CHAPTER 08

25.7K 1.2K 128
                                    

HAPPY READING:)

"Mimpi buruk apa yang berani mengganggu mu, sayang?"

~Alkana Lucian Faresta~


Suasana nampak tegang ketika dua lelaki itu berbicara serius. Setelah meninggalkan gadisnya bersama Mamanya di bawah, Alkana dibawa Hayden ke ruang kerjanya di lantai dua. Keduanya duduk berhadapan, dengan meja yang penuh tumpukan berkas menjadi pemisah.

"Papa sudah menyelidiki gadis itu, Ayahnya bekerja pada kita, namanya Arga, dia bekerja di perusahaan cabang kita dengan menduduki jabatan manager keuangan."

"Dari info yang Papa dapat dari Mike, Liona mendapatkan kekerasan fisik bukan dari ayahnya saja, namun ibu dan adik tirinya juga."

Alkana mengepalkan tangannya, mengingat setiap luka yang tercipta di tubuh Liona dari hasil sadapan cctv rumah gadis itu. "Bisa Papa menghancurkan mereka?, atau...Alkana sendiri yang bakal turun tangan."

Hayden menghela nafas pelan, "Jangan bertindak gegabah Alkana, Papa tidak ingin kamu memiliki riwayat kasus kriminal di masa sekolah seperti ini." bukan tanpa alasan Hayden mengatakan hal itu, karena bukan hal yang tidak mungkin jika Alkana melakukan hal yang tidak-tidak.

"Dan ternyata, mendiang ibu Liona adalah sahabat Mama mu semasa SMA dulu." Alkana tersentak kaget mendengarnya. Dunia ternyata sesempit itu.

Teresa adalah wanita asli Indonesia dan menyelesaikan sekolahnya di Indonesia juga. Namun saat memasuki jenjang kuliah, ia memilih melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Inggris lebih tepatnya.

Hayden dan Teresa bertemu ketika keduanya kuliah di universitas yang sama. Selama SMA ibu Liona adalah teman baik Teresa. Hal itu adalah kabar menggembirakan bagi Alkana.

"Bukannya itu kabar yang bagus Pa?" celetuk Alkana, Hayden mengangguk.

"Dua hari lagi kami akan kembali ke Inggris, jaga dirimu baik-baik." bukan tanpa alasan Hayden mengatakan salam perpisahannya sekarang, karena dia tau Alkana lebih sering berada di apartemen miliknya.

Alkana mengangguk saja, "Hati-hati, dan sampaikan salam Alka sama mereka berdua di sana," ucap Alkana mengarah pada kedua saudaranya yang lain, dari ketiga anak Hayden, hanya Alkana yang stay di Indonesia saat ini.

Sedangkan di lantai bawah Teresa membawa Liona ke area dapur setelah menyuruh gadis itu mengganti pakaian sekolahnya, entah baju siapa yang Liona pakai, ukurannya hampir mirip dengan ukuran tubuhnya. Satu hal yang Liona simpulkan, pemilik kaos dan celana pendek ini kurang lebih seumuran dengan dirinya dan tentunya itu seorang gadis.

Teresa bahkan menyuruhnya untuk menginap, Liona awalnya menolak halus, namun Teresa tidak mau di bantah. Sepertinya Liona tau dari mana sifat keras kepala Alkana. Namun jujur, bagi Liona Teresa adalah ibu yang sempurna.

"Liona bisa masak sayang?" tanya Teresa sembari mengeluarkan bahan makanan dari kulkas.

"Bisa Tante." jawab Liona sopan.

"Tante lagi, Mama sayang, bukan Tante." Teresa nampak tak suka. Lidah Liona kaku, berat rasanya mengucapkan kata yang sudah lama terkubur itu.

"Bisa Ma." balas Liona cepat karena merasa tak enak dengan raut wajah Teresa yang berubah.

Mereka mulai memotong bahan, Liona masih bingung Teresa akan membuat apa, karena Liona jelas belum tau selera makan keluarga ini. Liona hanya mengikuti suruhan Teresa, yaitu memotong wortel.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang