***
Di bawah sinar matahari siang ini, Naura berjalan menikmati udara yang ia nikmati dengan datangnya rasa sesak di dalam diri. Beberapa kali ia terlihat menghembuskan napasnya berat. Berusaha untuk melangkahkan kakinya lebih jauh.
Suasana hatinya sedang mendung hari ini, meski sinar matahari menunjukkan sinar terangnya.
Pagi ini, ia mendapat kabar bahwa sang Adik perlu perawatan lebih lanjut setelah operasi karena kondisi tubuh Dinda yang begitu lemah. Dan, tentu saja itu membutuhkan uang.
Mungkin sekilas, orang akan melihat Naura bahagia. Seolah memiliki segalanya. Keluarga kecil yang bahagia, ia tinggal di sebuah apartemen mewah, orang tua dan adiknya tinggal di sebuah rumah yang ia belikan, bahkan Naura juga memiliki mobil atas namanya sendiri.
Sekilas, semua memang nampak baik-baik saja. Meski, sebenarnya ada luka yang selalu ia tutupi dari dunia.
"Kayaknya biaya rumah sakit akan sedikit mahal, Na," ucap Ningsih pada Naura melalui panggilan telpon.
"Gapapa, Bu. Naura akan usahakan yang terbaik untuk Dinda dan Ibu. Jangan khawatir, ya," ucap Naura.
Naura kembali teringat percakapannya dengan sang Ibu melalui telpon pagi tadi. Dan, ia kembali menghembuskan napasnya kasar.
Setelah dirasa lelah berlari-lari dengan pikirannya sendiri, Naura memutuskan untuk kembali pulang.
Baru ia akan melajukan mobilnya, sebuah pesan singkat masuk.
Naura, temen gue ada yang mau pake jasa lo. Dijamin bayarannya tinggi. Ketemu siang ini jam 14.00 di tempat kemarin, ya.
Dengan cepat, Naura membalas pesan singkat itu.
Iya.
Dan, Naura melajukan mobilnya pulang untuk segera bersiap melanjutkan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together
Teen Fiction"Dia tuh, cuma keliatan kuat di luarnya doang. Dalemnya mah sebenernya berantakan. Mata ketawanya dia, bahkan jauh lebih menyakitkan dari airmatanya. Dia sebenernya cuma pura-pura baik-baik aja. Sebenernya mah, rapuh dan hancur. Karena ngerasa gak a...