16

530 21 0
                                    

***

Seperti biasa, Abiyu selalu bangun pagi sekali. Dari kecil ia memang sudah bisa mengatur waktunya sendiri. Tak heran jika saat ini ia sudah bisa mengatur perusahaan besar yang diwarisi sang Ayah.

Baru saja ia membuka matanya, Abiyu terkejut semua lampu kamarnya mati. Di luar masih sangat gelap dan belum ada matahari, begitu pun kamar Abiyu jadi semakin gelap. Dengan menggunakan senter di ponselnya, Abiyu berjalan mendekati saklar. Ia berusaha menyalakan lampu, namun hasilnya sia-sia.

"Didi," ia memanggil Didi berkali-kali untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Didi."

Namun tidak ada suara yang menjawab.

"Di –," baru saja Abiyu membuka pintu, ia sudah dikagetkan dengan benda aneh yang tergantung di pintu kamarnya. "Aaaah!" Abiyu berteriak.

Ia berlari menuruni anak tangga.

Dan, betapa terkejutnya Abiyu melihat sosok-sosok seram yang muncul di dalam rumahnya.

"Didi."

Abiyu panik setengah mati, sambil perlahan-lahan menuruni anak tangga.

"Hwaaa!"

Tiba-tiba Naura muncul dengan tampilan sosok menyeramkan yang sering kita sebut sebagai tante "K".

Abiyu terkejut hingga salah menginjak anak tangga. Menyebabkan ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Naura yang berada di bawah anak tangga Abiyu tak dapat berkutik saat tubuh laki-laki itu jatuh tepat di atas tubuhnya.

Abiyu dan Naura terjatuh secara bersamaan di atas lantai. Kedua wajah mereka terlihat saling berdekatan antara satu dengan yang lain.

Naura menahan napasnya saat mendapati wajah Abiyu hanya berjarak satu sentimeter dari wajahnya.

Tak lama kemudian, lampu pun menyala.

Keduanya langsung bangun dengan perasaan canggung.

Abiyu mengatur ritem napasnya yang sempat terkena serangan panik beberapa saat lalu. Dan, Naura mengatur detak jantungnya yang berdetak dengan amat cepat saat ini.

Abi menoleh ke arah Naura.

"Apa-apaan, nih?" tanya Abiyu pada Naura dengan kesal.

Naura memberanikan diri menoleh ke arah Abiyu."Hukuman."

"Hukuman?"

Naura mengangguk.

"Karena lo udah melanggar perjanjian kemarin," jelas Naura.

"Gue udah minta maaf, ya."

Naura terlihat acuh.

"Bercanda lo kali ini gak lucu!" balas Abiyu kesal.

Ia berusaha untuk berdiri. Lalu, ia merasakan ada yang aneh pada kakinya. Salah satu kakinya terasa sakit seperti terkilir. Mungkin ini efek ia jatuh dari anak tangga tadi.

Naura yang menyadari keanehan itu langsung bertanya keadaan Abiyu.

"Lo gak apa-apa?"

Abiyu tidak menjawab, ia langsung bergegas menuju kamarnya dengan keadaan kakinya yang pincang sebelah.

Naura menghela napas berat. Dalam seketika, ia merasa bersalah pada Abiyu.

"Apa gue keterlaluan, ya?" batin Naura.

-

Sebagai permintaan maafnya, Naura membantu Didi untuk menyiapkan sarapan Abiyu. Ia juga sudah membereskan semua boneka-boneka yang ia gantung untuk menakuti Abiyu.

Tak lama, Abiyu turun. Naura sedikit iba pada Abiyu yang terlihat pincang saat menuruni anak tangga.

"Sarapannya sudah siap, mas Abi," ucap Didi.

Abiyu mengangguk.

Ia menarik kursinya. Diikuti Naura yang duduk di sampingnya.

Abiyu hanya melirik perempuan itu sekilas.

"Marah, ya?" tanya Naura pada Abiyu. "Maaf, ya, Biyu."

Abiyu tidak menghiraukan Naura.

Naura merasa semakin bersalah.

Perempuan itu baru saja mendapatkan ide untuk membujuk Abiyu.

Ide-ide dadakan Naura biasanya akan membuat keadaan semakin sulit.

Naura mengambil timun yang sudah ia potong-potong dan meletakkannya di matanya. Ia mencoba bertingkah lucu dengan menggunakan timun yang ada di tangannya.

"Biyu, maaf, ya. Jangan marah lagi," bujuk Naura.

Abiyu hanya meliriknya dan tidak menjawab.

Merasa diabaikan lagi, Naura mengubah idenya.

Ia mengambil selembar roti lalu membuat simbol senyum dengan saus di atasnya. Dan, memberikannya pada Abiyu.

Dengan wajah tersenyum, Naura benar-benar berusaha untuk meminta maaf pada laki-laki yang baru saja ia lukai pergelangan kakinya itu.

Abiyu masih tidak meresponnya.

Ia berdiri, dan meninggalkan Naura. Ia bahkan tidak menghabiskan sarapannya.

Naura melihatnya berjalan dengan sebelah kaki yang pincangnya. Ia hanya bisa memandangi Abi hingga bayangan laki-laki itu benar-benar menghilang dari hadapannya.

Entah kenapa, semua perasaan kesal yang ia rasakan kemarin, kini berganti dengan perasaan bersalah pada Abiyu.

Hanya dalam hitungan jam.

Perasaan perempuan memang mudah berubah-ubah, bukan?

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang