Hate to Love You

454 75 11
                                    





jika Seungwoo bisa menamai hari sesuai dengan perasaan yang ia rasakan, maka ia akan menamai hari ini sebagai hari yang sangat buruk. Langit sangat mendung, walau salju telah berhenti turun. Kekacauan menghimpit hatinya hingga tak bisa berpikir jernih. Ditatapnya seorang yang saat ini sedang terlelap karena pengaruh obat penenang. la menatap pria itu dengan miris, lewat kaca kecil berbentuk persegi yang ada di pintu ruang rawat itu.

Seungwoo bukan tak ingin mendekat pada pria itu. la pun bukan takut pria itu akan melukainya. la hanya bimbang. Hatinya sangat kacau. Adiknya beberapa saat yang lalu mendesaknya untuk meninggalkan Seungyoun, karena menurutnya Seungyoun sangat berbahaya. Seungwoo tak ingin melakukan hal itu. Hubungannya dengan Seungyoun pun baru dimulai, dan bahkan Seungwoo tak mau mengakhiri kisah cintanya yang memang sudah ia rencanakan akan dibawa ke jenjang pernikahan.

"Apa yang harus Hyung lakukan, Seungyoun ah? Tak bisakah kau
sembuh dari semua tekananmu itu? Hyung ingin melihatmu baik-baik saja, lalu membuktikan pada dunia bahwa calon pendamping Hyung
adalah seseorang yang sempurna, seseorang yang tidak punya kekurangan apa pun...," ucap Seungwoo parau.

Matanya memanas. Baru kali ini ia merasakan luka yang begitu dalam di
hatinya. Luka karena cinta. Cinta yang awalnya terlihat indah dan
sangat pasti, namun kini tampak samar dan memudar.

"Dokter Han," panggil seseorang dari arah belakang.

Seungwoo segera membalikkan badannya. Jinhyuk  sudah ada di hadapannya, berusaha tersenyum simpati pada Seungwoo.

"Ayo, kita bicara di ruanganku."
Seungwoo mengangguk lesu seraya mengikuti langkah kaki Jinhyuk yang berjalan beberapa langkah di depannya. Hatinya semakin tak tenang saja ketika melangkah menuju ruang kerja Jinhyuk, tepatnya di departemen kesehatan jiwa.

"Jadi, bagaimana keputusanmu?" tanya Jinhyuk ketika ia sudah sampai di ruangannya dan duduk di kursi kerjanya.

Seungwoo ada di depannya dengan keresahan yang tampak jelas
terlihat.

"Aku tak mau mengambil keputusan yang salah. Seungyoun...aku tak mau Seungyoun terluka bila tahu aku memindahkan dia ke departemen kesehatan jiwa," ungkap Seungwoo sedih.

"Tak ada waktu lagi, Dokter Han. Kau tahu sendiri kan apa yang terjadi pada Seungyoun? Selain melukai dirinya sendiri, dia kini melukai orang lain. Keadaan seperti itu tidak bisa dibiarkan. Fobia yang pria itu derita sudah berubah menjadi gangguan psikis yang berat," kata Jinhyuk mencoba menjelaskan.

"Aku tahu, Dokter Lee. Tapi... tapi aku tak mau melihat Seungyoun lebih terluka. Aku masih ingat kondisinya tadi pagi. Dia terlihat baik-baik saja. Aku memeluknya dengan erat, merasa bahwa dia sudah kembali pada kondisinya yang stabil. Tapi tadi siang, aku tak menyangka kondisinya bisa separah itu. Aku... aku hanya tak
bisa menerima semua ini," ucap Seungwoo terbata.

Jinhyuk menatap miris senior sekaligus sahabatnya itu. Melihat seorang Seungwoo yang terlihat begitu rapuh, entah mengapa ia begitu ingin membantu Seungwoo keluar dari masalahnya. la tak lagi berpikiran egois tentang perasaannya
terhadap Seungyoun. Yang ia inginkan sekarang hanyalah mencoba
untuk menyembuhkan Seungyoun, agar sahabatnya itu tak lagi terlihat
rapuh.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu, Dokter Han. Tapi,
tidakkah kau pikir mengulur waktu hanya membuat semuanya semakin rumit? Penyakit psikisnya bisa menjadi lebih buruk bila tidak diberi tindakan yang tepat," kata Jinhyuk lagi.

Seungwoo memejamkan matanya rapat-rapat seraya menghela napas berat. Sebuah keputusan harus segera ia ambil untuk terhindar dari keadaan yang lebih buruk.

"Baiklah, pindahkan Seungyoun dari ruang rawat ke ruangan yang ada di departemen ini, Dokter Lee."






Ruangan sepi itu tertutup rapat dan juga terkunci. Seorang berbaring sendiri di atas tempat tidur, belum tersadar dari pengaruh obat penenang yang disuntikkan ke tubuhnya, Ruangan itu pun terlihat begitu suram, sedikit menakutkan dan... sunyi.

Our Destiny (RyeonSeung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang