Penyerangan

4.5K 308 27
                                    

Seorang lelaki bermata biru baru saja pulang dari sekolahnya lalu dia masuk ke rumah bernuansa Spanyol-Turki yang dipadukan menjadi satu dengan cat berwarna putih gading.

"Assalamu'alaikum," ucap lelaki itu sambil masuk ke dalam rumahnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab seorang wanita paruh baya yabg sedang minum teh di ruang tamu.

Zaverino melempar tas biru navynya lalu menghampiri Umma Hafizah. Hafizah menoleh ke arah putranya sambil tersenyum lembut.

"Zaver capek ya?" tanya Hafizah.

Zaverino hanya menganggukkan kepalanya, lalu dia duduk disamping Ummanya dan meletakkan kepalanya ke pangkuan wanita yang sudah melahirkannya.

Hafizah mengelus-ngelus rambut coklat putranya, jika Zaverino seperti ini dia teringat suaminya yang dulu juga seperti ini saat pulang sekolah ataupun ada masalah.

"Zaver ada masalah ya?" tanya Hafizah.

Zaverino menggelengkan kepala sambil memejamkan mata.

"Zaver ngomong aja sama Umma,"

"Nggak ada Umma,"

Hafizah tersenyum masih sambil mengelus kepala Zaverino. "Zaver mikirin Mentari ya,"

Zaverino langsung membuka matanya, dan menatap Hafizah.

"Umma benar kan?"

Zaverino kembali menutup matanya. "Nggak Umma,"

Hafizah yang gemas langsung mencubit hidung mancung putranya. "Kamu ya! Kamu itu anaknya Umma jadi Umma tau apa yang Zaver rasain saat ini,"

"Iya Umma," akhirnya Zaverino mengaku.

"Bocah bandel satu ini! Mirip banget sama bapaknya,"

Zaverino hanya tersenyum mendengar omelan sang ibunda.

"Zaver, Mentari itu gadis yang kuat! Pasti dia bisa sembuh. Zaver ingat kan kata Umma tentang hubungan antara cewe dan cowo yang bukan mukhrim,"

Zaverino mendehem.

"Sekolah dulu baik-baik, terus dapat pekerjaan yang halal, terus lamar Mentari deh!" ucap Hafizah sambil menggoda Zaverino.

"Umma,"

Hafizah hanya tertawa.

Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Suara adzan ashar berkumandang.

"Sana ganti baju terus sholat ashar di masjid," usir Hafizah.

Akhirnya Zaverino pergi ke kamarnya lalu mengganti baju dan pergi ke masjid.

"Ayah," panggil Zaverino.

Zirco yang sedang memindahkan catur pun berhenti lalu menatap putranya. Yap, setelah sholat ashar ayah dan anak itu memutuskan untuk bermain catur.

"Kenapa Ayah suka sama Umma?" tanya Zaverino dengan polosnya.

Zirco menatap bingung putranya, apa dia gak salah dengar?

"Cantik, baik, sholehah." jawab Zirco dengan nada datar.

Zaverino menganggukkan kepalanya seraya berfikir.

"Umma sama Ayah pertama kali ketemu dimana?"

Zirco menatap sekilas putranya. "Kepo," jawab Zirco dengan singkat padat dan datar.

Zaverino hanya menatap Ayahnya dengan ekspresi seperti ini -_-.

Dia berbicara dengan orang yang salah.

ZAVERINO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang