Author POV
Zalina merasa bosan meskipun kamar yang ia tempati tergolong luas dan mewah tetap saja mau harga kamar semahal apapun jika tidak menyukainya ya percuma.
Sarapan sudah ada dari tadi namun belum di sentuh sama sekali. Zalina melirik kertas tadi yang ia simpan di samping makanan, kertas yang mengingatkannya untuk tidak melewatkan makan karena bukan hanya ia yang butuh makan namun bayinya juga butuh makan.
Zalina menegakkan kasurnya lalu menarik meja yang berisi makanan diatasnya. Ia melihat semangkuk bubur putih semangkuk sop ayam dan makanan pendamping lainnya juga air putih.
Melihat bubur pucat itu sama sekali tidak membangkitkan selera makan Zalina, ia mengaduk aduk bubur dengan lama berharap bubur dapat berubah menjadi nasi padang hingga hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk.
Zalina memasukkan sesendok bubur ke mulutnya dengan enggan, bubur itu telah berada di dalam mulutnya namun ia tidak bisa menelannya. Zalina merasa perutnya seakan bergejolak diikuti rasa mual yang ia sendiri tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Zalina menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan lalu menuruni ranjang dan berlari menuju kamar mandi.
"huueekk...hueekk...ueekk" rasa mual yang Zalina rasakan benar benar tidak enak seakan seluruh isi lambungnya terpaksa keluar, tubuhnya melemas kepalanya juga pusing.
Zalina masih muntah meski tidak ada lagi yang dapat ia muntahkan, ia merasakan muntahnya yang semakin asam dan perutnya sakit.
Hingga usapan di tengkuk dan punggungnya membuat Zalina sedikit merasa lebih baik dan ia tahu siapa yang melakukan itu.
"Kamu baik baik saja? Ingin aku panggilkan dokter?" tanya Rafael khawatir
Tidak ada jawaban dari Zalina karena jujur saja ia terlalu lemas untuk berbicara.
Zalina membasuh wajahnya dengan air juga kumur kumur demi menghilangkan hawa muntah dari mulutnya. Rafael menyerahkan handuk kecil untuk mengusap wajah Zalina yang basah namun Zalina tidak mengambilnya dan memilih membiarkan tetesan air di wajahnya.
Rafael meletakkan handuk itu dan mengikuti Zalina yang melangkah menuju kasurnya. Zalina melihat bungkusan makanan yang berada di meja nya namun memilih membaringkan tubuhnya dan menutup mata.
"Aku membelikanmu makanan karena kupikir kamu tidak akan menyukai makanan rumah sakit.
Makanlah meski sedikit, jika makanan ini tidak sesuai dengan lidahmu tidak perlu dipaksakan.Jika kamu merasa mual segera telpon aku atau panggil suster...Aku keluar" Zalina merasakan kecupan di pelipisnya kemudian disusul suara pintu yang tertutup.
Zalina membuka matanya dan mengusap dimana Rafael mengecupnya seketika perasaan menghangat menelusup ke rongga dadanya.
Zalina duduk dan membuka bungkus yang ternyata adalah Nasi padang sama seperti yang ia inginkan bahkan harum nasi padang itu sudah membuat Zalina bahagia dan mood nya semakin membaik.
Zalina mengelap kedua tangannya dengan tissue basah dan memulai acara makannya, awalnya ia takut akan memuntahkan lagi makanan yang masuk ke dalan mulutnya tetapi sungguh ajaib setelah suapan pertama ia sama sekali tidak merasakan mual.
Nasi padang itu terasa sangat enak dan cocok dilidahnya, Zalina menikmati setiap suapan bahkan ia terkadang mengelus perutnya refleks.
Sama sekali tidak ada penolakan ataupun rasa mual dan ia rasa bayinya juga menyukai nasi padang.Suapan terakhir telah ia santap bahkan seluruh nasi padang tersapu bersih tanpa ada satupun yang tersisa. Zalina melangkah menuruni ranjang ke arah kamar mandi mencuci mulutnya lalu mengambil bungkus nasi padang lalu membuangnya ketempat sampah.
Zalina menyingkirkan meja makan ke tepi menjauhi ranjang. Ia sekarang merasa ngantuk dan matanya terasa sangat berat tetapi ia tidak mau langsung tidur setelah makan karena itu adalah kebiasaan yang buruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby [TAMAT]
RomanceSingkat cerita alur hidupnya berubah semenjak ia mendatangi pesta pernikahan sahabatnya di Inggris ***