CHAPTER 23

16.5K 851 83
                                    

Happy reading!

"Kamu tau sendiri sebesar apa perasaan aku ke kamu, gimana kerasnya perjuangan aku selama ini buat dapetin kamu. Setelah semua itu, kamu masih ragu?"

~Alkana Lucian Faresta~

Di sebuah koridor seorang gadis nampak melangkah tergesa dengan kaki di hentakkan karena kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah koridor seorang gadis nampak melangkah tergesa dengan kaki di hentakkan karena kesal. Dadanya naik turun karena emosi, dan tasnya di genggam kasar. Jam mata pelajaran yang sedang berlangsung membuat koridor cukup sepi, hanya beberapa siswa yang berlalu lalang.

Liona menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan dari lapangan, gadis yang berada di lantai dua itu melihat kelas lain yang sedang bermain basket. Lebih tepatnya, kelas kekasihnya ah tidak-tidak kelas tunangannya.

Liona menyenderkan tubuhnya pada pembatas saat melihat Alkana mendribble bola, lelaki itu dengan mahir melewati lawannya dan memasukkan bola ke dalam ring. Teriakan heboh kembali terdengar, apalagi ketika Alkana mengibaskan rambutnya yang basah karena keringat.

Bukan hanya Alkana, Bintang, Langit dan Kenzo juga bermain, mereka satu tim sepertinya. Para inti Xanderoz itu kompak bekerja sama untuk mengalahkan lawan mereka, guru olahraga yang kerap di sapa Pak Toni itu nampak bersemangat melihat Alkana bermain, mulut pria itu tak henti-hentinya berteriak kata 'bagus!', 'iya!' dan lainnya.

Liona mencengkram pembatas ketika tubuh atletis Alkana bergerak ke mana-mana saat bermain basket, lelaki yang hanya mengenakan celana pendek anak basket itu terlihat santai-santai saja, sementara di pinggir lapangan gadis-gadis teman sekelasnya sudah heboh.

Langit dan Bintang juga sebenarnya sudah bertelanjang dada begitu juga beberapa lelaki lawan main tim Alkana, hanya Kenzo saja dan beberapa lelaki lainnya yang tetap dengan kaos anak basket itu.

Sejak dulu Alkana sudah terkenal mahir bermain basket, Liona sudah tau itu, bahkan beberapa kali Liona melihat lelaki itu bermain saat tanding dengan tim OSIS yaitu tim mantan Liona, Malvin.

Tidak lama permainan berakhir, Pak Toni pergi entah kemana. Mereka yang bermain basket mulai menepi dari lapangan untuk istirahat. Para gadis langsung menyodorkan minum untuk Alkana dan teman-temannya. Liona masih memperhatikan dengan rahang gadis itu yang mulai menegang menahan emosi, meski dari banyaknya botol minum yang di sodorkan tidak satupun di terima oleh Alkana. Namun rasanya kekesalan Liona kian bertambah karena hal itu.

Sampai akhirnya di antara gadis-gadis berpakaian olahraga itu, datang seorang gadis berseragam. Liona menatap punggung yang amat dirinya kenali itu dari kejauhan, saat mendekati Alkana wajahnya kelihatan jelas, gadis itu Mela.

Liona melihat gadis munafik itu berbicara pada Alkana lalu menyodorkan sebotol minuman pada Alkana, melihat respon Alkana yang terdiam membuat Liona lega, karena sepertinya Alkana juga akan menolak seperti yang lelaki itu lakukan pada gadis lainnya.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang