Empty 10

2.6K 441 57
                                    

Terimakasih buat yang udah komentar ngasih alasan kenapa Gendis mesti sama Bintang atau Gavin.

Terimakasih udah menyayangi sosok Gendis, Bintang, dan Gavin.

Gavin sih dulu berjuangnya telat!
Yang sudah baca broken home ingat?
Selain hutang tangung jawab pada Vierna demi ayahnya, Gavin juga pernah trauma kehilangan Kakaknya karena nekat jatuh cinta bahkan sampai kakaknya hamil dan si lelaki nggak tangung jawab.

Ingat itu di part berapa?
Coba baca lagi bab yang judulnya "Terungkap"


💞Empty💞

Gendis Pov

       Tidurku terusik oleh sesuatu yang seperti bergerak di dahiku.
Dengan mata terpejam, aku bisa merasakan bibir Gavin yang berulang kali menempel di dahiku, tapi aku memilih diam dan membiarkannya memandangi wajahku sesuka hatinya.

"Jangan keenakan, aku tahu kamu udah bangun."

Aku tak bisa menyembunyikan senyumanku, lalu perlahan membuka mata.

Sekali lagi, Gavin mencium dahi sambil merapikan poni ku.

"Jam berapa?" tanyaku serak.
Aku masih bergelung di bawah selimut. Sedangkan Gavin sudah siap dengan setelan kaos putih polonya dan celana pendek.

"Setengah enam, tadinya aku mau ajak kamu olah raga di taman komplek," ucapnya membantuku duduk, "tapi katanya kamu kangen bunda. Aku lupa bunda mau ke Bogor, hari ini ada nikahan anak sepupu Ayah."

"Jadi bunda udah berangkat?"

"Belum, tapi barangkali sebentar lagi. Makanya, ayo bangun! ngobrol dulu sama Bunda. Aku tinggal jogging sebentar."

Aku ngangguk, semalam pulang dari kedai pikiranku benar-benar berantakan. Entah gila atau apa, aku bahkan seperti melihat Bintang di Kedai.

Atau memang dia nyata?

Untuk itu dari pada pulang ke rumah, aku meminta Gavin mengajakku pulang ke rumahnya saja. Aku mau ketemu Bunda, terkadang cerita sama Bunda itu seperti melegakan.

Jangan dikira aku akan menceritakan pada Bunda aku bertemu Bintang, aku tak segila itu.

Aku butuh bunda untuk bercerita tentang apa saja, tentang Ayah, Gavin atau teman-teman arisan Bunda.

"Nah, kan, bengong lagi." Aku terkesiap saat Gavin mencubit pipiku.

"Ya udah jalan sana! aku bersih-bersih sebentar, baru nemuin Bunda."

Gavin kemudian mengangguk, dan bangkit dari posisinya berlutut di samping ranjang milik almarhumah Kak Fira.

Kamar yang menjadi milikku ketika aku manginap.

"Jangan lama-lama," Ujar Gavin sambil mengacak poniku.


***

Butuh waktu sekitar dua puluh menit aku membersihkan diri dan mengganti pakaian. Tongkat kakiku kemudian mengayun keluar kamar untuk menemui Bunda yang sepertinya sedang memasak di dapur. Benar saja, Bunda sedang sibuk memasak.

EMPTY   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang