7

546 26 0
                                    

***

Abiyu menenggak alkoholnya. Nanda hanya bisa terdiam melihat sahabatnya seperti ini.

"Pasti abis ribut lagi ini mah sama Tuan Besar," ucap Nanda.

Abiyu tertegun, lalu ia kembali menenggak alkohol yang ada di tangannya.

"Udahlah, Bi. Nurut aja kenapa, sih?"

Mata Abiyu melotot,"Gue gak cinta, Nan. Pernikahan itu bukan sesuatu yang main-main."

"Ya, tapi kan-"

Belum selesai Nanda bicara, Abiyu sudah memandanginya dengan tatapan mengerikan.

"Iya udah iya nggak," Nanda membungkam mulutnya sendiri.

Ponsel Abiyu berdering, tertera nama Cika di sana. Dengan cepat, ia mematikan panggilan yang masuk ke ponselnya saat itu.

Ia memijit batang hidungnya. Ini bukan pertengkaran pertamanya dengan Amzari. Ini sudah penolakannya untuk kesekian kali perihal menikah dengan Cika.

Amzari terus bersikukuh bahwa Cika adalah yang terbaik untuknya. Sedangkan, Abiyu, tidak menginginkan Cika berada di hidupnya.

Ponselnya terus berdering, Cika terus saja memanggil.

Abiyu kesal, lalu membanting ponselnya.

Nanda terkejut.

"Brengsek!" ucap Abiyu dengan kasar.

Nanda menelan ludah keringnya. Berusaha mengatur ritme jantungnya saat melihat Abiyu marah seperti ini.

Suasana menjadi dingin dan hening seketika.

Nanda memutar bola matanya dan berusaha memikirkan cara untuk membantu Abiyu.

"Ah, gue ada ide," ucap Nanda memecah keheningan.

Abiyu menoleh.

"Pura-pura punya pacar aja, Bi," celetuk Nanda.

Abiyu berdecih,"Gue gak kayak lo yang punya banyak simpenen cewe."

Nanda tertawa kecil,"Kalo nyewa pasangan aja, gimana?"

Abiyu terdiam, pandangannya mengarah pada Nanda dengan banyaknya pertanyaan di dalamnya.

"Gue punya kenalan temen yang baru aja nyewa orang buat jadi pasangannya."

"Emang ada?"

Nanda mengangguk.

"Nanti gue kenalin lo ke dia."

Abiyu hanya diam. Dan, kembali menghabiskan alkohol di gelasnya.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang