"Berbicara dengan Rey itu gugup sekaligus menyebalkan."-Aca
*****Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Aca dan Rachel langsung bergegas membereskan buku mereka.
"Kita gajadi ke mall kan, Ca?" Tanya Rachel.
"Yups, gabisa kan si Ayrish nya? Ga lengkap kalo ga ada dia," jawab Aca.
"Ho'oh sih, yauda kalo gitu gue duluan ya? Pa Jamal udah nunggu nih," pamit Rachel saat sudah selesai dengan buku-bukunya.
"Yoo. Hati-hati ya!" Ucap Aca sambil melambaikan tangan kepada Rachel yang sudah berlari ke luar kelas.
Hanya Aca dan Rachel yang sekelas. Tiga sahabat mereka yang lain berada di kelas yang berbeda.
Aca berjalan menyusuri lorong sekolahnya yang sudah sepi sambil bersenandung kecil. Dia piket dulu tadi sebelum pulang. Makanya sekolah sudah sesepi ini.
Hanya tersisa anak-anak yang sedang ekskul dan beberapa guru yang mungkin sedang merekap nilai.
Di lapangan sana, Aca melihat Rey dan teman-temannya sedang bermain basket. Setau Aca, mereka berenam memang sangat jago dalam bidang olahraga. Tetapi pas-pasan dalam bidang akademik.
Aca tidak peduli dengan itu. Dia tetap melanjutkan langkahnya sampai, bughh!
"Awhh," Aca meringis sambil memegang kepalanya yang baru saja terkena bola nyasar.
Terdengar sayup-sayup langkah kaki yang mendekat. Aca merasa sangat pusing. Sepertinya hantaman tadi terlalu keras.
"Lo gak pap-"
Kesadaran Aca hilang sebelum orang itu menyelesaikan ucapannya.
-----
"Sshh," pusing langsung menyerang saat Aca sadar dan membuka perlahan matanya.
"Pusing banget?" Celetuk seseorang di sebelahnya.
Aca yang awalnya tidak menyadari keberadaan orang lain lantas menoleh,
"Lo?! Ngapain disini?" Tanya Aca kaget.
"Gue yang ngelempar bolanya tadi," jelas Rey berdehem kecil.
"Oh."
Aca menelan ludahnya susah payah. Ia gugup. Gadis itu sangat tidak bisa mengontrol diri jika sedang gugup seperti ini.
"Kok lo bawa gue kesini sih?"
Satu pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut seorang gadis yang tengah salah tingkah itu membuat Rey mengerutkan dahi heran.
Aca mengutuk mulutnya. Stupid!
"Lo mau gue tinggalin di koridor?" Ujar Rey ketus.
Aca menggeleng cepat sambil menampilkan deret giginya.
"Cowok ganteng ga boleh tega," cengir Aca tak tahu malu.
Rey memutar bola matanya malas. Cowok itu menyampirkan tas kepundaknya hendak pergi.
Aca yang melihat itu langsung menarik pergelangan tangan Rey refleks.
"Mau kemana?" Tanya aca dengan pandangan takut sambil menatap sekitar ruangan UKS yang sudah sepi.
"Ngapain pegang-pegang?" Ketus Rey tak menghiraukan pertanyaan Aca.
"Temenin lah!" Pinta Aca
"Dih?" Rey bergidik.
"Ogah." Sambung cowok itu menyebalkan.
"Tanggung jawab dong! Jangan kabur gitu aja!" Omel Aca meneguk ludah gugup. Omg, Aca pegang tangan Rey! Mimpi apa dia semalam.
Rey mengernyit,
"Emang gue ngapain lo?" Ucap Rey sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Kan tadi lo yang ngelempar bola ke kepala gue!" Kesal Aca.
"Gue udah bawa lo ke UKS," tukas Rey cepat.
Aca gelagapan. Benar juga. Rey sudah bertanggung jawab dengan membawanya ke UKS. Gadis itu melirik arlojinya.
Astaga, pukul 6 sore. Mana ada angkutan umum yang akan membawanya pulang jam segini? Aca harus memikirkan cara agar Rey mau menjadi ojeknya.
"Lepas! Gue mau pulang. Males gue sama manusia aneh kaya lo!" Rey menarik tangannya yang masih di tahan oleh Aca.
Cowok itu berjalan meninggalkan Aca dengan langkah ringan.
"Gue pulang sama siapa woi?!" Teriak Aca panik.
Rey berhenti. Ia membalikkan badannya. Cowok itu menampilkan senyum miring andalannya. Membuat Aca bingung apakah harus terpesona atau takut sekarang.
"Hmm." Rey pura-pura berpikir sambil bersidekap.
Jari telunjuknya mengetuk-etuk dagu seakan berpikir keras. Aca sangat gemas sekaligus geram melihat tingkah cowok itu.
'Lama banget pake mikir segala!' -batin Aca kesal.
"Lo bisa pulang naik taksi. Atau, jalan kaki? Yang jelas bukan sama gue," Ujar Rey menyebalkan. Seakan tau rencana busuk Aca untuk pulang bersamanya.
Aca melongo. Gadis itu tersadar setelah mendengar suara pintu tertutup cukup kencang.
"Sialan! Awas aja lo Rey-ot!" Maki Aca sambil meremas sprei kasur UKS sekolahnya.
*****
Gimana gesss?
Aku butuh saran dari kalian juga yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARD : MINE
Non-Fiction[On Going] "Liatin aja terus liatin. Sampe bola mata lo keluar dari tempatnya." Bagi Aca, menyukai seseorang dalam diam itu bukan masalah. Beribu kali dicuekin dengan orang yang dia suka pun tak masalah. Ia masih sanggup, jika perasaannya tak terbal...