2

857 34 0
                                    

***

Naura bangun pagi sekali, dengan bantuan alarm di ponselnya, ia akhirnya terbangun pukul 05.00. Dengan sigap, ia segera bersiap.

Hari ini merupakan hari yang penting baginya. Sebuah hari yang telah ia tunggu sekian lamanya. Hari bahagianya.

Tak seperti biasanya, Naura hanya mengenakan kemeja putih dan celana jeans kesayangannya. Rambutnya dicepol ke atas membentuk bun. Tanpa mengenakan riasan sedikit pun di wajahnya.

Naura benar-benar memiliki kecantikan yang natural.

Ia memacu laju mobilnya dengan kecepatan tinggi. Senyumnya sumringah. Sepanjang jalan, ia terus tersenyum. Ia benar-benar bahagia dengan datangnya hari ini.

Mobil Naura memasuki parkir di Rumah Sakit terkenal di Jakarta.

Setelah memarkirkan mobilnya, ia menaiki lift menuju lantai di mana sang Adik akan melakukan operasi.

Dari kejauhan, ia dapat melihat sang Ibu dengan senyumnya yang berdiri di sana menyambut anak perempuannya.

Naura memeluk ibunya, Ningsih.

"Akhirnya, ya, Bu," ucap Naura.

Ningsih mengangguk sambil menahan tangis.

Hari ini, adalah hari yang ia tunggu. Kabar bahagia datang padanya dua minggu lalu, saat pihak Rumah Sakit mengabarkan bahwa akan ada orang yang menjadi pendonor untuk ginjal sang Adik.

Mendengar kabar itu, Naura melonjat kegirangan. Setelah satu tahun ia menunggu saat-saat seperti ini, akhirnya keinginannya untuk melihat sang Adik sembuh pun semakin dekat.

Setelah mengurus biaya administrasi dan keperluan lainnya, Naura menyempatkan untuk melihat sang Adik.

"Din, semangat, ya! Lo bakal sembuh," ucapnya menyemangati Dinda, adik Naura yang berusia 18 tahun.

Dinda mengangguk,"Makasih, kak."

Naura mengenggam tangan Dinda sampai ke pintu Ruang Operasi. Ia melihat ke dalam manik mata sang Adik, ada kebahagiaan yang juga ia rasakan saat ini.

Tak lama sejak sang Adik masuk ke ruang operasi, ponselnya berdering. Naura mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya.

"Oke, i'll be there," klik, panggilan terputus.

"Bu, Naura pergi dulu, ya. Ada kerjaan mendadak."

"Iya, Nak. Hati-hati, ya."

Naura mencium dahi sang Ibunda. Merasakan kehangatan yang berhari-hari ia rindukan.

Setelah berpamitan, Naura kembali melangkahkan kakinya ke luar. Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi Naura yang 'lain'.


TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang