Dream and Reality

479 84 14
                                    


Suasana di luar ruang UGD tampak begitu sepi dan hening. Seungwoo hanya bisa menautkan kedua tangannya yang sudah berubah menjadi sangat dingin. la berdoa semoga tunangannya itu bisa diselamatkan. Di sampingnya, Byungchan tampak menunduk. Tak ada yang tahu apa yang dirasakan sebenarnya oleh pria itu. la
menunduk bukan karena menyesal, namun ia menunduk demi menyembunyikan senyuman sinisnya.

"Hyung tak menyangka Seungyoun bisa melakukan hal ini... Apa dia merasa begitu tertekan karena Hyung tak menemuinya selama satu minggu lebih? Hyung merasa sangat bersalah, Byungchan ah.," lirih Seungwoo.

Byungchan menggenggam tangan Seungwoo, lalu meremasnya
perlahan.

"Ini bukan salah Hyung. Tapi ini salahku..," lirih Byungchan kemudian.

"Jika saja aku tidak melarangmu, pasti Seungyoun Hyung tidak akan seperti ini. Mianhae, Hyung... jeongmal mianhae.." lirih Byungchan lagi.

Seungwoo merasa semakin frustrasi. Bagaimana mungkin ia menyalahkan adiknya saat ini?

Memang benar, Seungyoun terabaikan karena ia terlalu menjaga Byungchan saat itu. Tapi ia pun tak bisa mengabaikan Byungchan di rumah sakit karena pria itu begitu takut ditinggal sendirian.

"Ini bukan salahmu, Byungchan ah. Hyung yang salah karena Hyung tak cukup mampu untuk meyakinkan Seungyoun bahwa dia tak pernah sendiri. Hyung tak cukup mampu untuk memberinya perhatian lebih.," kata Seungwoo lagi, terus menyalahkan dirinya sendiri.

Keadaan kembali hening. Seungwoo tak bisa tenang sedikit pun. Pria yang sangat disayanginya sedang ada di ruang UGD, berada antara hidup dan mati. Masih teringat jelas di benaknya bagaimana wajah Seungyoun yang tidak sadarkan diri. Semua itu begitu mengusik hatinya, hingga berada dalam keresahan yang begitu dalam.

"Apa yang dia minum hingga seperti ini?" lirih Seungwoo  masih dengan nada putus asa.

"Aku pun tak tahu, Hyung. Ketika aku datang, Seungyoun Hyung sudah tak sadarkan diri...," bohong Byungchan.

Pintu ruangan UGD terbuka setelah beberapa jam tertutup rapat. Beberapa dokter dan perawat mulai keluar dari ruangan itu. Salah satu di antaranya cukup Seungwoo kenal.

"Dokter Park, bagaimana keadaannya?" tanya Seungwoo begitu dokter itu keluar dari ruang UGD.

Dokter itu membuka masker hijau yang sedari tadi menutupi wajahnya,

"Dia baik-baik saja. Kondisinya akan cepat stabil," jelas dokter itu.

"Apa jenis obat yang dia minum? Apakah dia overdosis?" tanya Seungwoo lagi.

" Iya, dia terlalu banyak meminum obat tidur dosis tinggi. Beruntung dia segera dibawa ke rumah sakit, jadi kami bisa melakukan penanganan sesegera mungkin," kata dokter itu lagi.

Seungwoo menghela napas lega. Ketakutannya sekarang sedikit berkurang.

"Bolehkah aku melihat kondisinya?" Dokter itu mengangguk, mempersilakan Seungwoo masuk ke dalam ruangan UGD.

Seungwoo dan Byungchan masuk ke dalam ruangan itu, melihat seorang yang tampak begitu lemas di atas tempat tidur. Jarum infus menembus pembuluh darah di tangannya. Pria itu dibantu selang oksigen untuk bisa bernapas dengan baik.

Seungwoo merasa tubuhnya lemas seketika. Seseorang yang ingin selalu ia jaga kini malah tak berdaya di atas kasur pesakitan. Seungwoo tak pernah membayangkan hal ini bisa terjadi pada Seungyoun. Selama ini, ia selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa fobia yang dialami pria itu hanyalah fobia ringan. Namun ternyata Inilah kejadiannya. Pria itu mencoba bunuh diri. la ingat, fobia bisa saja menjadi berat jika sudah merusak hidup pasiennya sendiri. Betapa Seungwoo merasa sedih melihat kenyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa fobia yang dialami Seungyoun telah meningkat
dan bisa membuat hidup Seungyoun selalu ada dalam bahaya.

Our Destiny (RyeonSeung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang