HAPPY READING:)
"Karena aku menyukainya, sayang."
~Alkana Lucian Faresta~
Tubuh rapuh gadis itu bergetar karena isakan tangisnya, gadis itu meremas kuat jaket khas geng motor dengan tulisan Xanderoz di punggung si lelaki.
"Jangan nangis." Alkana merasakan sesak di dadanya mendengar tangisan Liona tepat di telinganya.
Alkana mengelus surai gadis itu dengan sayang. Yang Alkana lakukan membuat Liona mengeratkan pelukannya. Ini yang Liona butuhkan, sebuah pelukan hangat, siapa sangka orang yang memberikannya adalah orang yang Liona benci, sedangkan orang yang dia sayangi dan selalu ia harapkan malah terus-terusan mengecewakan dirinya.
"Lo mau gue balas perbuatan bokap lo?" Liona menggeleng dalam pelukannya.
"Ayo pulang!" lirih gadis itu memerintah. Alkana terkekeh sinis menatap Arga.
Arga berkacak pinggang menatap mereka, "Ya ya bawa pergi anak itu dari sini, gak ada gunanya dia tinggal di sini, selalu saja menyusahkan!"
"Orang tua macam apa lo! Lo punya hati nggak sih?!" sarkas Langit yang sudah terlalu muak dengan pria itu.
"Kalian ini siapa sebenarnya?! Kenapa ikut campur urusan keluarga saya!, Ohh atau jangan-jangan kalian adalah pelanggan anak itu!" omongan Arga semakin melantur, bukan tanpa alasan dia berkata seperti itu.
Semenjak Liona menghilang dari kediaman Danuarja, Aurel selalu saja menjelek-jelekkan gadis itu di hadapan Arga. Arga yang mendengarnya pun langsung saja percaya karena situasinya juga mendukung.
"Liona! Berani di bayar berapa kamu sama para bajingan ini?! Jawab!" isakan Liona semakin keras.
"TUTUP MULUT LO BRENGSEK!" Alkana menahan emosinya sejak tadi, ingat gadis dalam pelukannya yang masih menangis.
"Kita habisin aja Ngit!, gua nggak mandang usia kalo mukul orang yang salah!" Bintang mengompori.
Sebenarnya orang tua macam apa Arga ini, dia adalah ayah Liona, kenapa dia begitu membenci putrinya sendiri. Perihal Miranda, wajar jika dia tidak menyukai Liona, karena gadis itu tidak terlahir dari rahimnya.
"Kita habisin nggak?" tanya Kenzo dengan suara khas nya.
"Iyakan sayang?" Alkana bertanya pada Liona.
"Jangan..." lirih Liona dalam pelukan Alkana. Liona tau sendiri, Alkana jika sudah memukul itu tidak akan kenal ampun. Liona rasanya tak sanggup melihat ayahnya sekarat dan bernasib sama seperti Malvin.
"Please jangan, udah! Ayo pulang." ucapnya lagi, tak peduli rasa sakit yang ayahnya torehkan untuknya.
Alkana mengepalkan tangannya, Kenzo menatap Langit dan Bintang dengan gelengan kepala pertanda jangan bertindak macam-macam.
"Fine. Kita pulang!" final Alkana tak tega.
Alkana menatap Arga sinis begitu juga ke arah Miranda, Alkana kemudian menatap Aurel yang juga menatap mereka seolah kasihan pada Liona.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKANA [END]
Teen FictionAlkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa persetujuan gadis itu. Liona tentu saja marah, karena gadis itu berfikir itu bukan cinta, melainkan obsesi sesaat karena pertemuan mereka yang l...