Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ali diam. Prilly diam. Perjalanan menuju kesekolah pagi ini tidak seperti biasanya. Tidak ada niat dari salah satunya untuk menyapa atau memulai perbincangan. Hanya tadi ketika Ali sampai di apartemen Prilly, Ali sempat menanyakan keadaan Mama Prilly yang dibalas gelengan karena memang Prilly sendiri tidak tahu bagaimana perkembangan Mamanya sekarang.
Memang setelah mendapat kabar kondisi Mamanya memburuk sifat Prilly sekarang cenderung lebih diam dan sering kali Ali merasa terabaikan oleh Prilly. Jelas keberubahan Prilly ini menyangkut Mamanya tetapi jika Ali, apa?
Namun kali ini mereka sama-sama diam. Seperti tak ada gairah untuk melanjutkan hidup.
Sampai disekolah Prilly sempat melirik Ali. Biasanya Ali akan turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobil untuknya. Tapi lihat sekarang, Ali hanya diam seolah menunggu Prilly segera cepat turun dari mobil.
Entahlah, mungkin Ali sedang marah karena keberubahannya beberapa hari kebelakang ini atau mungkin Ali juga ada masalah. "Kenapa?" Prilly memberanikan bertanya karena ia juga merasa ada yang aneh.
"Keluar cepet," bukannya menjawab pertanyaan Prilly justru nada bicara Ali seperti sebuah sentakan. Prilly terdiam sebentar lalu keluar dari mobil Ali tanpa melihat Ali lagi sedangkan Ali menatap Prilly dengan tatapan sulit diartikan. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan yang tertahankan.
"Altha. Coba kamu maju selesaikan soal nomor dua,"
"St st, Ali," Digo memanggil Ali dengan nada lirih takut ketauan guru. Ali melamun? Tumben, ada apa?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Altha," seru guru itu sekali lagi. Digo menatap Andra meminta penjelasan tapi balasan Andra juga sebuah angkatan bahu. Artinya Andra juga tidak tau apa yang Ali pikirkan sekarang.
