The Lowest Point

63 8 0
                                    

Ketika Ayleen membuka kedua matanya. Ia mendapati seseorang tersenyum sembari membelai rambut serta wajahnya. Ketika mendongak, ia menghela nafas. Sudah hampir jam 8 malam. Ia tertidur dari jam makan siang. Ayleen membiarkan tangan hangat pria itu menempel di pipinya.

"Kenapa kau tidak pulang?" tanya Ayleen dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Tadinya aku ingin pulang. Ruth ingin menungguimu hingga bangun. Tapi, Jin Hyuk butuh partner ke Macau. Jadi ia memintaku untuk menggantikannya" kata pria itu lagi.

"Nanti mereka curiga" kata Ayleen berusaha untuk bangun. Pria itu membantunya dengan sigap. Ia mengulurkan ikat rambut, selalu saja selangkah di depan Ayleen.

"Curiga? Ah maksudmu curiga kalau kau dan aku dulu pernah pacaran? Hmm aku rasa orang - orang sudah mengetahuinya" kata pria itu melipat kedua tangan di depan dada.

"Ya! Han Seung Woo!" Kata Ayleen kesal.

"Tenang. Isu yang beredar di sini hanya tentang aku yang mencintaimu. Bukan mengenai kita yang pernah pacaran" kata Seung Woo berdiri lalu mengusap kepala Ayleen yang masih duduk di ranjang ruang kesehatan.

"Maksudmu?" tanya Ayleen.

"Kkeunyang. Kebanyakan mereka berpikir jika aku naksir padamu dan kau tidak peka. Jadi semacam aku bertepuk sebelah tangan. Aku terus memantau perkembangan gosip mengenai kita kok. Tenang saja sayang" Seung Woo kembali tersenyum sambil merapikan rambut Ayleen.

Ayleen dan Seung Woo mengenal satu sama lain di tempat mereka kuliah dulu, Berkeley. Mereka beda jurusan, jauh malah. Hanya saja ada satu tempat yang membuat takdir mereka bersinggungan, Perpustakaan. Ayleen pergi ke tempat itu hanya untuk sekedar membaca webtoon dan menenggelamkan diri di keheningan. Ia tak pernah peduli dengan sekelilingnya.

Sampai suatu saat pria itu, ya. Han Seung Woo harus menyibukkan dirinya di tempat itu juga dan tempat yang tampak nyaman untuk di huni adalah bangku di sebelah wanita yang terlihat acuh. Itu artinya, ia tak akan mendapat gangguan. Mereka selalu duduk berdampingan selama tiap kali menghabiskan waktu di tempat itu.

Seung Woo memungut gelang ruby yang tergeletak di samping sepatunya. Milik Ayleen dan ia berniat akan mengembalikannya besok. Tapi, perempuan itu tidak datang sampai 3 hari, seminggu, setengah bulan sampai sebulan. Kemana perginya? Karena takut hilang, Seung Woo memakai gelang ruby Ayleen di tangan kirinya setiap hari.

Siang itu Seung Woo berhenti di papan informasi kampus. Di sana ia melihat sebuah artikel mengenai kampusnya yang memenangkan lomba foto internasional yang di sponsori oleh National Geographic. Disana ia dapat melihat sosok yang tak asing. Kali ini dengan nama tertera di sana. Ayleen Jacob Pradita.

"Jadi namanya Ayleen?" Seung Woo tanpa sadar tersenyum.

"Hey. Is that my bracelet?" suara itu membuatnya jantungan karena kaget. Refleks ia memegangi dadanya. Perempuan itu malah tertawa, mendapati wajah pria di hadapannya sangat kocak.

"I try to give it back to you. But you didn't come for a month. I afraid to loose it so i wear it. Here" Seung Woo mengulurkan gelang yang baru saja ia lepas dari tangannya.

"I visited Africa to get the best object for join that competition. By the way, you don't have to. It's look good on you. I still have another, if you already have a girlfriend you better take it off." Ayleen menarik lengan jaketnya, menunjuk gelang yang sama persis seperti yang Seung Woo genggam saat ini. Lalu ia memakaikan gelang itu pada Seung Woo.

"I don't have one. Mmm. You know me?" tanya Seung Woo menatap Ayleen.

"Yea. My mates at library. Right?" Ayleen tersenyum, saat itu jantung Seung Woo berdetak sangat cepat. Kini Seung Woo tahu rasanya jatuh cinta.

Tak butuh waktu lama. Hanya butuh waktu tiga bulan bagi mereka berdua untuk menjadi sepasang kekasih. Saat wisudapun kedua orang tua mereka bertemu satu sama lain. Sehabis itu mereka memutuskan untuk berpisah, karena Seung Woo harus pulang ke Korea sesuai keinginan sang ayah dan Ayleen juga kembali ke Indonesia sambil memikirkan rencana apa yang akan dia ambil.

Saat pemakaman ibu Ayleen. Seung Woo datang. Tapi, ia hanya bertemu dengan sang ayah. Ayleen saat itu tidak bisa di temui karena keadaan yang tidak memungkinkan.

Beberapa tahun kemudian Seung Woo menjadi eksekutif muda yang karirnya sedang naik daun. Ia juga sudah menyelesaikan wamilnya lebih cepat. Seung Woo sangat pandai dalam mengamati pangsa saham di pasaran. Tahu kapan harus menjual, membeli bahkan menciptakan situasi yang tidak terduga. Karena itulah White Lotus merekrutnya menjadi salah satu anggota. Lama kelamaan kinerjanya juga di akui dan ia berakhir menjadi seorang ketua. Ia mengusulkan agar merekrut orang yang kompeten dalam bidang jurnalis setidaknya selevel dengan dispatch. Mempunyai seorang wakil juga tidak buruk mengingat target mereka bukan lagi jutaan won melainkan milyaran.

Selama sebulan ia dinas keluar negeri. Tanpa mengetahui siapa yang di rekrut. Saat kembali, barulah ia tahu jika mantan kekasihnya kini bekerja di kantor yang sama dengannya.

Ayleen bahkan kadang ikut menyamar untuk mendapatkan informasi yang di perlukan. Seung Woo melarangnya ikut. Tapi, Ayleen hanya tertawa dan memasa bodohkannya. Tiap kali Ayleen bertugas maka Seung Woo akan uring²an. Apalagi kalau sampai Ayleen terluka. Ayleen akan di skors selama sebulan.

Kinerja Ayleen juga mendapat pengakuan dari para petinggi White Lotus. Lalu ia di angkat menjadi wakil Seung Woo sampai saat ini.

***

Seung Woo memarkirkan mobil sedannya tepat di depan rumah Ayleen. Tapi, Ayleen tak menghenyakkan pantatnya untuk turun. Masi fokus ke sebuah link yang baru saja langit kirim padanya.

WON HO MONSTA X KELUAR DARI GRUP

Mata Ayleen memindai surat keputusan yang katanya Won Ho tulis pada hari itu sebelum keluar. Kepalanya sakit lagi.

"Won Ho keluar. Benar kan? Dan manajemennya tidak mengatakan apa - apa mengenai itu. Bahkan mengenai berita miring yang menimpa pacarmu" kata Seung Woo masih memegangi setirnya.

"Rasanya aku seperti jatuh ke titik terendah untuk kesekian kalinya di dalam hidupku" kata Ayleen mengusap air matanya.

"Telphon pacarmu. Semangati dia" kata Seung Woo kemudian.

"Dia tidak akan mengangkat telphon" jawab Ayleen.

"Coba dulu. Cepat" perintah Seung Woon. Ayleen dengan ragu mendial nomor Shownu. Sesaat tak ada jawaban. Tapi, kemudian suara pria itu membuat Ayleen hampir menangis lagi.

Seung Woo dengan sabar mendengarkan. Membiarkan Ayleen menyemangati Shownu selama 16 menit. Setelah mematikan smartphonenya. Ayleen menghela nafas berat.

"Come here" Seung Woo membuka kedua tangannya.

Ayleen segera memeluk leher Seung Woo. Kemudian terisak pelan. Seung Woo mengusap punggung Ayleen, lalu menepuknya pelan. Mengatakan jika semuanya akan baik² saja. Sehabis puas menangis, Ayleen memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

"Gumawo oppa" ia memberi kecupan kecil di pipi Seung Woo sebelum turun.

Pria itu hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala. Barulah ia menekan sebuah nomor telephon sebelum menstater mobilnya.

"Beritahu aku siapa saja pemilik saham perusahaan Kakao Talk itu padaku. Aku butuh data²nya dengan lengkap. Baiklah. Terimakasih" Seung Woo meletakkan smartphonenya ke saku dan pergi.

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang