28

488 23 0
                                    

***

Pagi ini, Abiyu, Amzari, Nani, Nanda, dan beberapa kerabat dekat lainnya datang menghadiri pemakaman Cika. Terdengar suara isak tangis dari sang Ibunda dari Cika.

Abiyu menatap nanar batu nisan yang ada di hadapannya.

Ia turut merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi pada Cika.

"Cika, Mamah pasti bakal nerima kamu apa adanya. Kamu gak seharusnya melakukan ini," ujar wanita paruh baya yang sejak tadi hanya menangis meraung sejak kematian anak perempuannya.

Hujan turun membasahi tanah merah yang masih basah.

Semua orang pergi sesaat setelah acara pemakaman.

Hanya tinggal Abiyu yang masih berdiri sendiri.

Seolah ia ingin berdamai dengan apa yang belakangan ini terjadi. Yang merenggut hidup orang-orang di sekitarnya.

Abiyu berlutut dan menaruh setangkai bunga di atas kuburan Cika.

"Gue maafin lo, Cik. Gue juga minta maaf," ujarnya.

Abiyu bangkit dan berdiri. Setelah meyakinkan diri, ia pun berbalik pergi. Meninggalkan Cika untuk yang kesekian kalinya.

Ia ingin merutuki dirinya sendiri. Sayangnya, ia tidak bisa terus terpuruk. Ada yang masih harus ia nanti. Dia yang belum bangun dari tidur indahnya. Dia yang selalu ia lihat di setiap malamnya. Dan, dia yang paling ditunggu kehadirannya.

-

Sepulangnya dari pemakaman, Abiyu langsung menuju rumah sakit di mana Naura dirawat. Ia berlari di sepanjang lorong setelah mendengar bahwa keadaan Naura mendadak kritis. Bahkan, Dokter pun memberitahu bahwa Naura koma.

Baru saja ia merasa kehilangan. Rasanya, ia tidak sanggup jika harus kehilangan dua orang di waktu yang sama.

Abiyu membuka pintu kamar Naura. Di sana, juga sudah ada orang tuanya dan Nanda.

Abiyu berjalan perlahan mendekati Naura.

Dengan tubuh yang basah, Abiyu menggenggam tangan Naura.

"Lo harus bertahan, Na," ujarnya pelan.

Ia menenggelamkan wajahnya dalam kesedihan. Saat ini, yang bisa ia lakukan hanyalah mendo'akan yang terbaik. Agar Naura bisa segera kembali.

"Bi, kamu harus sabar," ujar Nani seraya menenangkan sang anak.

"Gue gak bisa kehilangan lo juga, Na," katanya dengan nada bergetar dan perasaan takut yang amat luar biasa.

"Lo harus bangun..."

"Gue bakal nunggu sampe lo sadar..."

"Berapa lama pun itu...."


TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang