Epilog

943 39 5
                                    

***

Tiga bulan kemudian.

Setelah melalui masa pemulihan, Naura akhirnya bisa menjalani hidupnya seperti sebelumnya. Kakinya juga sudah bisa digunakan untuk berjalan kembali. Rambutnya yang sempat botak karena operasi juga sudah mulai tumbuh.

Setelah melewati masa kritisnya, akhirnya ia pulang.

Untuk melepas rindu kepada sang Ibu dan Adiknya.

Naura membuka pintu rumah sang Ibu dengan senyum bahagia. Kedatangannya langsung disambut sebuah pelukkan hangat dari Dinda.

"Bu, kak Naura pulang," teriak Dinda.

Dari arah dapur, Ningsih berlari dan menghampiri Naura dengan perasaan bahagia.

"Rinduku, cintaku, anakku..." ujar Ningsih pada Naura. "Ibu kangen banget."

Sambil memeluk sang Ibu, Naura menangis, melepas rindunya setelah berbulan-bulan lamanya.

"Naura juga kangen, bu."

Naura mencium pipi Ningsih dengan penuh cinta.

"Oleh-oleh Dinda mana?"

Naura tertawa.

Ia langsung mengeluarkan sebuah boneka beruang besar dari goodie bag-nya.

"Wah, makasih, Kak Naura... Udah lama banget Dinda mau ini," ujar sang adik dengan perasaan bahagia.

Sambil tersenyum, Ningsih menggoda anaknya.

"Kayaknya Ibu juga dapet hadiah, nih," ucap Ningsih sambil melihat ke arah Abiyu yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari Naura.

Naura langsung tersipu malu.

Ia menarik tangan laki-laki itu dan memperkenalkannya pada sang Ibu.

"Ini Abiyu, bu..." kata Naura.

Abiyu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Abiyu."

"Jadi, ibu dapet kado calon mantu, nih," ledek Ningsih.

Mata Naura langsung terbelalak. Pipinya merah.

"Ibu, ih..." jawab Naura dengan kikuk.

-

Setelah perkenalan Abiyu dengan Ningsih, Naura merasa sedikit lega.

Ia bersama Abiyu kembali ke pantai yang pernah mereka kunjungi bersama.

"Makasih, ya, lo udah nepatin janji," kata Naura.

"Janji?"

Naura mengangguk.

"Janji buat gak bilang ke orang tua gue atas apa yang terjadi."

"Oh, itu..." Abiyu menggaruk tengkuknya.

Naura membalikkan badannya sambil menatap Abiyu.

"Makasih juga karena lo dan keluarga lo udah nerima gue waktu gue sakit," ucap Naura tulus. "Tanpa itu, gue gak akan ada di sini."

Abiyu tersenyum, ia tersipu malu.

"Friends forever?" Dengan tiba-tiba, Naura mengulurkan tangannya pada Abiyu.

Laki-laki itu terkejut.

Ia tidak menjabat tangan Naura. Dan, mengabaikan perempuan itu.

Naura bingung.

"Biyu," panggil Naura. "Kok dicuekkin, sih? Ih, kenapa? Tiba-tiba marah."

Abiyu membalikkan badannya.

"Friend?"

Naura mengangguk.

"Ya, 'kan kontrak kita udah selesai," jawab Naura polos.

Abiyu merasa frustasi.

Ia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya sekarang, setelah berbulan lamanya hanya ia pendam untuk dirinya sendiri.

"Na," panggil Abiyu.

"Apa?"

Abiyu memegang tangan Naura dan menatap manik mata perempuan itu.

"Bisa gak kalo gue jadi lebih dari temen buat lo?"

"Hah?"

Abiyu menelan ludah kering,"Gue... Gue mau jadi pacar lo, Na."

Naura tertegun. Ia sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Lo gak lagi bercanda, 'kan?"

Abiyu menggeleng dengan cepat.

"Tiap hari, gue selalu nunggu lo. Nunggu lo bisa tau apa yang gue rasain. Dan, gue selalu nunggu lo. Sampe sekarang."

Naura tersenyum.

"No," jawab Naura.

Abiyu terkejut.

"Lo nolak gue, Na?"

Naura berlari ke arah bibir pantai.

"Jawabannya no kalo lo gak mau main air," teriaknya.

Abiyu langsung berlari menyusul Naura.

Mereka mulai saling melemparkan air ke satu sama lain.

Naura terus berlari untuk menghindari Abiyu. Dengan cepat, tangan Abiyu menarik tangan Naura dan membawanya ke dalam dekapan.

Naura terpaku, saat kedua mata Abiyu menatapnya dengan tatapan serius.

"Jadi?" tanya Abiyu.

"It always been you¸ Biyu. So, yes... The answer is yes."

Abiyu melebarkan senyumnya. Dan, menggendong Naura ke udara.

"Wohooo," teriaknya dengan perasaan bahagia.

Begitu pun Naura, ia memeluk Abiyu dengan erat. Tak menyangka bahwa perasaannya juga akan terbalas.

Tak menyangkan, bahwa apa yang ia rasakan saat koma ternyata adalah hal yang nyata. Sentuhannya, kata-katanya, dan perasaannya.

Cintanya terbalas.

Entah sejak kapan ia merasakan perasaan yang disebut cinta itu.

Tapi, yang pasti, saat ini, ia ingin terus bersamanya.

Ia yang tidak pernah lelah menunggunya.

Ia yang selalu sabar memperjuangkannya.

Dan, ia yang melindungi dengan caranya sendiri.

Ia... Abiyu Adnan Amzari.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang