"I'm yours and you're mine."
~Alkana Lucian Faresta~
Langit yang gelap kini berubah terang, cuaca yang hujan lebat kini berganti dengan cuaca cerah. Matahari menampakkan dirinya dengan bangga untuk menyinari semesta. Begitu juga dengan dua insan yang kini masih terlelap dalam tidurnya, sepasang muda mudi tanpa status dan ikatan itu tertidur dengan saling berpelukan.
Entah siapa yang memulainya lebih dulu, yang jelas posisi mereka saat ini membuat siapapun yang melihatnya akan berfikiran yang bukan-bukan. Sang gadis lebih dulu bangun, netra cokelat itu terbuka nampak indah dan jernih sacara bersamaan saat di terpa sinar matahari.
Dada bidang tanpa penutup apapun langsung menyambut pengelihatan Liona, kaget! Liona berniat menjauh, namun gagal karena lengan pria itu memeluk pinggangnya sangat erat, terlalu fokus melepaskan diri Liona tak menyadari bahwa Alkana telah membuka matanya.
"Pengen kabur hm?" suara serak itu membuat sekujur tubuh Liona merinding. Terlebih lagi lelaki ini berbicara tepat di lehernya. Tubuh atletis Alkana semakin menempel pada tubuhnya yang hanya memakai gaun tipis. Otot perut pria itu begitu keras menyentuh perutnya. Kedua tangan yang tadinya berada di pinggangnya, kini salah satunya mulai naik mengusap punggungnya. Sialan! Liona tidak akan membiarkan Alkana bersikap kurang ajar lagi padanya.
"Lepas Alkana! Gue mau pulang!." Liona terus berusaha melepaskan diri.
"No baby, lo masih sakit." mendengar ucapan Alkana, Liona lantas memegang dahinya. Masih sedikit panas namun ia merasa sudah sudah sehat sekarang.
"Tapi gue mau sekolah, ada ulangan." bantah Liona cepat. Alkana menghela nafas, ia lantas mengangguk lalu meraih ponselnya di nakas. Tanpa melepaskan Liona Alkana mengirim pesan pada salah satu anak buah keluarnya untuk membeli seragam sekolah dengan ukuran tubuh Liona.
"Sekarang lepas!" kesal Liona.
"Morning kiss?" bisik Alkana di telinganya, Liona lantas menjauhkan kepalanya lalu melotot menatap Alkana.
"Nggak ada! Lepas!"
Namun sayang, Alkana tidak pernah menerima penolakan, dengan cepat ia menarik tengkuk Liona lalu mencium gadis itu, melumat bibir kesukaannya yang sekarang menjadi candu untuknya. Menyesap setiap inci dan bagian mulut gadis itu Alkana tersenyum puas dalam hati. Liona meronta, namun Alkana terus memperdalam ciumannya. Liona tidak bisa bernafas, ia memukul-mukul dada bidang Alkana hingga akhirnya lelaki itu menghentikan aksinya.
Liona kemudian menampar Alkana, nafas gadis itu memburu, Alkana terkekeh dengan reaksi Liona. Bukannya marah Alkana malah mengelus bibir gadis itu yang nampak bengkak karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKANA [END]
Teen FictionAlkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa persetujuan gadis itu. Liona tentu saja marah, karena gadis itu berfikir itu bukan cinta, melainkan obsesi sesaat karena pertemuan mereka yang l...