"Kamu itu kaya bunglon ya. Berubah-berubah tanpa bisa diprediksi."
*****
"Kamu mau makan dulu gak?" Tawar Rey sambil menoleh sekilas ke arah Aca.
Setelah aksi Rey nembak Aca di lapangan, cowok itu memutuskan untuk mengantar Aca pulang menggunakan mobil Vano. Kebetulan sekali sahabatnya itu membawa mobil.
Sebetulnya Aca lapar, tetapi jika ia menerima ajakan Rey, Aca tidak yakin jika ia dapat mengendalikan detak jantungnya yang kian menggila. Lebih baik ia tolak saja kan?
"Engga," balas Aca berusaha agar suaranya terdengar biasa-biasa saja. Padahal di dalam sana, jantungnya tengah mengadakan pesta besar-besaran.
"Ihh tapi kamu harus makan! Nanti lambung kamu sakit gimana?" Oceh Rey mengkhawatirkan kekasihnya.
Aca melirik Rey sekilas. Gadis itu sangat enggan menjawab. Bukan karena marah. Namun, Aca takut jika ia berbicara, suaranya terdengar bergetar karena kegugupan yang menyerangnya.
"Makan ya? Aku gamau kamu sakit," Ujar lelaki itu sambil menoleh sekilas ke arah gadis disampingnya.
"T-terserah," balas Aca akhirnya. Dan sialnya, suaranya benar-benar bergetar saat ia berbicara. Bagaimana tidak? Rey dari tadi menautkan jari tangan kirinya dengan jari tangan kanan Aca.
"Ahahah masih aja gugup," ujar Rey dengan tatapan jahil. Aca yang berada di sampingnya ingin sekali menendang wajah cowok yang telah resmi menjadi kekasihnya itu.
"Ish! Siapa yang gugup?!" Balas Aca menatap Rey garang. Dengan jari mereka yang masih bertauatan.
Rey menaikan sebelah alisnya saat mendengar ucapan Aca barusan. Cowok itu tersenyum miring.
"Kamu,"
Blushh
Pipi Aca rasanya sangat panas setelah mendengar jawaban singkat dari Rey. Kata yang cowok itu ucapkan biasa saja. Namun, efeknya sangat luar biasa bagi tubuh Aca. Bibirnya terasa kelu dan tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun.
"Ciee pipi kamu merahh!! Yaampun lutuna sih pacar akuu!! Gemess hahaha lucu banget kalo lagi malu malu gitu!" Rey terbahak sambil menunjuk pipi atau bahkan wajah Aca yang memerah.
"Ihh jahat banget malah ketawa!" Kesal Aca sambil memalingkan wajahnya. Sebenarnya ia juga malu karena keciduk blushing.
Rey meredakan tawanya. Lelaki itu berdehem untuk menghilangkan sisa tawa yang dia rasakan.
"Dih ngambek? Car? Car, woi!" Panggil Rey sambil mencuri pandang ke arah Aca yang tengah memalingkan wajahnya.
"Apaan sih car car? Emang gue sakit cacar apa?!" Sewot Aca karena panggilan Rey yang sangat jelek terhadapnya. Apaan coba 'car'? Emang dia go-car?!
"Lah ko ngomongnya gue-gue lagi sih?!" Kesal Rey tidak terima.
"Emang kenapa?! Suka-suka gue lah!" Balas Aca tidak peduli dengan wajah Rey yang sudah masam. Sebenarnya ia hanya belum terbiasa dan keceplosan.
"Tadi kan udah janji!" Sungut Rey tidak terima dengan mulut manyun. Apa-apaan Aca? Baru beberapa menit sudah ingkar janji? Ck ck.
"Kan tadi!" Ucap Aca bodo amat.
Rey melirik Aca sekilas. Kemudian memfokuskan pandangannya kedepan. Mulutnya sudah merapalkan segala umpatan kepada gadis yang menjadi kekasihnya itu. Bisa-bisa nya Aca membuat mood yang sedang berada di langit ketujuh jadi tersungkur mengenaskan ke tanah!
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARD : MINE
غير روائي[On Going] "Liatin aja terus liatin. Sampe bola mata lo keluar dari tempatnya." Bagi Aca, menyukai seseorang dalam diam itu bukan masalah. Beribu kali dicuekin dengan orang yang dia suka pun tak masalah. Ia masih sanggup, jika perasaannya tak terbal...