Empty 7

2.2K 378 71
                                    

Sebelum ketemu Bintang kasih vote dulu ya😄

















Beberapa bulan kemudian.

Bintang PoV

Langkahku berjalan keluar Gate bandara untuk menemui seseorang yang sudah kuhubungi kemarin untuk menjemputku.

Langkahku berjalan keluar Gate bandara untuk menemui seseorang yang sudah kuhubungi kemarin untuk menjemputku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memang tak mengabari siapapun kalau aku pulang hari ini. Termasuk Lala dan Ayah.

Beberapa bulan yang lalu Ayah sudah pensiun dan menetap di Jakarta.

Kurasa sekarang waktu yang tepat untukku pulang dan mengambil alih tugas Ayah untuk menghidupi keluarga. Terlebih, pernikahan Lala dan Dino yang tinggal hitungan minggu lagi menjadi alasanku pulang.
Tidak mungkin aku tak ada di samping saudaraku satu-satunya di hari yang paling ditunggunya seumur hidup.

Waktu memang sudah banyak berubah, banyak hal yang kami lalui masing-masing di tempat yang berbeda. Dan, sekarang saatnya kami berkumpul kembali ke dalam satu rumah.

Seseorang sudah melambai ke arahku, aku sempat tak mengenalinya karena perubahan tubuhnya yang kini semakin terlihat dewasa di balik kemeja berwarna putih yang dia pakai.

"Nungguin lama nggak?" tanyaku setelah melepas pelukan kami.

"Belum ada sepuluh menit" jawabnya seraya menarik pergelangan tangan memeriksa arlojinya, "sini kubantu," lanjutnya sambil hendak menarik koperku.

Aku mengelengkan kepala, "Masih bisa bawa sendiri, tenang."

Sebenarnya aku agak canggung. Sebab, sudah lama kami tak bertemu. Meski beberapa kali kami berkomunikasi lewat ponsel, tapi mengingat hubungan kami dulu tak begitu baik, membuatku sedikit bingung dan canggung.

"Lala enggak tahu kan kalau aku balik?" tanyaku ketika sudah memasang seftbelt.

Keluar dari area parkir bandara, aku tak bisa menyembunyikan senyumku.
Udara Jakarta, langit Jakarta, keramaian Jakarta, semua hal yang sedari enam tahun kurindukan, akhirnya kini kami kembali dipertemukan.

Aku tak sabar lihat bagaimana reaksi Lala dan Ayah nanti.

"Lala tadi kuhubungi masih di tempat kerjanya. Dia pulang dijemput Ayah."

"Syukurlah," ucapku lega.

Lala memang sudah dua tahun kerja di salah satu hotel sebagai chef.
Semoga suatu saat nanti, aku bisa membatu Lala membuat restoran sendiri seperti cita-citanya.

"Mau pulang atau mau mampir ke mana dulu?"

Aku berpikir sebentar, sembari menimbang. Banyak tempat yang ingin kunjungi, tapi kurasa bertemu Lala dan Ayah adalah keinginan pertamaku. Lagi pula sebenarnya badanku sangat lelah, perjalanan 14 jam lebih membuatku rasanya ingin segera tidur di kasur.

Sibuk memikirkan ini, aku terkesiap saat suara Ponsel Dino yang terletak di atas dashboard berdering.

Aku kesusahan menelan salivaku sendiri saat menyadari nama yang terpampang di layar ponsel Dino.

Dino mengeser icon hijau tanpa memindah ponselnya yang ternyata sudah otomatis terpasang pada headset nya.

"Assalamualaikum."
...
"Kenapa, Dis?"
...
"Di jalan, ada apa?"
...
"Nggak."
...
"Apaan, sih? kenapa dia enggak minta suaminya aja? Dia yang hamil kamu yang repot."

Hamil? Siapa maksud Dino?

"Malam aja, ya?"
...
Tanya Dino kemudian.

"Kamu mau enggak? Biar kubelikan sekalian nanti setelah dari rumah Lala."
...
"Oke, Hm"

Enam tahun berlalu, apa semua sudah berubah?

Apa mungkin hatinya masih sama?

Atau benar sekarang dia sudah memulai kehidupan barunya dengan seseorang itu.

Memikirkannya membuatku tanpa sadar menahan napas.

Gendis tidak salah, aku yang meninggalkannya.






Pogoshipo, Pak Dokter sudah kembali, mana yang dari kemarin nanyain Bintang?

Pogoshipo, Pak Dokter sudah kembali, mana yang dari kemarin nanyain Bintang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love,
Rum

EMPTY   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang