"Aarrghhh Arkan bangsat! Bisa-bisanya dia cari kesempatan dalam kesempitan!" Umpat Rey sambil menendang kursi rapuh yang biasanya jadi tempat duduk bagi dia dan teman-temannya saat sedang membolos jam pelajaran ke rooftop.
Ya. Saat ini Rey sedang berada di rooftop untuk menumpahkan segala kekesalan yang dirasakannya.
Dia merasa tak suka melihat Arkan dekat atau bahkan menggendong Aca menuju UKS tadi.
Rey tak mengerti dengan perasaannya. Mengapa ia merasakan rasa aneh saat berada dekat dengan Aca? Atau saat melihat Aca dekat dengan pria lain? Walau jarang sih. Lebih sering nya dengan Arkan. Kann?! ko Arkan lagi?
"Shitt!! Gue harus apaaaaa aarrgh. fuckk!" Teriak Rey frustasi.
Perasaan apa yang ia rasakan kini?
"Ekhem," deheman seseorang membuat Rey terkejut dan membalikan badannya segera.
"Dannis? Ngapain lo?" Tanya Rey lega.
Setidaknya bukan setan penunggu rooftop, pikirnya. Lagipula mana ada setan pagi-pagi gini? Auah gapenting!
"Ngapain? Lo yang ngapain?" Ucap Dannis balik bertanya.
Rey hanya mendengus mendengar jawaban temannya ini.
"Rachel ga bales chat gue. Makanya gue kesini mendinginkan pikiran. Enak kan disini? Sejuk udaranya," ungkap Dannis tiba-tiba.
Rey menautkan kedua alisnya,
"Emangnya lo sama Rachel udah fiks?" Tanya Rey bingung.
"Faks, fiks, faks, fiks. Lo pikir beli rumah?" Jawab Dannis membuat Rey terkekeh.
"Maksud gue, emang lo berdua udah jadian?" Tanya Rey memperbaiki pertanyaannya.
"Belom, heheh" jawab Dannis sambil menunjukan deret gigi nya.
Rey memutar kedua bola matanya malas.
"Yaudah gausah ngarep!" Olok Rey membuat Dannis menatapnya kesal.
"Setidaknya gue berusaha ya! Kaga kaya lo!" Ucap Dannis
"Loh kok gue? Emangnya gue kenapa?" Tunjuk Rey pada dirinya.
Dannis tersenyum mengejek mendengar jawaban Rey.
"Lo itu cupu! Lo terlalu pengecut untuk akuin perasaan lo kalo lo suka sama Aca. Iyakan? Ngaku deh!" Ucap Dannis membuat Rey diam.
Yakali gue suka sama cewek bar-bar kaya Aca? -ucap Rey dalam hati.
"Mana adaa! Ngawur lo!" Elak Rey sambil membuang pandangannya.
"Halah, gitu aja gamau ngaku. Mau gue ingetin bukti-bukti lo suka sama Aca?" Ucap Dannis membuat Rey mengangkat sebelah alisnya.
"Coba aja," tantang Rey
"Ekhem. Pertama, lo ngakuin kalo Aca itu cantik pas pertama kali lo liat dia waktu MOS pertama SMA Kusuma Bangsa, sekolah kita," ungkap Dannis membuat Rey mendelikan matanya kearah cowo itu.
"Itumah lo sama yang lain juga ngomong gitu!" Ucap Rey membela diri.
"Heheh, iyasih. Lagian dia emang cantik. Tapi, tatapan lo ke Aca itu beda banget dari kita-kita." Ucap Dannis yang di benarkan oleh Rey didalam hati.
Emang Aca cantik. Banget malah- pikir Rey.
Eh? Apasih Rey? Ngaco!"Kedua,"lanjut Dannis membuat tatapan Rey terfokus padanya.
"Lo sampe ngiler dan ga ngelepasin pandangan lo saat liat Aca dihukum suruh nyanyi sama ka Sally waktu MOS hari kedua gara-gara dia dateng telat," ucap Dannis membuat Rey menggaruk tengkuknya salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARD : MINE
Non-Fiction[On Going] "Liatin aja terus liatin. Sampe bola mata lo keluar dari tempatnya." Bagi Aca, menyukai seseorang dalam diam itu bukan masalah. Beribu kali dicuekin dengan orang yang dia suka pun tak masalah. Ia masih sanggup, jika perasaannya tak terbal...