"Hanya ada dua waktu yang ingin aku habiskan bersamamu. Sekarang dan selamanya. Hanya berdua."
-ReyDenzaAllard-
*****
"REYY!!"
Mata Aca membelalak saat melihat Rey melempar gelas kaca ke wajah salah satu cowok yang terlihat paling tengil. Pelipis cowok itu mengalirkan darah akibat pecahan gelas yang menggoresnya.
Nafas Rey naik turun seiring dengan dadanya yang bergerak seirama.
"Dari awal harusnya gue robek mulut sialan lo itu! Sekalian gue colok mata jelalatan lo! Lo gangguin Aca berarti lo ganggu gue! Lo hina gue berarti lo nyari ribut sama gue! Sini lo maju! Lawan si kampung ini!" Murka Rey sambil menendang meja yang menghalanginya. Rey menatap bengis cowok didepannya.
"Tadinya gue mau lempar gelas itu ke mulut bacot lo. Tapi, gue masih mau denger umpatan lo pas gue matiin satu-satu temen lo," ujar Rey dengan seringaian.
Aca bergetar takut di tempatnya. Ia tidak pernah melihat Rey semarah ini. Kenapa Rey sangat baperan? Dia bahkan tidak segan melempar gelas kaca hingga pelipis cowok itu berdarah.
"Sshh, sialan lo!" Ringis cowok yang pelipisnya terluka. Ia membalas tatapan Rey tak kalah tajam.
Aca melihat jari-jari cowok itu mengepal kuat. Wajahnya merah padam. Tatapannya seakan ingin membunuh Rey detik ini juga.
Cowok itu menendang meja yang ada didepannya dengan kuat. Hingga meja itu menabrak kaki Rey dan semua yang ada di atasnya berhamburan mengenai seragam milik Rey.
Cowok itu tersenyum remeh.
Rey mundur akibat meja yang di tendang oleh cowok itu mengenainya. Ia menatap ke arah seragamnya yang telah kotor dengan tumpahan makanan dan minuman.
Rey menggeram marah. Sorot matanya semakin tajam dan menghunus.
"Sialan. Emang minta di hajar nih orang!"
Bughh! bughh! bughh!
Tiga pukulan Rey layangkan di wajah cowok songong itu. Senyum nya terukir kala melihat cowok itu ambruk ke lantai.
Rey berdecih.
'Dasar lemah! Gitu aja pingsan!'
"Sekarang giliran lo semua!" Tunjuk Rey pada tiga cowok lainnya. Mereka menatap Rey terkejut sekaligus marah. Rey membuat kawan mereka pingsan tak berdaya!
"Berani-beraninya lo bikin temen kita pingsan?! Sok jagoan ya lo!"
"Sini lo anjing! Tiga lawan satu! Emang gua takut?!" Tantang Rey tersenyum miring. Cowok itu berdecih sebelum menangkis pukulan-pukulan yang diberikan sekaligus oleh tiga cowok di hadapannya.
Benar bukan? Mereka banci!
Bugh!
Rey memukul keras wajah seseorang yang hendak memukulnya. Rey menangkis tendangan yang hendak dilayangkan padanya.
Rey memukul ketiganya secara brutal. Membuat mereka terkapar dengan wajah penuh luka dan darah.
"Ciih, cemen!" Ejek Rey sambil menginjak perut salah satu diantara ketiganya.
"Aarrghh,"
"Jangan sekali-sekali lo usik hidup gue sama cewek gue!" Ujar Rey kemudian berbalik. Tanpa cowok itu sadari, salah satu diantaranya bangkit dan menendang punggung Rey sekuat tenaga.
"Mampus lu anjing! Makanya jangan tengil!" Umpat cowok yang tidak di ketahui namanya itu sambil terbatuk mengeluarkan darah.
"Sshh, sialan!" Rey berdesis kala salah satu dari mereka berhasil menendang punggungnya dan membuat ia jatuh tersungkur diatas pecahan piring dan gelas kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARD : MINE
Non-Fiction[On Going] "Liatin aja terus liatin. Sampe bola mata lo keluar dari tempatnya." Bagi Aca, menyukai seseorang dalam diam itu bukan masalah. Beribu kali dicuekin dengan orang yang dia suka pun tak masalah. Ia masih sanggup, jika perasaannya tak terbal...