Baejin disibukkan dengan ujian susulannya di ruang guru. Dia kembali melakukan aktivitas seperti biasanya, walaupun dia terlihat aneh, begitu juga keadaan sekitar yang menjadi asing.
Setiap akhir semester, sekolah selalu mengadakan acara sebagai hiburan. Berbagai lomba dan pentas seni dari anak-anak dihadirkan untuk melepas penat setelah ujian dan menyambut liburan.
"Julia, haruskah pakaian seperti itu?" Baejin menemui Lia yang akan menampilkan dance di acara sekolah.
"Satu grup memakai ini, sebenarnya aku juga gak mau. Aneh ya?"
"Terlalu terbuka, tidak bisa kah pakaian yang sedikit tertutup."
Saat acara dance, Baejin terus mematap Lia dan seseali melihat sekeliling yang juga ikut menatap satu grup Lia yang tengah tampil itu. Saat ini para siswa berebut tempat paling depan untuk menonton mereka. Entah menonton karena ingin melihat dance mereka atau yang lain.
Tangan Baejin ditarik oleh seseorang yang tidak lain adalah Minhee. Dia berdecak kesal, dia sedang tidak ingin terlibat ribut bersama anak itu.
Di bangku taman mereka berdua saling diam. Belum ada yang memulai percakapan. Saat melihat wajah Minhee, pikiran Baejin kesana-kemari. Anak itu tidak bisa ditebak.
Minhee menatap Baejin dengan wajah yang menahan air matanya. Baejin begitu lemah jika dihadapkan seperti itu. Pikiran Baejin semakin dikacaukan dengan memikirkan apa yang akan Minhee katakan.
"Maaf."
Satu kata itu membuat Baejin terdiam mematung. Dia masih meyakinkan dirinya apakah benar perkataan itu keluar dari mulut Minhee. Sungguh, Baejin tersentuh mendengarnya.
Dalam dirinya bertanya-tanya apakah Sehun telah memberitahukan yang sebenarnya, ataukah dia mencarinya sendiri. Bagaimanapun Baejin senang jika anak itu mengetahui kebenarannya.
Pikiran itu ditepis olehnya ketika Minhee mengeluarkan tangisnya dan melemparkan pukulan kepada dirinya. Itu begitu mengejutkan.
"Berani banget lo ketemu Papa. Lo pasti tahu gimana kelakuan bunda lo yang murahan itu!"
"Baguslah dia udah mati duluan. Tinggal nunggu anaknya yang di depan gue," lanjutnya.
Pukulan Baejin lemparkan kepada Minhee. Siapa tahan mendengar ibunya dijatuhkan seperti itu, tidak ada. Amarahnya berada di puncaknya saat ini.
"Gue kira lo udah tahu semuanya, nyatanya sama sekali enggak." Sekali lagi Baejin melayngkan pukulan kepada Minhee.
Tawa Minhee tiba-tiba pecah. Dirinya yang lebih tinggi dari Baejin, mendongakkan kepala Baejin untuk menatapnya. Tatapan Minhee saat ini sungguh merendahkan Baejin.
"Lo yang gak tahu semuanya, Bae Jinyoung." Dia meludahi pakaian Baejin dan meninggalkan Baejin yang masih terdiam dengan amarahnya.
Minhee begitu kekanak-kanakan. Ulah anak itu belum lah terhenti. Di seberang lapangan telah hadir banyak wartawan dan di situ Minhee mengatakan segala bualannya tentang Baejin dan bundanya.
Baejin yang tidak tahu apapun merasa aneh mendapat tatapan mengejutkan dari para murid dan juga cacian yang dilontarkan.
Daehwi dan Woojin yang melihat Baejin segera membawa anak itu pergi keluar. Beruntunglah saat ini tengah terdapat acara sekolah dan mereka bisa keluar masuk begitu saja.
"Sumpah ya Jin, pengen banget itu gue pites si Minhee bikin bestfriend forever gue makin gak punya senyum. Gue yakin tuh anak kalo tahu aslinya bakal malu sendiri. Bae, kenapa lo gak bilang aja sih semua omongan dia tuh ngaco ha? Samperin tuh anak maki sampe kicep mulutnya, sekalian-"
"Di rem dikit Hwi, eling hwi eling." Woojin memotong pembicaraan Daehwi yang terus berlanjut itu.
"Bener juga Bae omongan si Daehwi, lo gak mau kasih tahu yanh sebenrnya ke dia? Dia udah lebih parah nyebar ini ke media," lanjut Woojin.
"Oranh Indo orang Indo, demen banget viralin masalah tanpa peduli itu masalah pribadi yang harusnya terselesaikan secara baik dan kekeluargaan." Woojin menatap kagum omongan Daehwi. Baru kali ini dia mendengar pembicaraan Daehwi sebaik ini.
Baejin memijat pelipisnya, banyak pikiran semakin menyakiti dirinya. Dia juga ingin membalas perlakuan Minhee yang menyebar hoax ke media dengan melakukan konferensi pers. Namun terlalu kekanak-kanakan dan sama sekali tidak bijak jika diselesaikan tanpa adanya tatap mata. Dia beitu benci jika masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan kekeluargaan malah dibesar-besarkan seperti ini.
Woojin menarik ponsel dari tangan Baejin dan mematikannya. Anak itu sedarj tadi menunduk dan melamun sembari terus menatap ponsel yang terus memberikan notifikasi.
"Gue udah malu-maluin Ayah banget." Baejin menidurkan kepalanya di meja cafe dan air matanya keluar tanpa sadar.
Woojin dan Daehwi membiarkannya menangis dan meracau tentang segalanya. Anak itu terlihat begitu buruk saat ini. Tanpa sadar beberapa orang sekitar mengambil gambar mereka. Tidak disangka bahwa respon masyarakat begitu cepat. Kini mereka berlomba memberikan berita terkini tentang persoalan keluarga mereka.
%
. . . . . . . . . .#ANAK_ARTIS
Semoga feel-nya nyampe ya
Aku mau tahu dong gimana anggapan kalian sama cerita ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Artis
Fanfiction[Finished] Hidup dengan penuh sorotan publik sudah menjadi hal biasa bagi mereka. Minhyun seorang 'single parent' dengan satu orang anak adalah seorang artis terkenal, dia termasuk artis dengan bayaran tertinggi di Indonesia. Putra semata wayangnya...