Brumm brumm
Zaverino mulai menyetir mobilnya dengan perlahan, lelaki itu menatap istrinya yang sedang mengusap-ngusap perutnya.
"Tangan," ucap Zaverino.
Mentari memberi tangannya kepada Zaverino, jadi kebiasaan Zaverino semenjak Mentari hamil ialah menggenggam tangan Mentari. Walaupun sedang menyetir Zaverino tetap ingin menggenggam tangan Mentari.
Mentari melirik jam tangannya, masih jam setengah enam pagi namun Zaverino sudah membawanya pergi untuk pindah rumah.
"Ver, beneran nih kita mau pindah?" tanya Mentari.
"Iya," jawab Zaverino seadanya.
"Tapi gue masih gak bisa pisah sama Umma, nanti kalau gue lahiran gimana? Nanti pas lo kerja, gue di rumah sendirian dong." ucap Mentari dengan panik.
Semenjak Mentari hamil, wanita itu selalu merasa khawatir. Dan mereka masih memakai panggilan "lo" dan "gue", katanya supaya mereka tidak canggung satu sama lain.
Mentari melirik ke arah jendela, gadis itu melihat sekolah TK yang menjadi tempat bekerjanya.
"Kita mau ke TK?" tanya Mentari.
"Nggak,"
Zaverino memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah yang berada di sebelah sekolah TK yang disebut Mentari tadi.
Zaverino melirik rumah mewah tersebut. "Ini rumah kita,"
Mentari menatap Zaverino dengan wajah bahagia. "Beneran ini rumah kita?"
"Hemm,"
Mentari sangat bahagia sekali, jadi dia bisa pergi ke TK sesukanya dan Zaverino sengaja memilih rumah ini agar Mentari tidak harus pergi jauh agar bisa ke TK.
Mentari hendak membuka seltbeat yang terpasang di tubuhnya namun ditahan oleh Zaverino.
"Jangan buka,"
Mentari menatap bingung Zaverino. "Kenapa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Mentari, Zaverino langsung mengemudikan mobilnya lagi.
"Ver, kita mau kemana?"
"Nanti lo tau,"
"Tapi gue mau di rumah aja, gue ngantuk."
"Tidur,"
Mentari mengembungkan pipinya lalu menatap ke arah jendela, walaupun niatnya dia tidak ingin tidur tapi tetap saja Mentari akhirnya tertidur.
Zaverino melirik wanita berhijab merah maroon di sebelahnya, lalu menggelengkan kepala. Lelaki bemata biru itu memberhentikan mobilnya dan mengambil bantal leher di kursi belakang.
Dengan perlahan Zaverino memasangkan bantal leher di leher Mentari. Zaverino mengusap perut Mentari lalu mengemudikan mobilnya lagi.
Beberapa menit kemudian Zaverino telah sampai di tempat tujuannya.
"Tar, bangun." Zaverino mengusap pipi Mentari.
Mentari membuka matanya, dihadapannya kini terlihat pantai yang menampilkan sunrise.
"Wahh," hanya kata itu yang menjelaskan kekaguman Mentari.
Zaverino sangat tau Mentari sedang ngidam melihat sunrise di pantai, namun wanita itu tidak memberi tau Zaverino karena takut akan merepotkan Zaverino.
"Kok lo tau gue pengen liat ini?" tanya Mentari.
"Entah,"
Bagaimana Zaverino tidak tau? Mentari menangis di kamar sambil mengatakan dia ingin sekali ke pantai untuk melihat sunrise, tetapi saat Zaverino masuk ke dalam kamar Mentari langsung terdiam dan menghapus airmatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAVERINO (END)
Teen FictionSequel cerita Zirco! Baca dulu ya, supaya ngerti alur cerita Zaverino! Zaverino Ravero Kharisma, siapa yang tidak mengenal lelaki ini? lelaki tampan dari keluarga besar Kharisma, yang memiliki mata biru dari sang Ayah dan rambut tebal berwarna cokla...