Empty 11

2.4K 377 45
                                    

Kangen aku ndak?

💞E M P T Y💞

"Sore, Om Angga!" sapaku pada tetangga baru kami yang baru tiga bulan ini pindah ke samping rumah Mama.


"Sore Pertiwi, habis jalan-jalan ke mana, nih?"

Aku tak bisa menahan senyum ketika berbalas sapa dengan lelaki seusia Om Rahman itu, pembawaanya supel dan ramah.

Dia sedang di depan rumah, sepertinya hendak mengajak bersepeda Natasha__ anak bungsunya yang berusia tiga tahun__

"Biasa Om, nengokin calon mertua."
Aku nyaris melotot dengar jawaban Gavin yang berdiri di belakangku.

"Wah sayang ya, Pertiwi udah punya calon, coba kalau belum. Om kenalin sama anak Sulung Om. Sebentar lagi dia selesai kuliah," Candaan Om Angga dan membuatku tak bisa menahan senyuman.

Apa lagi lihat reaksi Gavin yang langsung memeluk pinggangku.
"Dih, Om, kalau mau dijodohin sama Pertiwi jangan yang masih kuliah, Om. Berat saingan sama aku," ucap Gavin jumawa.

Om Angga terkekeh geli dengar jawaban Gavin, "Nggak lah, Om bercanda kali, Vin."

"Mau kemana, Om?" tanyaku basa-basi.

"Ajak jalan-jalan Acha ke taman belakang, Wi,"  jawab Om Angga kemudian.

Acha yang duduk di boncengan sepeda, tersenyum lebar padaku.
"Hati-hati, Cha" pesanku yang dibalas Acha dengan lambaian tangan serta pekikan keras karena Om Angga yang tiba-tiba memacu sepedanya.
Refleks aku tersenyum lihat betapa Om Angga bisa manjadi sosok Ibu dan Ayah untuk anak-anaknya.

"Kanapa?" Aku tersadar ketika Gavin menepuk pungungku pelan.

"Om Angga baik ya, Gav?"

"Ya kalau nggak baik di rumah sakit, sayang."

"Bukan gitu ih, Keren enggak sih dia bisa jadi ibu juga buat anak-anaknya?" tanyaku yang entah kenapa merasa bersimpati dengan Om Angga.

Dari cerita Mama, istri Om Angga meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit jantung. Dan sejak saat itu Om Angga mengurusi Natasha seorang diri.
Menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk dua anaknya.

Terkadang kalau Om Angga repot dan penjaga Acha libur, Acha dititip ke Mama.

"Menurutmu Gav, Cocok nggak ya Om Angga sama Mama ?"

"Jangan bilang kamu mau jodohin Mama sama Om Angga?"

Aku mengulum senyum, pertanyaan Gavin tepat sasaran.
"Om Angga baik, dia juga kayaknya perhatian sama Mama. Jadi nggak masalah, kan?"

Gavin menggaruk tengkuknya sambil meringis, "emang Mama mau?" tanyanya pelan.

Ternyata dia memelankan suaranya karena melihat Mama yang keluar rumah dan berjalan menuju pada kami.

"Kita lihat saja nanti," jawabku tak kalah pelan.

"Udah pulang bukannya langsung pada masuk!" tegur Mama pada kami. Aku membiarkan Gavin membuka pagar, dan dia memintaku masuk kedalam lebih dulu.

"Tadi ngobrol sama Om Angga, Ma," Jawabku seraya mencium pungung tangan Mama dan diikuti Gavin.

Sebenarnya aku tak pernah melarang Mama menikah lagi, justru aku menyuruh Mama untuk menikah jika memang Mama punya calon yang baik dengan kami, terutama yang akan menyayangi Mama sampai tua nanti.

Tidak adil rasanya melihat Mama yang memilih sendiri dan fokus mengurusiku, sementara Papa selalu bahagia dengan keluarganya.

Sayangnya Mama termasuk orang tertutup dan susah membuka hati.
Tapi sepenglihatanku dengan Om Angga, Mama terlihat lebih membuka diri dan mudah sekali tersenyum.

EMPTY   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang