?" Zalina duduk sambil mengelus perutnya mencoba bernegosiasi dengan baby agar menunda hingga besok namun ia rasa percuma karena keinginannya justru bertambah besar
Zalina melihat hp nya lalu melihat kontak Rafael namun ragu untuk menekan tombol dial.
Bukankah ia terlihat seperti menjilat ludahnya sendiri? Belum terhitung hari ia mendeklarasikan bahwa ia tidak akan pernah meminta sesuatu ataupun menelpon pria itu? Namun lihatlah betapa menjijikkannya ia sekarang! Rambut yang belum dikeramas, wajah sembab, mata yang terlihat seperti dicium lebah, oh betapa menyedihkannya ia saat ini!Kesimpulannya adalah jangan memutuskan sesuatu ketika amarahmu masih mendidih
Tunggulah hingga akal sehatmu kembali meski itu hanya 1% dari 99%
Setidaknya kau tidak akan menyesali kalimat yang kau ucapkan
-Zalina"Masa bodoh dengan harga diri! Huh apa itu harga diri? Karena milikku sudah kubuang ke lautan dalam! Sabar baby akan kita buat repot Daddy mu! Salah sendiri kenapa ia menabur benih sembarangan dan ia harus bertanggung jawab!" Ujar Zalina menggebu gebu
Zalina menelpon Rafael dengan harap harap cemas takut priz itu telah berkelana di alam mimpi sedangkan ia di rumah sakit gelisah tidak bisa tidur.
"Apa terjadi sesuatu? Kamu baik baik saja kan?" Tanya Rafael khawatir mendengar nada khawatir seketika membuat Zalina kembali menangis padahal ia berniat marah dan bila perlu ia akan memaki pria itu habis habisan. Sepertinya ucapan bahwa perkataan wanita lain di mulut dan lain di hari itu benar.
"Hua...kamu jahat...huaaaaa...ini...semua...gara gara kamu..." Zalina menangis kencang membuat Rafael sangat khawatir
"Hei...jangan menangis...iya ini salahku, katakan apa ada yang menyakitimu? Apa kau merasa sakit? Kemana dokter dan suster disana apa mereka tidak bisa berkerja? Dasar bodyguard tidak berguna akan kuberi pelajaran nanti!" Rafael menanyakan pertanyaan beruntun hingga Zalina bingung ingin menjawab yang mana.
"Aku...aku...menginginkan yougurt mu!" Setelah mengatakan itu Zalina langsung menutup telpon secara sepihak dan kemudian menyembunyikan wajahnya dibalik bantal
"Zalina bodoh! Kau sangat memalukan! Bisa bisanya kau menangis! Seharusnya reretan makian lah yang mulut bodohmu itu ucapkan bukannya menangis seperti bocah SD!" Sebenarnya Zalina malu tapi mau bagaimana lagi baby hanya menginginkan yougurt milik dadynya
---
Rafael sebenarnya menunggu telpon dari wanitanya namun hingga malam datang pun tidak ada satupun telpon atau pesan yang masuk, ia memang sudah meminta James mengantarkan makan malam namun mengingat kebiasaan Zalina yang selalu menginginkan sesuatu tengah malam ataupun dini hari membuat Rafael tidak tenang.Setelah hp nya berbunyi dengan id call My❤ saat itu juga ia mengangkat dan bertanya benar saja tebakannya Zalina menangis dan ternyata ia memang menginginkan yougurt meskipun sambungan telpon diputus secara sepihak tidak membuat Rafael marah.
Rafael justru merasa senang ketika direpotkan oleh Zalina karena dengan begitu ia merasa dibutuhkan oleh wanitanya dan juga baby nya. Tanpa menunggu lama langsung ia sambar jaket dan kunci mobil lalu berlari scepat menuju kulkas dan membawa satu kotak yougurt yang berisi empat psc, ia menjalankan mobil nya dengan lincah menyalip kendaraan lainnya. Jangan salah meskipun waktu akan berganti dini hari jalanan di ibu kota tidaklah lenggang namun tidak sepadat di siang hari.
Macet sedikit menghambat perjalanan Rafael namun syukurnya tidak berlangsung lama. Rafael tergesa gesa memarkirkan mobilnya dan menaiki lift, yang ia pikirkan saat ini adalah jangan sampai Zalina menunggunya terlalu lama. Ia sampai di depan kamar Zalina melihat para Bodyguard yang menunduk ketika ia datang.
Akan ia urus nanti yang terpenting saat ini adalah wanitanya dan baby nya.Rafael memutar knop pintu secara perlahan meskipun jantungnya masih berpacu cepat karena ia berlari agar segera sampai disini, dapat dilihatnya Zalina yang sedang berbaring menghadap jendela membelakangi pintu. Ternyata Zalina menyadari kedatangannya dan berbalik lalu kemudian duduk bersandar pada bantal.
"Maaf membuatmu menunggu lama...jalanan sedikit macet" ujar Rafael merasa bersalah harusnya ia bisa datang lebih cepat dari ini
"Aku tahu" jawab Zalina singkat dan Rafael tersenyum mendengar suara Zalina karena ia memang merindukan suara wanitanya secara langsung. Rafael menyiapkan meja lalu membuka satu cup yougurt bahkan membukakan segel dan mengelap sendok untuk Zalina.
"Ehm...terimakasih" ujar Zalina kaku lalu ia mulai memakan yougurtnya dan ketika yougurt menyentuh lidahnya seketika mood Zalina membaik dan binar binar dimatanya terlihat bercayaha membuat Rafael duduk di kursi menghadap Zalina tersenyum lebar melihat wanitanya bahagia.
"Aku minta maaf" ujar Rafael yang membuat Zalina mentapnya sebentar lalu mengabaikannya dan sibuk menikmati yougurt
"Boleh aku menyentuhnya?" Tanya Rafael ragu ragu sedikit membuat Zalina merasa bersalah bahkan untuk menyentuh anaknya sendiri pun pria itu harus meminta izin terlebuh dahulu yang akhirnya Zalina mengangguk mengizinkan sontak di sambut bahagia oleh Rafael.
Rafael dengan senang menyentuh permukaan perut Zalina meski masih terhalang helaian baju Zalina tapi tidak mengapa itu tidak mengurangi rasa senangnya, saat tangan Rafael menyentuh perut Zalina sedikit merasa kaget dan menegang membuat Rafael menarik tangannya kembali dan Zalina dengan cepat meraih kembali tangan Rafael dan mengarahkannya ke perutnya.
Zalina sudah menghabiskan dua cup yougurt lalu ia menyimpan cup itu di atas meja dan menyingkirkan meja itu ke samping dengan perlahan karena Rafael sedang tertidur tenang meskipun posisinya terlihat tidak nyaman. Entah dorongan darimana Zalina menyentuh wajah Rafael dari rambut hitamnya alis tebal juga hidung mancungnya yang membuat Zalina iri. Zalina membayangkan wajah baby nya akan terlihat seperti dirinya atau Daddy nya yang pasti ia ingin baby ny terlahir dengan sehat.
Sebenarnya Zalina sedang menimbang nimbang untuk berdamai dengan takdir bagaimanapun juga semuanya sudah terjadi meskipun ia sudah memaafkan bukan berarti ia bisa melupakan dengan mudah. Ia tidak ingin baby nya tumbuh tanpa figur Daddy di hidupnya. Ia ingin baby tumbuh besar dikelilingi dengan cinta dan kasih sayang. Kehilangan orangtua membuat Zalina merasakan gelapnya kesepian dan ia tidak ingin mengulang kenangan buruk itu pada anaknya nanti. Meskipun ia sadar bahwa kematian itu pasti dialami semua makhluk hidup setidaknya anaknya nanti tumbuh besar merasakan kasih sayang kedua orangtuanya.
Ia tidak perduli seperi apa hubungannya dengan Rafael nantinya terserah pria itu akan menganggapnya apa bahkan Zalina tidak masalah jika pria itu menetap disisinya hanya karena merasa bertanggung jawab. Mungkin suatu saat nanti pria itu bisa saja menemukan wanita lain dan Zalina akan mencoba tidak perduli meskipun ada rasa asing yang tidak setuju Rafael dimiliki wanita lain namun ia memperingatkan dirinya bahwa ia tidak berhak untuk itu.
Zalina membaringka tubuhnya bergabung dengan Rafael berlayar di alam mimpi.
***
Kamis, 10 september 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby [TAMAT]
RomanceSingkat cerita alur hidupnya berubah semenjak ia mendatangi pesta pernikahan sahabatnya di Inggris ***