TNS 5

546 52 1
                                    

Hari berganti hari dan ke enam anggota Akashi kini beranjak dewasa, mereka kini tak tinggal bersama dengan orang tua mereka.

Mereka tinggal di tengah kota Tokyo,semua bekerja kecuali Kuroko yang di larang oleh ke lima kakaknya karena keadaan tubuhnya yang mudah lelah. Alhasil ia menghabiskan waktu untuk membantu keperluan rumah karena di rumah ini pelayan dapat di hitung jari.

Apa lagi mereka semua tak ingin keperluan mereka diurus oleh orang lain selain Tetsuya.

.
.
.
Setiap pagi Kuroko akan membangun kak kakaknya satu persatu di tiap ruangan yang berbeda.

Sebelum membangunkan ia akan membuatkan sarapan sederhana, dengan telur.

kadang ada kakaknya yang pulang pada waktu jam makan siang, karena ingin bertemu Kuroko.

Namun kadang mereka tidak pulang sampai larut malam karena lembur.

Seperti sekarang, akhir bulan biasanya mereka tidak akan pulang cepat, karena itu untuk menghilangkan kejenuhan Kuroko akan pergi berjalan sebentar, setelah menutup pesan pada beberapa pelayan.

.
.
.
Kuroko berjalan di sore yang mulai dingin, karena musing gugur telah tiba.

Angin berhembus menyibak rambut Kuroko yang sedikit panjang, melangkahkan kakinya hingga sampailah ia di toko buku langganannya.

Namun ia mengurungkan niatnya, setelah teringat, beberapa bahan makanan telah habis, ia pun berjalan lebih jauh untuk sampai di super market.

Namun ternyata belanjaannya lebih banyak dari yang ia duga, ia kebingungan bagaimana cara ia pulang?

Kuroko gak mau merepotkan kelima kakaknya.

Uang pun hanya sisa sedikit, tidak akan cukup untuk membayar taxi.

Jadi mau gak mau ia harus berjuang sendiri dengan bawaan yang berat itu.

Tanpa terasa cukup lama, akhirnya ia sampai di rumah, pelayan yang melihat Kuroko kesusahan langsung sigap membawakan belanjaannya.

"Okaeri, Tetsuya-sama" ucap salah satu pelayan wanita paruh bawa dan pelayan lainnya.

"Tadaima, aku melihat mobil nii-san di depan?"

"Ah, Seijuuro-sama baru saja kembali beberapa menit yang lalu"

"Baiklah"

Tanpa curiga, wajah senang Kuroko mendengar kakaknya pulang, langsung mengembalikan semangatnya.

Ia berjalan cepat ke ruang tengah, berharap mendapat sambutan dari si sulung, namun-

"Hmppp mppp?

Kouki! Hentikan!?

Cepat minum air putih ini dan berhenti memelukku!?" ucap Seijuuro berciuman dengan pria yang tengah di bawah pengaruh alkohol.

"Ehhh??? Bukankah Sei-kun juga menyukaiku~?" ucap Furihata Kouki yang di ketahui merupakan salah satu collegan penting Akashi.

"Cepat minum airnya dan katakan alamat rumah mu, biar aku bisa segera mengantarmu!?" ucap Akashi sedikit kesal.

"Ehh, bukannya sei-kun sendiri yang mengajakku minum?" masih memeluknya.

"Aku tidak tahu kalau hanya segelas koktail kau akan mabuk!" ucap Akashi pusing sendiri.

"Ehhhh~" ucap Furihata dengan senyum jahilnya.

"Nii-san?" ucap Kuroko akhirnya menyadarkan Akashi kalau si bungsu ada.

"Te-tetauya? Sejak kapan kau ada di sana?"

"Barusan" ucap Kuroko berbohong.

"Kalau begitu aku akan pergi mengantar teman kerja ku  dulu, tidurlah duluan biar pelayan yanh membukakan pintu untukku nanti" ucap Akashi sedikit pucat.

"Baiklah" ucap Kuroko pura pura, mengerti.

Entah mengapa perasaan Kuroko bercampur aduk. seperti di bohongi dan di tinggalkan?

Kenapa?

Pertanyaan besar di kepala Kuroko.

Kenapa ia merasakan perasaan aneh ini?

Belum lagi, ternyata ke empat kakak lainnya tidak pulang malam itu.

