CHAPTER 31

20.6K 898 37
                                    

Happy reading:)

"Siapapun yang nyakitin kamu pantas MATI!"

~Alkana Lucian Faresta~

Seminggu setelah pertunangan mereka keadaan jauh lebih baik, terlebih lagi setelah Liona mengungkapkan perasaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu setelah pertunangan mereka keadaan jauh lebih baik, terlebih lagi setelah Liona mengungkapkan perasaannya. Rasanya banyak kebahagiaan datang setelah Liona menerima Alkana dan memahami perasaannya.

Seperti sekarang, mereka akan berangkat ke sekolah, dengan jahilnya Liona membawa lari ikat pinggang Alkana sambil tertawa terbahak-bahak.

"Balikin sayang!" kesal Alkana nampak cemberut sambil mengejar Liona dengan terus memegangi celananya agar tidak melorot.

"Hahaha gak mau!" jawab Liona terus berlari menuruni tangga. Hingga di tangga terakhir Liona terpeleset dan terjatuh, namun bukannya kesakitan gadis itu tertawa kian keras.

"Sayang hati-hati!" Alkana berdecak kesal melangkah tergesa menuju tunangannya. Beberapa pelayan di sana menatap Liona khawatir, takut Nonanya kenapa-kenapa.

"Astaga kalian! Mama belum mau cucu ya Alkana!" amuk Teresa melihat Liona terbaring di lantai dengan posisi Alkana berdiri di atasnya sambil memegangi celananya, posisi yang membuat salah paham sepertinya.

"Ma..." lelah Alkana, Teresa selalu saja membahas cucu sejak pertunangan mereka membuat Alkana sangat ingin mengabulkan, eh?.

"Astaga mesra banget sih kalian!" goda Florin yang turun dari tangga sambil memakai dasi sekolahnya. Hari ini adalah hari pertamanya sebagai murid baru di Venus, entah kenapa gadis itu meminta pindah sekolah pada orang tuanya, padahal sekolahnya di California jauh lebih bagus. Florin hanya beralasan jika dirinya bosan dengan teman-temannya yang toxic.

Gadis dengan mata yang terkesan tajam itu nampak keren dengan rambutnya yang di gerai, dan juga sepatu putihnya. Liona saja mengakui jika adik Alkana itu sangat-sangat cantik sekali. Jika Florin tetap di sini, maka Arseno sudah kembali ke perjalanan bisnisnya.

"Ayo sarapan, Papa udah nunggu di meja makan." Alkana menggandeng tangan Liona ke meja makan setelah memakai ikat pinggangnya. Dan benar saja, Hayden sudah duduk manis di sana dengan wajah datar.

"Pagi Papa!" sapa Florin mencium pipi Hayden bertubi-tubi, percayalah hanya gadis itu dan Teresa yang berani berbuat begitu.

"Pagi juga sayangnya Papa." balas Hayden mencium kening putrinya, so sweet sekali batin Liona berteriak iri, jangan harap dirinya begitu dengan Arga, membayangkannya saja membuat Liona ngeri.

****

Deru mesin motor Alkana membuat beberapa murid menoleh, mereka seolah hapal suara motor milik siapa itu, di parkiran Kenzo sudah duduk manis di atas motornya sambil merokok. Ternyata Alkana tidak sendirian, selain Liona, ada sebuah mobil yang datang bersamaan dengan mereka.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang