23

70.3K 4.2K 180
                                    

Author POV

Riller terkejut dengan penuturan dokter, ia tidak pernah menduga akan terjadi secepat ini. Jujur selama ini ia mendekati Zalina hanya karena itu adalah Zalina...bukan karena ia tahu suatu saat Zalina akan mengandung benihnya dan bukan pula karena ia merasa bertanggung jawab karena telah menghamilinya.

Well...seburuk apapun Riller dan sebejat apapun dia tidak akan pernah bercocok tanam di kebun liar ataupun kebun orang, ia tentunya akan berkebun...di kebun miliknya sendiri.

Setelah menanam tentunya akan ia rawat dengan penuh kehati hatian bukan meninggalkannya begitu saja, ia tahu rasanya diabaikan, dibuang, dan di tinggalkan. Ia juga tidak akan membayar orang lain untuk mengurus benihnya. Ia tidak akan menjadi pria brengsek seperti ayahnya dulu. Riller tidak akan membiarkan anaknya bernasib sama seperti dirinya yang berada di bawah asuhan sang kakek.

Ia bangga
Kerja kerasnya malam itu berhasil
Rasa bangganya mengalahkan rasa bangga ketika memenangkan tender besar di perusahaan, ia merasa menjadi pencetak gawang profesional.

Bagaimana tidak? Dalam satu malam ia telah berhasil mengadon bayi manusia seketika senyumnya melebar mengalahkan senyum joker.

Ia hebat kan?
Jika orang jepang mampu membuat robot manusia maka Riller mampu membuat bayi manusia.

Namun senyum itu dengan cepat ia sembunyikan, Riller tidak ingin terlihat konyol di depan bocah yang bahkan tidak cocok untuk dijadikan saingannya, siapa lagi kalau bukan pria gelap.

"siapa bajingan itu?" Radit bertanya dengan nada rendah namun berat miliknya, wajahnya memerah, rahangnya mengeras. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya hingga baku jari jarinya memutih.

"aku tidak tahu" Zalina mengusap bekas air mata di pipinya, ia mengatakan sejujurnya pada Radit. Jangankan namanya...wajahnya pun Zalina tidak ingat, satu satunya bukti foto pria itu sudah menghilang bersamaan ketika hp nya terlindas mobil.

"KATAKAN PADAKU SIAPA BAJINGAN ITU!"

"I don't know! How many time do i have to tell you? I don't know...i don't know who this baby's father is..." Zalina terisak isak menjawab pertanyaan Radit, Zalina tidak bisa dibentak apalagi sekarang ia sedang hamil tentunya hormone come first and logic come second.

Riller menahan emosi nya agar tidak meledak di depan Zalinanya dan siapa bocah sialan ini...dia pikir dia siapa hingga berani membentak wanitanya, ia bahkan tidak berani membentak Zalina.

"tidak tahu? Kau tidak tahu siapa ayahnya? Kalau begitu aku ganti pertanyaannya...sudah berapa banyak pria yang mencicipi tubuh mu?HAH!!! JAWAB AKU!!! KAU MENOLAK SETIAP KALI AKU MENYENTUHMU DAN BERLAGAK SEPERTI WANITA SUCI!!! TAPI LIHAT SEKARANG...KAU HAMIL TANPA TAHU SIAPA AYAHNYA!!!..."

"STOP IT JERK...I SAID STOP IT!!!" Riller sudah berada di ambang jurang kesabarannya, ia mencekram kerah kemeja Radit dan membentak di depan wajah Radit

"Who do you think you are man?" balas Radit

"it's should be me...saying that words to you black human! You wanna khow who's the father baby? It's ME...I AM THE FATHER OF THE BABY, SO SHUT YOUR FUCKING MOUTH AND GET OUT OF HERE!" Riller menekankan bahwa ia adalah ayah dari bayi yang di kandung oleh Zalina

Radit tidak terima akan ancaman pria kaukasia yang menarik kerahnya, Radit menghantamkan tinju nya ke wajah Riller. Riller pun tidak mau kalah hingga terjadilah baku hantam antara keduanya.

Zalina merasa ngeri dengan pemandangan di depannya, ia takut mendengar suara baku hantam.
Zalina merasa pasokan udara di ruangan ini seakan menipis, dengan sisa sisa tenaganya ia menyuarakan isi hatinya...ia lelah.

"STOP IT! I SAID STOP IT...BOTH OF YOU!"

Teriakan suara serak Zalina menyadarkan keduanya dan baku hantam itu pun terhenti meski begitu aura hitam masih mengerubungi keduanya.