Paginya setelah Kuroko terbangun, ia mengecek satu persatu kamar dan tak ada yang terisi, alhasil ia menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

.
.
.
Di sela sela ia menyantap sarapannya, tiba tiba ada yang memeluk Kuroko dari belakang, Kuroko yang kaget tak sengaja menjatuhkan gelar berisi air di sisinya.

PRAK!!!

"Ryou-nii?" ucap Kuroko terkejut ternyata bukan hanya Kise yang ada tetapi yang lainpun pulang pagi itu kecuali Akashi Seijuuro.

Namun ada hal yang mengganggu Kuroko, wangi mereka berbeda dengan yang biasanya.

Tanpa basa basi Kuroko menghiraukan pikirannya dan segera membereskan pecahan itu.

"Egh!?" jari Kuroko tergores kaca, namun Midorima yang melihat tidak langsung mengambil tindakannya seperti biasa, ia memanggil pelayan untuk mengobati Kuroko.

Kuroko berfikir positif mungkin Midorima terlalu lelah karena pekerjaannya yang sebagai dokter terus menguras energinya.

"Tetsu, mana sarapan untuk kami?" ucap Aomine duduk bersama yang lain.

"Aku gak tahu nii-san akan pulang jadi aku tak menyiapkannya" ucap Kuroko tengah mencuci jarinya yang terkena beling.

"Ehhh~, kami dah bela belain pulang, buat makan dan makanannya gak ada. Saiyaku~" ucap Murasakibara mengeluh tanpa menghiraukan perasaan Kuroko.

"Seijuuro-nii?" ucap Kuroko menyadari si sulung gak ada.

"Ah, dia bilang. Ada meeting mendadak di Amerika karena itu dia gak akan pulang beberapa hari nodayo"

"Hmpo" ucap Kuroko mencoba cuek, walau ia tahu perubahan sikap ke 5 kakaknya sangat amat menyakiti Hati ya.

"Kalau begitu kami akan kembali kerja, Tetsuya-cchi. Itekimasu" ucap Kise paling semangat dan di ikuti ke 3 kakak lainnya.

Sesaat setelah pintu rumah tertutup Kuroko meneteskan air mata, pelayan tua cukup terkejut.

Kuroko mulai merasa kalausanya ia berada di rumah ini hanya sebagai pembantu bagi ke 5 kakaknya, apakah karena itu ia merasa begitu ingin menangis?

"Besok aku akan mencari pekerjaan" bisik Kuroko mulai menghapus air matanya. Dengan ia bekerja ia tak akan terlalu memusingkan kehidupan ke 5 kakaknya dan sibuk dengan pekerjaannya bukan.
.
.
.
Namun belum sempat itu terlaksana, Akashi sudah menangkap basah si bungsu.

"Tetsuya, apa ini maksudnya!?" di saat sarapan, Akashi tiba tiba melemparkan berkas berkas ke atas meja.

"???"

"Tetsuyacchi? Ini  bukannya info lowongan kerja-ssu?" ucap Kise melihat berkas berkas.

"Eh? Tetsuya apa yang kau pikirkan nodayo?" ucap midorima.

"Tetsu, apa kau kekurangan uang?' ucap Aomine menatap cemas.

"Eh? Tapi kurasa uang yang kami berikan tidak mungkin kurang nee~?" ucap murasakibara merasa aneh.

"Iie, hanya saja kupikir, aku juga sudah cukup umur untuk mendapatkan pekerjaan" ucap Kuroko berbohong.

"Bohong! Jawab yang jujur!? Apa alasan-" ucap Akashi yakin kalausanya Kuroko berbohong.

"Aku sudah kenyang, kalau begitu Aku du-" ucap Kuroko padahal kurasa Kuroko baru makan beberapa suap saja.

"Tetsuya!? Kenapa kau selalu bertindak di luar keinginan ku!?"

"Aku selalu menurut, kenapa nii-san tachi tak pernah mengerti!?" ucap Kuroko pergi meninggalkan piring dan berlari keluar rumah.

"TETSU/TETSUYA/TETSUYA-CCHI/TETSU-CHIN!?"

"Biarkan! dia harus mendinginkan kepalanya!" ucap Akashi menatap Kuroko kesal dan khawatir di saat yang bersamaan.

"Yang harus mendinginkan kepalanya adalah kita nodayo" ucap Midorima ikut beranjak pergi.

TBC

Reinkarnasi [Vampir]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang