Pergi

3.9K 307 26
                                    

Egi melangkahkan kakinya menuju kasur Mentari namun ditahan oleh lelaki bermata biru dan Rafkan.

Zaverino menatap tajam Egi. "Lo maju selangkah lagi, tamat riwayat lo!"

Egi langsung menghentikan langkahnya, ini adalah pertama kalinya sahabatnya itu menatapnya dengan dingin seperti itu.

"Lebih baik lo berdiri sampai sini aja," ucap Rafkan.

Sedangkan Mentari masih memproses kejadian yang terjadi dihadapannya. "Kalian ada apa sih? Lo juga Ver! Kenapa lo ngomong gitu?"

Ketiga lelaki itu tidak merespon pertanyaan Mentari, mereka hanya saling menatap dan diam.

"KALAU KALIAN GAK MAU NGOMONG! PERGI AJA DARI RUANGAN INI!!" teriak Mentari dengan emosinya.

Lelaki itu langsung terdiam sejenak, lalu raut wajah mereka berubah menjadi panik saat melihat Mentari nafasnya tersengal-sengal.

Zaverino reflek mengenggam lengan gadis itu dengan khawatir. "Tar, lo kenapa?"

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya sambil mengatur nafasnya.

"Gi, lo panggil dokter!" titah Rafkan.

Brakk

Egi langsung pergi mencari dokter.

Semua orang berkumpul di depan pintu ruang Mentari dengan perasaan khawatir. Sekarang dokter sedang memeriksa Mentari di dalam ruangan.

Cklek

Seorang lelaki paruh baya berjas putih keluar dari ruangan. Zaverino langsung menghampiri dokter tersebut.

"Dokter, bagaimana keadaan Mentari?" tanya Zaverino dengan tergesa-gesa.

"Kondisi pasien semakin memburuk, saya menyarankan pasien dipindahkan ke rumah sakit yang berada di Jepang agar kondisi pasien bisa lekas sembuh." ucap dokter tersebut.

"Jepang?!" Kedelapan geng Jupiter, Serkan dan Sheila terkejut mendengar hal itu.

"Dok, apa tidak bisa diusahakan agar Mentari tetap di Indonesia saja." tawar Ibram.

Dokter itu menggelengkan kepalanya. "Peralatan medis disini belum secanggih peralatan medis di Jepang, jalan satu-satunya adalah mengirim pasien ke Jepang."

Setelah mengatakan hal itu, dokter langsung ijin pamit. Semua orang disitu hanya bisa menghela nafas kasar.

"Mentari gak boleh ke Jepang," ucap Zaverino dengan nada dingin.

"Ver, lo mau Mentari begini terus!" balas Serkan.

Zaverino menatap mata biru abangnya. "Gue yakin Mentari akan sembuh, kita pindahkan dia ke rumah sakit yang ada di Jakarta."

"Lo budek, tadi dokter bilang kalau peralatan medis disini belum secanggih peralatan medis di Jepang!" akhirnya Serkan mulai menggertak adiknya.

Zaverino hanya bisa mengepalkan tangannya, dia tidak mungkin bisa meninggalkan Mentari begitu saja. Siapa yang akan mengurusnya disana?

"Biar gue ikut Mentari ke Jepang," ucap Zaverino.

"Terus sekolah kamu gimana?" tanya Sheila.

"Gue bisa lanjutin sekolah disana kak,"

"Kalau Zaverino pindah ke Jepang, kita juga harus ikut." ucap Rafkan dan disetujui keenam sahabatnya.

Serkan menepuk pundak adiknya itu lalu menatap anggota geng Jupiter. "Kalian itu sudah kelas dua belas, lebih baik kalian belajar yang baik,"

"Tapi siapa yang jagain Mentari di Jepang?" tanya Ubay.

Serkan berfikir sejenak.

"Biar saya saja," ucap seseorang yang baeru saja datang.

ZAVERINO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang