Sehun begitu panik mendapati kabar bahwa Baejin sedang sakit. Tadi pagi dia menelepon anak itu dan Yonghee mengangkat panggilan itu dan memberitahu Sehun.
Niat Sehun untuk memperbaiki hubungan mereka sudahlah bulat. Dia tak ingin anak itu hidup tanpa tahu sebenarnya. Begitu besar keinginan Sehun untuk mengambil Baejin dari tangan Minhyun, bagaimanapun caranya, dia harus mengambilnya.
Saat membuka mata, Baejin mendapati Sehun yang terduduk di tepi kasurnya dengan wajah sembabnya. Emosi anak itu meninggi melihatnya, namun dia tak bisa menggertak karena kondisinya yang lemah.
Baejin kembali menatap sekelilingnya, ini bukan kamar miliknya, bahkan bukan juga rumahnya, perbedaan interior begitu mencolok. Anak itu berdecak kesal, dia begitu yakin ini adalah rumah Sehun.
"Kamu sudah bangun, jangan bingung, ini kamar milikmu dan rumah ini adalah rumah kita. Kamu tinggal di sini ya, sama Papa."
Baejin memutar bola matanya malas mendengar perkataan Sehun barusan. "Ck, Papa," decaknya tidak suka.
Anak itu menyadari satu hal ketika dia mengelilingi kamar ini. Sehun telah mempersiapkan ini dari lama. Terlihat begitu banyak foto dirinya sedari kecil, almari pakaian yang telah dipenuhi pakaian seukuran badannya, kamar ini sudah sangat lengkap isinya.
Seorang wanita tiba-tiba masuk ke kamarnya. Dia mendekat ke arah Baejin yang tengah memansangi salah satu foto miliknya bersama bunda di tepi ranjang.
"Tahukah seberapa besar aku membencimu, Bae Jinyoung?" Baejin sontak menoleh ke arah suara.
"Aku membencimu sama dengan saat papamu membenci dirimu yang belum lahir dahulu," ucapnnya membuat Baejin paham siapa wanita itu. Wanita yang membuat papanya melepas bunda dan juga dirinya.
"Jangan memberikan wajah seperti itu. Kini aku tak bisa lagi membenci dirimu, aku sadar, tidak ada gunanya aku membencimu. Tapi di rumah ini ada satu orang yang masih teramat membencimu." Baejin menatap lekat wanita itu. "Putraku," lanjutnya.
Sungguh bukan keinginannya tinggal di sini, semuanya karena paksaan seorang Oh Sehun. Satu hari ini Sehun begitu membatasi akses Baejin untuk keluar, dirinya tak mau anak itu kabur dari dekapannya.
Rahang Baejin mengeras, tangannya memgepal kuat siap melemparkan pukulan-pukulan keras. Puluhan panggilan ayahnya terus dia tolak sedari tadi. Tak hanya ayahnya, banyak temannya juga terus menghubungi dirinya entah menelepon atau mengirim pesan.
Baejin membasahi dirinya di bawah shower yang terus mengeluarkan air. Tatapannya kosong, namun amarahnya meluap dalam dirinya. Sudah hal biasa jika dirinya jatuh, dia suka sekali menenangkan diri bersama air. Ingin rasanya dia mabuk layaknya kemarin, namun dia sadar dia tidak jago untuk minum dan akses keluarnya ditutup oleh Sehun. Keluar bertemu Sehun saja dia tidak ingin.
Terhitung satu jam dia masih berada di kamar mandi dengan shower yang setia membasahi dirinya. Saat keluar dia menyadari ketukan pintu dari seseorang yang dia yakini adalah Sehun.
Dia terkejut ketika melihat Sehun mendobrak pintunya. Baejin yang semula sudah sedikit tenang, kini amarahnya kembali memuncak melihat wajah Sehun. Spontan dia memukul keras wajah Sehun.
"Bajingan. Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Puas sudah merusak hubunganku dengan Ayah melalui berita bodohmu itu!"
Berita kebenaran bahwa Baejin bukanlah putra kandung Hwang Minhyun melain putra Sehun sudah tersebar luas. Tidak salah jika Baejin menuduh Sehun melakukannya dengan sengaja mengingat berbagai perlakuan gilanya menarik paksa dia tinggal di rumahnya.
"Baejin, dengarkan Papa dulu."
"Ck! Papa katamu? Tidak pantas kamu mendapat panggilan itu bajingan!"
Anak itu tak ingin keluar, banyak wartawan di depan rumah Sehun. Mereka cepat sekali seperti semut menemukan gula. Dia hanya bisa mengurung dirinya di kamar.
Di balik pintu kamarnya terdapat seorang lelaki yang menatapnya penuh benci. Anak itu adalah putra Sehun bersama wanita itu, Krystal.
"Bagus sekali drama hidupmu, Bae Jinyoung," gumamnya berlalu pergi.
#ANAK_ARTIS
Sehun memaksa dirinya untuk turun ke ruang makan untuk sarapan. Di sana telah duduk istri Sehun dan seorang lelaki yang dia yakini putra Sehun.
"Minhee," gumamanya lirih melihat wajah anak itu.
Dia menatap lekat Minhee, begitupun sebaliknya. Sehun memgeluarkan dehemannya yang menyadari kedua anak itu saling tatap.
"Males banget sarapan," ujar Minhee sambil mencacah sandwich didepannya dengan garpu. Krystal yang berada di sebelah Minhee pun menepuk pelan paha putranya untuk menenangkan.
Sarapan penuh canggung itu pun berakhir. Baejin segera menuju kamarnya di atas untuk meredakan emosinya. Di meja makan tinggallah Krystal dan Sehun.
"Ma, bener gak sih aku lakuin ini?"
"Aku seneng akhirnya kamu sadar bahwa anak itu perlu kamu, tapi semenjak kamu sadari itu, aku berubah benci ke kamu yang menyampingkan Minhee. Dan juga yang kamu lakukan mengirim berita ke media itu, itu caranya salah. Pa, tolong pikirin segala sisi sebelum kamu bertindak. Aku cuma gak mau dari kedua anak itu jatuhnya musuhan, cukup aku sama Irene aja yang hancur."
Mereka berdua dengan segera lari ke atas setelah mendengar teriakan dan pecahan barang dari lantai atas. Suara itu berasal dari kamar Minhee, mereka panik karena pintunya dikunci. Suara Baejin juga terdenhgar dari dalam sana semakin menambah kepanikan mereka. Sudah dipastikan mereka sedang ribut besar.
"Mati aja lo anak haram!"
"Minhee buka pintunya, Minhee mama mohon buka pintunya."
Setelah menemukan kunci cadangan, Sehun segera membuka kamar Minhee. Betapa terkejutnya mereka melihat dua anak itu sudah bersimpuh darah akibat adegan saling pukul mereka. Wajah mereka tidak bisa dibilang baik, lebam sudah memenuhi wajah dan juga perut mereka.
Sehun bersama Baejin dan Krystal menemani Minhee. Sehun merutuki dirinya dengan segala kebodohannya. Penyesalan memanglah diakhir.
%
. . . . . . . . . .#ANAK_ARTIS
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Artis
Fanfiction[Finished] Hidup dengan penuh sorotan publik sudah menjadi hal biasa bagi mereka. Minhyun seorang 'single parent' dengan satu orang anak adalah seorang artis terkenal, dia termasuk artis dengan bayaran tertinggi di Indonesia. Putra semata wayangnya...