"Jika menggapaimu adalah suatu kemustahilan, maka izinkan aku untuk selalu menghadirkanmu dalam mimpi malamku."
*****
Apa mencintai sesakit ini? bahkan disaat ia belum bisa melupakan cinta pertamanya. Dan mencoba membuka lembaran baru dengan cinta yang baru pula, selalu saja ada tantangan dan rintangan.
Aca tau, setiap jalan tidak mungkin lurus saja. Pasti ada kerikil atau penghalang lain.
Aca juga tidak menangis. Entah. Ia juga tak tau mengapa. Padahal rasanya sangat sakit. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk hatinya bergantian. Rasanya sesak. sangat malah.
Apalagi penyebab nya adalah orang yang Aca sayangi. Rey. Aca masih menyayangi lelaki itu. Atau mungkin Aca mencintainya? Karna, rasa itu tak pernah hilang sejak pertama kali ia menginjakan kakinya di SMA Kusuma Bangsa atau sekolahnya ini.
Dan sejak Arkan hadir dihidupnya, ia seolah melupakan perasaannya pada Rey. Ia merasa nyaman dengan kehadiran Arkan yang membantu mengisi kekosongan hatinya. Ia kira, ia telah melupakan Rey. Namun nyatanya salah.
Rasa sakit yang dibuat Rey lebih membekas daripada luka yang dibuat Arkan.
Tak apa jika selama ini Rey mengacuhkan dirinya dan tak menganggap kehadirannya. Tapi yang baru saja Rey lakukan itu sudah kelewat batas.
Ia merasa Rey sangat merendahkannya hingga menjadikan ia sebagai bahan taruhan. Ia seperti tidak memiliki harga diri dihadapan cowok itu.
Ia jadi merindukan abangnya yang selalu menjaga perasaannya.
Tokk tokk tokk
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Aca.
"Masuk," ujar gadis itu dari dalam.
Aca melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya malam-malam.
Panjang umur, ternyata Calvin yang mengetuk pintu kamarnya.
"Abang? Tumben,"
"Hehehe. Lagi apaan Ca?" Tanya Calvin yang terdengar seperti pertanyaan basa-basi.
"Ga lagi ngapa-ngapain. Harusnya Aca yang nanya, abang ngapain?" Tanya Aca bingung.
Pasalnya selama beberapa hari terakhir, ia jarang melihat keberadaan abangnya dirumah.
Saat sarapan pun abangnya itu tak terlihat."Abang kangen lah sama adik abang. Pake nanya lagi!" Jawab Calvin sambil mengerucutkan bibir nya dan menghampiri Aca yang duduk diatas kasur.
Aca mengernyitkan dahi.
"Bohong amat. Muka udah lemes banget gitu kayak abis nguli. Mau cerita apaan? To the point aja deh, Aca sibuk!" ucap Aca. Abangnya ini memang sering membagi cerita padanya. Calvin seperti tak pernah merahasiakan apapun dari Aca. Makanya, Aca sangat menyayangi abangnya ini. Walaupun Calvin super duper nyebelin sih.
"Abang putus sama Natalie," ujar Calvin lesu membuat Aca melototkan matanya.
Natalie adalah pacar Calvin dari SMA. Hubungan mereka kira-kira hampir 2 tahun lah.
"Kok bisa?" Tanya Aca sambil memandang abangnya. Kasian sekali abangnya ini. Eh? Lebih kasian dirinya sih.
"Natalie selingkuh. Dia bilang, dia bukan prioritas abang. Katanya abang lebih mentingin kamu daripada dia," ucap Calvin lesu.
Hei! Jelas dong, Aca kan adiknya. Sungguh bodoh Natalie ini! Tapi selama ini Aca tak pernah merasa mengganggu momen keduanya. Ia tak pernah merepotkan Calvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARD : MINE
No Ficción[On Going] "Liatin aja terus liatin. Sampe bola mata lo keluar dari tempatnya." Bagi Aca, menyukai seseorang dalam diam itu bukan masalah. Beribu kali dicuekin dengan orang yang dia suka pun tak masalah. Ia masih sanggup, jika perasaannya tak terbal...