Rey memarkirkan motornya di halaman rumah gadis yang dari kemarin ia rindukan. Ia membawa sekotak pizza, salah satu makanan kesukaan gadis itu.
Tokk tokk tokk
Aca menghentikan kakinya yang hendak menaiki tangga. Ia mengernyit, apakah ada barang Aiken yang tertinggal? Ia tersenyum sendiri memikirkan kecerobohon cowok yang baru saja menjadi temannya itu.
Aca segera membukakan pintu rumahnya, berhubung pembantunya sedang libur, ia harus membukakan pintu sendiri,
"Lo?!" Kaget Aca saat yang ia lihat bukan Aiken melainkan Rey.
Rey tersenyum manis sambil melambaikan tangannya menyapa,
"Haii, gue ganggu ya?" Ujar Rey dengan pandangan takut-takut.
"Banget! Ngapain kesini?!" Ucap Aca ngegas membuat Rey meringis.
Ia mengangkat sekotak pizza yang ada di genggamannya
"Mau ngasih ini," jawab Rey membuat Aca mengernyitkan dahinya bingung.
'Kok Rey tau gue suka pizza? Alah! Kebetulan doang kali, gausah kepedean Ca!' - ucap Aca dalam hati.
"Gausah repot-repot!" Tolak Aca dan hendak menutup pintu rumahnya. Namun, segera ditahan oleh Rey.
"Caa, plis. Mesen ini ngantri banget loh," ucap Rey dengan wajah melas.
Aca yang melihat itu merasa sedikit kasihan, dan juga perutnya sangat lapar sekarang. Dasar perut! Gabisa diajak kompromi dikit apa ya!
"Ck. Yaudah masuk," ucap Aca dengan jutek sambil melebarkan pintu rumahnya.
'Lumayan lah, rejeki nomplokk. Gausah repot repot pesen makan deh gue' -soraknya dalam hati. Iyalah dalam hati, kalo gak si Rey bakalan kepedean.
"Pak satpam! Gerbang sama pintu ini jangan di tutup ya! Gaenak sama tetangga, nanti dikira Aca ngapa-ngapain lagi," teriak Aca pada satpam rumahnya sebelum masuk mengikuti Rey.
"Siap non!" Balas pak satpam sambil mengacungkan jempol.
Aca masuk ke dalam rumahnya dan melihat Rey yang sudah duduk manis di sofa ruang tamu.
"Tunggu dulu, gue mau ganti baju," ujar Aca kemudian mengambil tas nya yang tergeletak diatas meja dan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Dia abis kemana sih? Kayaknya baru pulang," ucap Rey pada dirinya sendiri.
Aca yang merasa gerah memilih untuk mandi terlebih dahulu, masa bodo dengan Rey yang sedang menunggunya!
Setelah menghabiskan waktu 30 menit untuk bersih-bersih, Aca menuruni tangga dengan memakai piyama serta sendal bulu-bulu miliknya.
Ia melihat Rey yang meringkuk diatas sofa dengan tangan yang dijadikan bantal.
Aca menghampiri kemudian melihat wajah cowok itu dari depan,
'Yaelah, tidur dia?'
Ia melihat jam dinding yang menunjukan pukul setengah sembilan.
'Jam segini udah tidur? Cih! Cemen banget. Gue bangunin gak ya? Tapi kasian gitu loh'
Aca memperhatikan wajah Rey yang terlelap dari dekat. Damai. Gak ada tampang ngeselinnya. Dia seperti bayi yang sedang meringkuk tertidur pulas.
Seandainya Rey tidak mempermainkan perasaannya, pasti sekarang Aca sangat senang melihat cowok itu ada di hadapannya. Berada dekat sekali dengan dirinya.
Tapi sekarang, jantungnya masih disko-disko saat ia berada di dekat Rey.
Apa perasaannya masih ada terhadap cowok itu? Ntahlah, Aca juga tidak mengerti dengan perasaannya. Terlalu rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARD : MINE
Non-Fiction[On Going] "Liatin aja terus liatin. Sampe bola mata lo keluar dari tempatnya." Bagi Aca, menyukai seseorang dalam diam itu bukan masalah. Beribu kali dicuekin dengan orang yang dia suka pun tak masalah. Ia masih sanggup, jika perasaannya tak terbal...