"jadi benar? Pria kaukasia ini bajingan itu? Bajingan yang telah menodaimu?" tanya Radit dengan menggebu gebu

"it's none of your businness!" jawab Zalina

"it's none of my businness? Really?"

"yeah...we just Friend...aren't we?"

"jadi bagimu...selama ini aku cuma teman? FINE!" Radit tertawa, jadi selama ini perlakuan special yang ia berikan pada Zalina hanya dianggap teman? Radit berbalik meninju tembok lalu keluar dari kamar Zalina. Hempasan pintu yang tertutup semakin membuat kondisi Zalina kembali drop, Zalina kembali terisak.

Riller mencoba mendekati Zalina
"berhenti...kenapa? Kenapa kamu mengaku kalau ini bayimu?"

"karena itu memang bayiku!" jawab Riller

"kamu bisa membohongi Radit, tapi kamu tidak bisa membohongiku. Bagaimana bisa inj bayimu?" Zalina tidak percaya dengan pengakuan Riller

"lihat ini..." Riller melepaskan kacamatanya disusul dengan melepas wig nya.

Zalina terkejut, meskipun ia tidak mengingat jelas wajah pria itu namun ketika melihat Riller dengan tampilannya yang asli membuat Zalina yakin bahwa pernyataan Riller bukanlah kebohongan.

"kamu! Kamu pria itu! Bagaimana bisa kamu...jadi selama ini kamu mendekatiku dalam identitas palsu! Katakan niatmu yang sebenarnya, untuk apa kamu mendekatiku selama ini?" tidak ada kesedihan di diri Zalina saat ini yang tersisa hanyalah amarah, ia merasa dibohongi.

"Aku tahu ini terdengar gila dan tidak masuk akal...Entahlah aku hanya ingin merasa dekat denganmu" Riller mengatakan dengan gamblang karena ia pun sebenarnya bingung, ia tidak tahu alasan mengapa ia mendekati Zalina.

Zalina merasa tidak puas dengan jawaban Riller, apakah pria di depannya ini mendekatinya karena rasa tanggungjawab terhadap benihnya? Ya...pria itu pasti merasa terikat dengan tanggung jawab selain itu tidak ada alasan lainnya yang terpikirkan oleh Zalina.

Jika bukan karena bayinya lalu atas dasar apa lagi? Entahlah Zalina tidak ingin menerka nerka tentang pria itu.

Ia teringat dengan kebersamaannya dengan pria itu, bisa bisanya ia bersenang senang dengan pria bajingan yang merengggut kesuciannya.

Rasa benci,marah,kesal,kecewa seakan membludak di dadanya ia merasakan sesak, kenapa takdir mempermainkannya seperti ini? Sudah terlalu banyak yang direnggut darinya. Tidak bisakah ia hidup dengan tenang? Tidak bisakah ia hidup dengan damai?

"pergi...silahkan pergi dari ruangan ini...aku...tidak butuh belas kasihmu!" Zalina membaringkan dirinya di ranjang rumah sakit membelakangi pintu dan mencoba menutup matanya berharap hari ini hanyalah sebagian dari ribuan mimpi buruknya. Ah setidaknya ada satu kebaikan hari ini, Zalina mengelus perutnya. Ia harus kuat, sekarang ia tidak sendirian akan ada yang menemaninya...bayi nya.

Riller atau Rafael Riller
Keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan perlahan, di luar pintu Rafael menelpon James.

"halo...pak tua aku butuh bantuanmu, siapkan mobil dan kirim enam bodyguard ke 'Rumah Sakit Kasih Sayang'." Rafael menutup telponnya dan berjalan menuju tempat administrasi.

Sedangkan tanpa ada yang menyadari  ada sesosok pria yang menguping di balik tembok kamar Zalina, lalu berlalu pergi dari sana.

***
Jumat, 21 Agustus 2020

Gimana nih, agak telat sih up nya bahkan beberapa menit lagi akan berganti hari 😌

So ini sesajen untuk readers yang bilang part kemaren kurang asiqui karena reaksi Rafael sama Radit nggak ada.

Semoga sesajen kali ini cukup sampai jumat depan😘

Ayo di vote jangan jadi silent reader ya😑

Vote+comment=❤❤❤❤❤

Btw My baby nggak ada part yang vote nya tembus 1k
Paling banter 400an /500an
Padahal yang baca bisa sampe ribuan
Itu sisa nya pada kemana? Hellow 🤔


My Baby [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang