***
"De, mana si Abi?" tanya Nanda pada sekretaris pribadi Abiyu.
"Belum datang, mas Nanda."
"Duh." Nanda terlihat nampak gelisah. "Tumben banget sih dia kesiangan."
Dea mencoba menghubungi Abiyu berkali-kali, namun belum juga mendapatkan jawaban.
"Ada apa, mas Nanda?"
"Ini, soal Cika."
Dea mengangguk,"Semoga cepet selesai, ya, mas Nanda. Pak Abi kayaknya stres banget soal pemberitaan ini."
"Ya, makanya gue ke sini mau ngasih tau dia jalan keluarnya. Tapi, nih orang malah ilang ditelan bumi. Gue samper ke rumahnya juga dia gak ada."
Dea tiba-tiba terpikir hal buruk akan Abiyu,"Apa jangan-jangan pak Abi pergi ke luar negeri?"
Nanda mengernyit,"De, udah jadi sekretaris Abiyu berapa lama? Mana mungkin bos lo kabur dari masalah. Dia mau dijodohin aja, malah bawa gandengan di hari pernikahannya. Kalo masalah kayak gini, sih, dia gak akan kabur."
"Iya juga, ya, mas." Dea ikut terlihat ketar-ketir akan keberadaan bosnya.
"Jangan-jangan pak Abi diculik, mas?" celetuknya.
Nanda menghela napas,"De, gue saranin, ya, jangan banyak-banyak nonton drama. Jadi, otak lo ikutan drama, 'kan."
Dea menunduk. Tak lama, telpon di meja kerjanya berbunyi. Ia segera berlari ke meja kerjanya. Namun, saking terburu-burunya, ia tersandung kakinya sendiri. menyebabkan tubuhnya kehilangan keseimbangan dan nyaris terjatuh.
Nanda dengan sigap langsung meraih tubuh Dea, dan menariknya ke dalam pelukkan.
Keduanya saling bertatap canggung.
"Bukan modus, cuma kalo gue biarin lo bakal jatoh. Abiyu masih butuh lo soalnya," celetuk Nanda.
Saat keduanya masih berada dalam posisi saling berhadapan.
Abiyu dan Naura muncul dengan tiba-tiba.
"Dea!" teriak Naura, yang menyebabkan Nanda dan Dea langsung melepaskan diri masing-masing dan nampak canggung. "Uuuh, cocok nih kalian."
Ledekan Naura barusan mendapat respon tawa dari Abiyu. Namun, Nanda langsung melempar pandangan sinis pada Naura.
"Diem, Na," ucapnya.
"Kemana aja lo berdua? Gue cariin. Ini gue mau ngasih tau soal hidup dan mati kalian. Malah hilang gitu aja," celoteh Nanda.
Abiyu langsung mengarahkan Nanda dan Naura untuk segera masuk ke dalam ruangan. Sedangkan, Dea masih tenggelam dalam kecanggungan.
Naura menutup pintu ruangan, dan memulai pembicaraan serius antar mereka bertiga.
"Gue udah ngelakuin yang lo suruh," ucap Nanda sambil mengeluarkan ponselnya.
"Ngelakuin apa?" tanya Naura yang merasa berhak untuk bertanya karena berita ini melibatkan dirinya juga.
"Gue nyuruh dia buat nyari rekaman CCTV," jawab Abiyu.
Nanda sibuk mencari file yang akan ia perlihatkan di ponselnya. Dan, Abiyu sibuk memberi penjelasan pada Naura.
"Nih," akhirnya Nanda menunjukkan file rekaman CCTV di hari di mana Nanda berulang tahun di sebuah hotel mewah.
Naura dan Abiyu sibuk memperhatikan rekaman CCTVnya. Dan, Nanda berusaha menjelaskan kejadian yang terekam.
"Jadi, waktu di pesta ulang tahun gue, Cika mabuk. Dan, posisinya, lo juga lagi sama gue ngobrolin soal liburan kita," jelas Nanda di awal.
"Terus, saat Cika udah kehilangan kesadarannya, ada cowo yang dateng menghampiri dia."
Abiyu menoleh ke arah Nanda yang menunjuk sosok laki-laki yang terekam.
"Gue tau persis siapa tamu undangannya. Dan, gue gak kenal siapa nih cowo. Anehnya, Cika keliatan akrab sama ini cowo."
Naura menyelak,"Bisa aja kan dia ngira itu Biyu. Lagian dia juga mabuk, mungkin gak bisa ngenalin mana Biyu mana bukan."
Sejenak, perhatian Nanda terganggu.
"Biyu? Siapa itu Bi-" Nanda menoleh ke arah Abiyu.
"Udah, jelasin dulu. Ntar gue bahas."
Nanda tertawa kecil,"Biyu."
"Terus, di CCTV lorong dan lift juga keliatan kalo Cika diajak sama ini cowo ke dalem kamar. Dan, oek oek..."
Naura dan Abiyu menoleh ke arah Nanda.
"Ngelahirin maksudnya?" tanya Naura polos.
Nanda menepuk dahinya.
"He'eh, iya, ngelahirin anak ayam," celetuk Nanda asal.
"Tapi, 'kan ayam bertelur."
Abiyu dan Nanda menghela napas.
"Penting gak sih kita sekarang bahas ayam? Ini ada yang jauh lebih penting, loh."
"Udah-udah, lanjut," Abiyu berusaha melerai.
"Jadi, yaa... Di sini kita punya bukti kalo bukan Abiyu yang nidurin Cika."
Abiyu tersenyum puas.
Dengan cepat, ia memanggil Dea masuk ke ruangannya.
"Iya, pak Abi?"
"Besok kita akan ngadain konferensi pers. Siapin semuanya, De."
"Baik, pak Abi."
Nanda dan Abiyu melakukan toss khas mereka.
"Makasih banyak, tanpa bantuan lo, gue gak bisa ngelewatin ini," ucap Abiyu.
"Lo harus tetep hati-hati, kita berdua tau gimana liciknya Cika. Dia gak akan nerima semua ini gitu aja."
Abiyu mengangguk.
Abiyu melemparkan pandangannya ke arah Naura dengan senyuman mengembang di bibirnya. Naura pun ikut tersenyum.
"Btw, kalian dari mana, ya? Kok gak pulang? Didi bilang kalian pergi dan gak pulang semaleman?" tanya Nanda seraya menyeringai.
Naura dan Abiyu langsung canggung seketika.
"Kita –"
Naura menatap Abiyu, berharap ia membantu Naura menjawab pertanyaan Nanda.
"Gak usah kepo, lo," jitak Abiyu pada Nanda.
Nanda menyeringai pada Naura.
"Tiga bulan itu lama, loh. Dan, selama tiga bulan, apapun bisa terjadi, termasuk jatuh cinta."
Deg.
Naura dan Abiyu saling melempar pandangan canggung. Dan, Nanda sibuk merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Hari benar-benar berlalu bak rolles coaster.
Kadang menyenangkan.
Kadang menyedihkan.
Kadang tak diharapkan.
Kadang, juga, menjadi yang paling dinantikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together
Teen Fiction"Dia tuh, cuma keliatan kuat di luarnya doang. Dalemnya mah sebenernya berantakan. Mata ketawanya dia, bahkan jauh lebih menyakitkan dari airmatanya. Dia sebenernya cuma pura-pura baik-baik aja. Sebenernya mah, rapuh dan hancur. Karena ngerasa gak a...