"Al dan El berkelahi di sekolah Pak, ini sudah ketiga kalinya mereka berkelahi di sekolah." ucap Bu Ani selaku guru BK.
Zaverino menatap kedua lelaki berseragam putih biru di sampingnya.
Kedua putranya hanya bisa menundukkan kepala.
"Namun kami tak bisa mengeluarkan mereka berdua dari sekolah, karena mereka baru saja memenangkan olimpiade debat bahasa inggris dan olimpiade matematika."
Kedua putranya tersenyum lalu memberikan jempol kepada Papanya.
Zaverino mengusap wajahnya lalu mengehela nafas. Dia tidak tau sekarang dia ingin bangga atau kecewa. Dia kecewa tetapi kedua putranya sudah memenangkan dua olimpiade, dia bangga tetapi ini sudah ketiga kalinya Zaverino di panggil karena kedua putranya sering berkelahi di sekolah.
"Jadi saya mohon sekali, anda sebagai orangtua mereka tolong menasehati mereka berdua." ucap Bu Ani lagi.
"Baik bu, terimakasih."
Zaverino dan kedua putranya pergi meninggalkan ruang BK. Dengan dua piala yang digenggam mereka masing-masing.
Disepanjang jalan keluar gerbang si kembar saling perang mulut.
"Abang sih langsung nonjok muka si Nathan, jadinya gue ke pancing kan?!" omel El.
Al menatap adiknya. "Terserah,"
"Pokoknya kalau Mama marah berarti ini salah abang!" ucap El sambil menunjuk Al dengan pialanya.
"Salah lo!" ucap Al.
"Salah abang lah!"
"Lo!"
"Abang!"
"Lo!"
"Abang!"
Zaverino berhenti lalu menghadap ke belakang. "Terusin,"
Kedua anak SMP itu langsung terdiam saat melihat tatapan dingin Papanya.
"Nggak Pa," ucap El lalu tertawa garing.
Sedangkan Al hanya diam.
"Woyy!! Awasss!!" teriak seorang gadis dari lapangan basket.
Ketiga lelaki berbeda usia itu menoleh lalu melihat bola basket yang datang ke arah mereka.
Dengan cepat Zaverino menangkap bola itu dengan satu tangannya sebelum terkena El.
Gadis berkaos bola basket itu membungkukkan badan seraya meminta maaf.
"Maaf Om saya gak sengaja,"
Zaverino memberikan bola basket itu kembali. "Lain kali hati-hati,"
"Iya Om,"
El melirik gadis itu. "Elo Maemunah!"
Gadis yang bernama Maemunah atau disingkat Mae itu menatap El.
"Elo El! Lah kenapa tadi bolanya gak nyangkut aja di kepala lo?!" ucap Mae.
"Elo mau gue kena bola terus pingsan!" ucap El.
"Berharapnya sih gitu, tapi ada om ganteng yang nolongin elo!"
El menoyor kepala Mae. "Bokap gue itu!"
"Bokap lo? Gak ada mirip-miripnya sama lo!"
Al dan Zaverino hanya bisa menonton perdebatan calon presiden dan wakil presiden eh salah perdebatan El dan Mae di depan mereka.
"Mae, pergi." ucap Al dengan nada datar.
Mae mendengus kesal lalu pergi dari sana.
"Kalau lo ngomong aja, baru tuh si Mae nurut!" ucap El kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAVERINO (END)
Fiksi RemajaSequel cerita Zirco! Baca dulu ya, supaya ngerti alur cerita Zaverino! Zaverino Ravero Kharisma, siapa yang tidak mengenal lelaki ini? lelaki tampan dari keluarga besar Kharisma, yang memiliki mata biru dari sang Ayah dan rambut tebal berwarna cokla...