Chapter 34

2.6K 83 4
                                    

"Oh, saya Billy. Billy Alfredo", ucap Billy sambil menjabat tangan mungil Sherina.

What? Billy Alfredo? Ini mimpi? Apakah aku salah dengar? Benak Sherina berkecamuk.

"Iya Sher. Aku Billy Alfredo", lanjut Billy seraya memandangi wajah bingung Sherina.

"Tunggu-tunggu? Kalian saling mengenal? Atau?--". Gibson menjadi heran akan tingkah laku dua insan aneh ini.

"Gib. Ini Sherina, sahabat lamaku. Kami pernah bekerja di satu tempat yang sama".

Panas dingin memancar di sekujur tubuh Sherina. Ia teringat akan kenangan masa lalu yang pernah ada. Ia menimbangi lagi, perlakuan seperti apa yang akan wanita ini berika pada Billy.

"Oh baiklah Bill. Kalau begitu, kalian boleh lanjut. Aku akan mengantri memesan es air kelapa muda disana.". Mengetahui hal tersebut Gibson langsung mengambil sikap pengertian terhadap dua sahabat lama yang telah lama tidak bertemu.

"Oh baiklah Gib, kami akan duduk disana. Agar kau bisa melihat kami dengan mudah".

Semua hening di awal. Keheningan itu berlansung cukup lama. Sherina menyibukkan diri nya dengan ponsel yang ia genggam.

Melihat kecanggungan tersebut, Billy tak sanggup lagi. Billy merampas ponsel wanita itu dan menarik tangannya.

"Tak ada yang istimewa bagi mu?".

"Mengapa kembali lagi?"
"Bukannya kau sudah menikah?"

"Ya. Aku memang sudah menikah. Tapi aku tidak bahagia. Aku tidak menginginkan pernikahan itu Sher".

"Tolong jangan panggil nama ku. Aku muak. Sangat memalukan bagiku meskipun hanya namaku yang kau sebut. Ingin muntah rasanya".

"Sherina--"

"Jangan sebut nama ku brengsek!--", telunjuk Billy menekan bibir Sherina dengan arah vertikal. Yang membuat Sherina terdiam seketika. "Ssstt. Dengar aku", ucap Billy tenang.

"Aku paham kau terluka. Aku paham kau hancur. Aku paham keadaan mu. Tapi kau harus lebih memahami ku Sher--".
"Mana mungkin aku mau menikahi seseorang yang bukan aku cintai. Kau pikir aku mau? Kau pikir aku bersedia memberikan diri ku pada Aulia? Sher, kau tau betapa aku sangat mencintai mu."

"Kau sangat dramatis Billy. Hebat. Mana istrimu? Kau tidak membawanya kemari?". Sherina betul-betul serius terhadap ucapannya. Gadis itu terlihat benar-benar marah dan muak terhadap Billy. Pria yang tidak memiliki pendirian. Yang mau-mau saja di bodoh-bodohi.

"Ah baiklah. Mungkin kau butuh waktu. Aku yakin kau masih terkejut akan kehadiran ku yang tiba-tiba ini.".

"Aku bahkan tidak mengharapkan kehadiran mu. Silahkan pergi, kalau ingin."

"Sherina. Untuk apa aku datang jika aku ingin pergi? Aku kesini ingin mencari mu. Ingin mendapati mu. Aku ingin kita bisa bersama lagi."

"Bersama lagi apa Billy ?! Kau gila ya?!", Sherina berteriak sambil mengeluarkan air matanya. "Aku memang selalu terlena akan ucapan mu. Hikss.. Aku kalah saat kau berkata-kata. Aku memang merindukan mu!! Tapi aku sudah berusaha mengikhlaskan mu. Hikss hiks.. Tapi mengapa dunia begitu jahat. Mereka menjatuhkan ku lagi karena kehadiran mu! Aku cukup terluka Billy. Aku cukup terluka karena mu. Aku benci pada mu.". Sherina menangis. Ia menjatuhkan wajah nya pada kesepuluh jarinya yang tengah bersiap menghadang wajahnya.

Billy keperihan. Ia sangat perih. Hati nya tak bisa melihat kekasih nya itu berderai air mata.

"Sher, izin kan pundak ku menopang wajah mu", ucap pria iti dengan suara beratnya.

"Kau jahat Billy kau jahat! hikss hikss". Sherina menjatuhkan kepalanya ke pundak Billy. Melihat hal tersebut Billy langsung merangkul tubuh Sherina sambil mengelus-elus lengannya.

"Aku jahat Sher. Memang. Aku memang pria plin plan. Yang masih takut-takut melangkah. Tapi aku berjuang Sher. Aku mencari mu, sayang. Aku merindukan mu".

Lagi-lagi, Sherina meleleh dengan cepat nya. Tangis nya semakin menjadi-jadi. Kedua tangan Sherina melingkari tangan kekar Billy. Posisi mereka amat mesra kali ini.

Gibson masih disana, masih mengantri untuk mendapatkan es air kelapa muda. Jadi Sherina dan Billy bebas berekspresi.

"Bill, aku berbohong saat aku menyuruh mu pergi dan mengatai mu brengsek. Aku mencintai mu.". Sherina mengeratkan pelukannya pada tangan Billy.

"Aku tau kau berbohong. Mana mungkin kau bisa melupakan ku. Hehehe", Billy tersenyum sambil berdehem kecil. Hal ini membuat kenyamanan yang sempurna untuk Sherina.

"Jadi Aulia? Bukankah kalian sudah menikah? Pasti kalian..--". Tangis Sherina pecah. Billy paham maksud Sherina.

"Ya. Aku melakukan persetubuhan dengan nya. Aku jujur pada mu. Tapi aku tidak merasakan apapun Sher. Berulang kali aku mencoba mencintai nya. Namun, perbuatan-perbuatannya amat menjengkelkan ku."

"Terimakasih telah jujur. Lalu? Apa yang akan kau lakukan selanjutnya pada Aulia?"

"Aku hanya tinggal perlu menceraikan nya. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku akan teguh kali ini. Aku sangat hancur saat tidak ada dirimu."

"I love you my crazy boss", Sherina benar-benar merindukan Billy. Ia sangat nyaman pada keadaan yang seperti ini. Ia seperti ingin bersama Billy saja sepanjang waktu.

Pose terakhir yang Billy dan Sherina ciptakan mengundang kecemburuan bagi banyak orang. Mereka begitu dekat dan hangat.

Sherina dan Billy membincangkan banyak hal lagi disana. Yang kemudian di sambut oleh Gibson dan tiga es air kelapa muda mereka. Terjadilah percakapan-percakapan panjang disana.

Sherina's Crazy Boss [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang