Zaverino (END)

5.5K 347 72
                                    

Sekarang di rumah Mentari sudah ramai dengan keluarga dan sahabat Zaverino.

Mentari hanya bisa menundukkan kepalanya, entah kenapa perasaannya sekarang sangat malu sekali untuk melihat Zaverino.

"Saya kesini untuk melamar Mentari," ucap Zaverino.

Ayah Mentari tersenyum. "Saya sebagai Ayah Mentari, setuju saja. Karena kamu sudah menjaga Mentari saat SMA, tapi semua keputusan ada di tangan Mentari."

Lalu lelaki paruh baya itu menepuk tangan Mentari yang sedari tadi mengenggam tangan Ayahnya.

Mentari menatap ke arah depannya, gadis itu sudah ditatap oleh keluarga Zaverino dengan penuh harap.

"Ehhmm.. saya setuju," ucap Mentari dengan gugup.

"Gak kedengaran suaranya adek ipar," ucap Serkan sambil tersenyum jail.

Umma Hafizah langsung menepuk lengan anak sulungnya yang jail itu. "Serkan,"

Serkan hanya tertawa kecil.

Sedangkan pipi Mentari sudah memerah karena ucapan Serkan, adik ipar? Nikah aja belum.

"Saya setuju," ucap Mentari dengan suara yang lebih nyaring dari sebelumnya.

"Alhamdulillah," ucap semua orang yang ada di rumah Mentari.

"Akhirnya lo nikah juga Ver!" ucap Ubay sambil merangkul sahabatnya itu.

"Jadi geng kita gak ada lagi yang jomblo!" seru Egi.

Dan ketujuh lelaki sahabat Zaver berseru heboh karena sahabatnya sudah mau nikah.

Setelah itu mereka memilih untuk makan siang, lalu mengobrol untuk pernikahan Zaverino dan Mentari dua bulan lagi.

Mentari memilih untuk menemani Ariel dan Mentari kecil di taman belakang rumahnya.

"Kalau tante nikah sama Papa, berarti Tari harus panggil tante Mama dong?" ucap Mentari kecil sambil menatap gadis berhijab itu.

Mentari menjadi salah tingkah karena perkataan gadis kecil itu.

"Ehmm.. terserah Mentari saja," ucap gadis berhijab ungu itu.

Mentari kecil hanya tersenyum bahagia.

"Kakak cantik kok mau sama bang Zaver?" kini yang bertanya adalah Ariel.

"Karena bang Zaver sahabat kakak cantik," jawab Mentari sambil menatap lelaki bermata abu-abu itu.

"Kalau aku sahabat kakak cantik, kakak cantik mau sama aku?" tanya Ariel lagi.

Mentari tersenyum. "Kamu sudah SMP kan? Nanti kalau sudah SMA, kamu cari tuh sahabat yang selalu temenin kamu saat kamu susah."

Seperti Zaverino dan dirinya, lelaki bermata biru itu selalu menemaninya saat dia sakit. Dan Zaverino yang pertama kali menyadari ada kanker di otaknya.

Ariel hanya menganggukkan kepalanya.

Tiba-tiba seorang lelaki bermata biru mendekat ke arah mereka.

Zaverino mendehem.

"Papa," Mentari kecil menghampiri Zaverino lalu lelaki bermata biru itu menggendongnya.

"Kenapa lo kesini?" tanya Mentari kepada Zaverino.

Zaverino mengangkat sebelah alisnya lalu duduk di kursi taman yang lain sambil memangku Mentari kecil yang sibuk dengan bonekanya. Sedangkan Ariel sudah pergi menjauh, anak SMP itu lebih tertarik dengan makanan yang ada di dalam.

"Gak boleh?" tanya Zaverino.

Mentari hanya memalingkan mukanya, bukannya tidak boleh Zaverino kesini. Tapi kini jantungnya seakan mau copot setiap kali bertemu Zaverino.

ZAVERINO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang