Selamat membaca💞
Hari ini jadwalku terapi lagi. Rasanya melelahkan, tapi aku juga belum mau berhenti. Apa lagi ketika aku sudah mulai bisa merasakan rangsangan pada kaki kiriku.
Aku merasa seperti orang yang diberikan kesempatan untuk hidup sekali lagi.
Jadwal terapiku hari ini pukul dua sore, Setelah memastikan tak ada yang ketinggalan, aku langsung membawa tas model tote bag yang kusampirkan di lenganku.
"Rumah sakit Bakti Nusa ya, Kak?" tanya si pengemudi taxi online.
"Benar, pak," balasku sopan.
Aku mengetikan pesan pada Gavin bahwa aku sudah jalan menuju rumah sakit. Terapiku kali ini memang tak diantar Mama, sebab beliau sedang ada urusan di butiknya.
Tapi Gavin berjanji menemaniku setelah selesai meeting nanti.Gavin 💟
Jangan khawatir, aku udah di jalan. Selesaiin kerjaamu dulu.
Merasa ada yang janggal dari laju mobil ini, lantas aku kemudian bertanya pada pengemudi, "Ada apa ya, Pak?"
Setelahnya aku mendengar suara lampu sign, kemudian lanjunya mulai melambat.Ia segera menepikan mobilnya meski beberapa kali mendapat klakson dari belakang.
"Kayaknya ban bocor, Kak. Sebentar saya periksa dulu," ucapnya setelah melepas seatbelt.
Aku menunggu dengan perasaan was-was, sebab alat pengukur waktu sudah menunjukan pukul 13.35.
Tinggal dua puluh lima menit dan jarak tempuh masih lumayan lama, terlebih cuaca mulai mendung.Aku terkesiap saat kaca jendela mobil di ketuk dari luar.
Saat kubuka, sang pengemudi menatapku dengan raut wajah bingung.
"Kak, buru-buru nggak? Ban mobil saya kempes. Kalau saya paksa takut malah bahaya," ucapnya dengan nada menyesal.
"Lama ya, Pak, ganti bannya? " tanyaku kemudian.
"Kalau nggak buru-buru bisa sih, Kak."
Aku menghela napas gusar.
Waktuku sudah mepet, dengan segala pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk keluar. Si pengemudi berulang kali mengucapkan kata maaf, meski aku sudah mengatakan bahwa aku bisa memaklumi.
Sekitar sepuluh menit kemudian aku masih berdiri di trotoar jalan, langit mulai mendung, bahkan aku sudah merasakan sedikit gerimis yang mulai turun, sedangkan taxi yang kupesan tak kunjung datang.
Sekali lagi aku menarik pergelangan tangan. Waktunya semakin mepet saja.
"Gendis?"
Aku mengangkat kepala, menemukan seseorang yang sedang berdiri di depanku sambil membagiku payung yang Ia pegang.
Dimensi waktu seakan berhenti berputar saat ini juga.
Kakiku rasanya mendadak lemas, mungkin jika tak ada dua tongkat yang menyangga tubuh, aku sudah ambruk sekarang.
Lelaki ini...
......Bintang?
Dia sudah kembali?
"Kamu ngapain di sini hujan-hujanan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPTY
Romance[REPUBLISH] Part sudah tidak lengkap Sequel Broken Home. sebelum baca ini, silahkan baca work Broken home dulu sampai selesai. Rank #1 Empty 02-02-20