15

526 23 1
                                    

***

Naura mengobati luka di kepala Abiyu dengan hati-hati. