Empty 1

6.6K 476 37
                                    

             Tidak ada yang mampuh menggambarkan perasaan kami waktu itu. Semua seperti mimpi. Mimpi buruk yang kejadiannya sama Persis dengan saat kami mendengar kabar Kak Fira ditemukan tertabrak kereta.
Badannya masih utuh. Sebab, sempat selamatkan oleh seseorang. Tapi dalam perjalanan ke rumah sakit, Kak Fira akhirnya menyerah dan meninggalkan kami semua.

Begitu juga ketika kabar Gendis yang tertabrak mobil truck di kawasan Jakarta selatan.  Kami yang sedang bahagia karena Om Ridwan sudah sadar, mendadak menjadi berduka lagi saat mengetahui Gendis dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis.

 Lukanya parah, kami benar-benar tak diijinkan untuk menemuinya selama dokter menangani.

Bahkan sudah lewat dari tujuh minggu setelah kejadian itu, kondisi Gendis masih berulang kali drop.  Seperti dini hari tadi, tubuh Gendis tiba-tiba mengejang. Pendarahan di otaknya yang membuatnya beberapa kali begini. Kedua perawat bahkan dibikin kualahan mengendalikannya jika Gendis mulai mengejang.

Di depan kamar operasi kami menunggu Dokter dan perawat yang melakukan operasi.

Dino duduk di kursi yang tersedia di ruang tunggu, wajahnya ditutupi kedua telapak tangan.  Semua nampak tegang, begitupun dengan Om Ridwan yang sudah diijinkan keluar ruang perawatan.
Beliau duduk di kursi roda dengan pandangan kosong menatap pintu ruang operasi.

Paling tidak pemandangan ini sudah empat kali ku lihat. Om Ridwan terlihat lebih pendiam dari sebelumnya. Bahkan dia tak mau barang sekali saja meninggalkan ruang di mana Gendis dirawat selama tujuh minggu ini.

Lain Om Ridwan, lain lagi Tante Ambar. Beberapa kali, aku melihatnya menangis sendirian. Entah saat berada di depan ruang Gendis ataupun di masjid rumah sakit.

Sesuatu yang berbanding terbalik dengan perlakuan mereka terhadap Gendis selama ini.

Selama tujuh minggu ini memang kami belum di ijinkan untuk masuk dalam ruangan. Trauma yang dialami Gendis sangat parah, sehingga selain perawat yang stand by pada sebuah monitor yang tersambung pada tubuh Gendis, kami tak diijinkan masuk.

"Tidak bisa seperti ini terus!"

Kami yang sedang sibuk dengan pikiran dan doa kami masing masing, akhirnya menoleh pada Om Ridwan.

Orang tua Dino dan Kakaknya yang berada di sini pun ikut menoleh dengan dahi yang berkerut.

 "Sudah terhitung dua bulan lebih, kondisi Pertiwi semakin buruk. Kita pindahkan Pertiwi ke Singapura, saya ada kenalan dokter terbaik di sana"

"Mas, mau bawa Pertiwi pindah dalam keadaan Kritis? Mas, berencana membunuh Pertiwi sekarang?"

"Bukan, Ambar. Kita sudah berusaha, di sana banyak dokter yang ahli. Fasilitas rumah sakitnya juga mendukung." Jelas Om Ridwan yang justru memicu air mata Tante Ambar.

"Pertiwi akan sembuh di sini, jangan bawa dia ke mana-mana!" Suara Tante Ambar sudah mulai meninggi, mungkin karena beliau Lelah bercampur khawatir.

"Aku cuma mau yang terbaik untuk Pertiwi, Ambar."

"Apanya yang baik?" Tante Ambar medengkus sinis ,"Selama ini kamu ke mana saja?“

"Sudah Cukup!" Lerai Dino yang sedari tadi hanya menutup wajahnya. Suara kerasnya mampuh membuat orang tua Gendis mendadak diam.

"Adek, jangan bicara keras." tegur dari Ibu Dino saat Dino sudah berdiri dan melihat ke dua orang tua Gendis dengan tatapan marah.

"Pertiwi nggak akan sembuh kalau kalian sebagai orang tua justru malah bertengkar saat kondisinya sedang sekarat di dalam." Ujar Dino dengan nada sedikit keras, "apa kalian udah merasa jadi orang tua hebat untuk Pertiwi selama ini? Apa perpisahan kalian nggak cukup menghukum Pertiwi?" cerca Dini kemudian.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Dino beranjak meninggalkan kami.
Semakin hari kondisi Dino semakin memprihatinkan. Emosinya mudah tersulut, bahkan pernah sekali aku melihatnya sedang mengusap mata.

"Operasi Pertiwi berjalan lancar," ucapku setelah menyusul Dino duduk di sebuah bangku taman dekat masjid Rumah Sakit yang memang terpisah dari gedung Bakti nusa hospital.

Setelah melakukan salat Subuh, aku melihat Dino sedang menghisap rokok sambil memandangi kendaraan yang berlalu-lalang.

"Jangan menghukum dirimu sendiri begini, kamu udah mirip mayat hidup sekarang," ujarku ketika tak ada respon dari Dino.

Aku memang tak terlalu mengenalnya, hanya melalui Vierna yang sering menceritakan kedekatan Dino dengan Gendis yang menurutnya di luar batas saudara.

Seperti belakangan ini, Dino terlihat sangat hancur karena keadaan Gendis yang tidak juga membaik.

"Kamu sejak kapan perhatian banget sama Gendis? bukan kamu pacar Vierna? kalau kehadiranmu yang nggak pernah absen di sini cuma buat nyakitin Gendis lagi, pergilah. Sebelum aku yang bikin perhitungan sama kamu nanti."

Aku tidak marah, memang mungkin bagi orang-orang aku ini aneh.
Setelah apa yang terjadi diatara kami, aku justru lebih sering datang ke rumah sakit untuk mengunjungi Gendis. Tak ada maksud lain, selain memang aku benar-benar peduli padanya.

Dulu kupikir, menuruti ego dengan cara menutup hati untuk perempuan adalah cara terbaik untukku mewujudkan mimpiku tanpa halangan.

Tapi nyatanya aku salah.

Semakin aku menjauh dari Gendis, aku semakin merasa ada ruangan kosong yang kian terasa hampa. Hingga ketika aku hendak berbalik, kenyataan seperti menamparku.

Gendis sudah pindah ke lain hati.

Sialnya, aku tak bisa menutup mata bahwa Gendis juga sudah bahagia bersama Bintang.

Meski entah bagaimana hubungan Bintang dan Gendis sekarang, yang jelas selama aku bisa, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Gendis.



Haii..
Sudah tahu ini pov siapa?

Selamat membaca sequel broken home.

Yang minta Gendis ketemu sama Bapaknya, nih udah dikasih.

Buat yang nanya kenapa malah bikin sequel kalau ceritanya masih tentang Gavin Gendis dan Bintang?

Kerena cerita kemarin itu judulnya broken home, takutnya kalau Rum banyak masukin kisah Segitiga mereka feelnya nggak akan masuk sama judul.

Kenapa judulnya Empty? Cerita ini terinspirasi dari lagu yang di ciptain B.I aka Hanbin atau Bintang dan menjadi salah satu lagu Comebacknya winner?
Lagunya bagus, serius. Part depan ku sertain lagunya deh.

Yang mau novel broken home, kalian masih bisa pesan ke penerbit kafein atau sale novel ya. Ada beberapa kejutan di broken home versi novel, termasuk komunikasi Bintang dan Gendis setelah Gendis sakit.

Love,
Rum

EMPTY   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang