Zalina terbangun pukul 6.27 matanya mengerjap bingung kenapa ia bisa berada di kamar padahal seingatnya semalam ia masih berada di meja makan tetapi Zalina tidak ambil pusing dan memilih untuk mandi dan bersiap menuju restoran.
Zalina sudah berhenti menggunakan celana Levis maupun celana yang terlalu ketat, sekarang dia mengenakan celana longgar yang sewaktu waktu dapat ia lepaskan kancing nya meskipun tentunya ia lakukan secara sembunyi sembunyi.
Perutnya membuncit namun entah kenapa ia sama sekali tidak terganggu seperti ada sesuatu yang menahannya namun ia tidak tahu apa, meskipun begitu ia tetap menuruti contohnya adalah gaya berpakaiannya yang mulai berubah padahal ia paling senang menggunakan Levis tetapi sekarang malah beralih ke kulot.
Zalina terlalu malas untuk sarapan pagi jadi ia langsung berangkat ke restaurant, saat Zalina menutup pintu bertepatan dengan Riller yang saat itu juga keluar dari unit nya.
"selamat pagi Riller" Zalina menyapa Riller lebih dulu
"selamat pagi juga...bagaimana tidurmu?" Riller balik bertanya
"nyenyak...bagaimana dengan mu?"
"tidur yang sangat nyenyak untuk yang kedua kalinya...intinya tidak pernah senyaman itu seumur hidupku" Riller menjawab dengan pesan yang tersirat di kalimatnya
"ohh oke baiklah...kamu berkerja?" Zalina memperhatikan pakaian yang tengah dikenakan oleh Riller yaitu jas berwarna biru donker serta dasi hitam.
"apa aku terlihat seperti pengangguran?" Riller tertawa
"yahhh...sedikit" Zalina pun ikut tertawa
"kamu berkerja?" Riller pura pura bertanya meskipun ia tahu dengan jelas siapa Zalina
"tidak...aku...tidak berkerja" Zalina menjawab
"lalu apa kamu seorang pengangguran?" Riller bertanya dengan nada jahil menggoda Zalina
"tentu saja bukan...maksudku aku tidak berkerja di perusahaan atau semacamnya, aku menciptakan lapangan pekerjaan...aku pemilik restoran" Zalina pun menjelaskan agar Riller tidak salah mengira bahwa ia pengangguran
"benarkah? Terdengar hebat...aku iri padamu karena aku berkerja di perusahaan"
"itu...dasi mu" Zalina menunjuk dasi Riller
"ada apa dengan dasinya?" Riller bertanya dengan bingung
"dasi mu berantakan" Zalina kembali menunjuk ke arah dasi Riller
Riller pun menggeser dasi miliknya mencoba merapikan letak dasi tersebut.
"aiss...jangan begitu...dasi nya tambah berantakan" Zalina gemas dengan Riller yang bukannya membenarkan malah menambah dasi menjadi lebih kusut dan berantakan.
"lalu aku harus bagaimana?" Riller bertanya dengan bingung
"pegang tas ku" Zalina menyerahkan tas nya untuk dipegang oleh Riller
"kamu mau apa?" meski bertanya tetapi Riller tetap menurut dan tas milik Zalina berakhir di genggamannya
"Dasar pria...sudah dewasa namun masih seperti anak anak...memasang dasi saja tidak benar"
Zalina melepaskan ikatan dasi Riller dan kembali menyimpulnya dari awal hingga bentuk dasi terlihat jauh lebih rapi dan enak dilihatJarak keduanya sangat dekat
Zalina terlalu fokus pada dasi sehingga tidak menyadari Riller yang menatap wajahnya terpana.Riller memperhatikan wajah Zalina dari dekat dan takjub dengan wanita yang sedang memasangkan dasi, kegiatan mereka sekarang sudah terlihat mirip dengan sepasang suami istri yang ingin berangkat berkerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby [TAMAT]
RomanceSingkat cerita alur hidupnya berubah semenjak ia mendatangi pesta pernikahan sahabatnya di Inggris ***