Spesial Part

782 127 26
                                    

Work ini udah tamat hampir dua tahun. Jadi kalau masih ada yang simpan di library, kalian terbaik ❤️

Terima kasih.

Menjalani kehidupan rumah tangga ternyata begini rasanya. Sejujurnya tak begitu jauh beda dari masa kami berpacaran dulu. Bedanya kini di tiap pagi, pandangan pertama ketika aku membuka mata adalah Bintang di sampingku.

Sosok lelaki yang sudah nyaris empat tahun menjadi suamiku ini tak berubah. Dia selalu baik, perhatian dan menyayangi keluarga dengan sangat besar.

Ayah mertuaku meninggal beberapa bulan lalu, tepat beberapa hari saat aku mengetahui jika tengah hamil anak kedua kami. Ayah tidak sakit, malam itu kami masih makan malam bersama, hanya mengeluh sakit kepala sedikit katanya. Keesokan paginya saat Bintang bermaksud membangunkan Ayah, beliau sudah kaku dan seluruh badannya dingin.

Hari itu aku melihat Bintang dalam sisi yang lain. Dia yang biasanya terlihat kuat bahkan tak pernah mengeluh, hari itu benar-benar hancur. Beberapa hari dia banyak diam, kemudian aku memergokinya tengah menangis di kamar Ayah setelah salat.

Tidak ada yang bisa merubah kondisi itu hingga beberapa hari. Sampai kemudian Kinan demam dan merengek minta dipeluk ayahnya, saat itu Bintang perlahan kembali menjadi dirinya yang hangat.

Aku tidak menyalahkan Bintang, bahkan aku yang baru beberapa tahun menjadi menantu, sangat bisa merasakan kasih sayang Ayah. Sekarang aku paham jika sesuatu yang pergi akan digantikan dengan sosok lain yang hadir. Kehamilanku kini sudah menginjak usia enam bulan. Aku yang sempat menunggu adanya Kinan cukup lama, kini bersyukur bisa mendapatkan anak kedua hanya jarak kurang dari tiga tahun.

"Mama..mama...bangunkan ayah."

Suara antusias Kinan membuat kesadaran ku kembali. Sekarang dia sudah mulai bisa makan sendiri dengan rapi, aku hanya sesekali menunggunya makan agar bisa memastikan dia menghabiskan jatah makannya.

"Kakak makannya udah?"

Kinan mengangguk, kemudian mengangkat piringnya yang sudah kosong.

"Wah, hebat makannya habis ya, Nak?"

Wajahnya berbinar. Kinan memang suka sekali dipuji. Beberapa kali semisal aku salah tak memberinya perhatian, dia pasti merengek hingga menangis.

"Mama cuci dulu bekas piring Kakak, habis itu baru bangunin Ayah."

"Ki boleh bangunkan Ayah sekarang?"  tanyanya begitu aku mengambil piring dan gelasnya di meja makan.

"Kinan bisa? Tapi nggak boleh teriak-teriak ya?"

Mendengar ucapanku Kinan mengangguk, kemudian turun dari kursi meja makan. Kinan tetap Kinan, meski sudah dikasih pesan tak boleh lari atau teriak, dia akan lupa dalam waktu sekejap. Lihat saja, tubuh kecilnya sudah berlari ke arah kamar dengan suara memanggil Bintang yang sedang tidur.

"Ayah! Ayah!..."

Aku mengembuskan napas keras. Yakin Bintang pasti bangun karena kaget.

***

Selesai membersihkan meja dan merapikan bagian dapur aku menyusul Kinan. Dari tadi tawanya sudah beberapa kali terdengar keras, artinya Bintang pasti sudah bangun. Sebenarnya di rumah ini ada yang bantu aku membersihkan rumah. Biasanya akan datang sore atau pagi, tapi dua hari ini Mbak ijin karena anaknya sakit.

Sebenarnya aku bisa membersihkan rumah sendiri, dulu semasa belum ada Kinan aku juga membersihkan rumah sendiri. Tapi sejak Kinan mulai aktif, aku kualahan. Untung saja ada Senjani, dia tak segan membantuku mengerjakan pekerjaan rumah dan juga menjaga Kinan sepulang sekolah.

EMPTY   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang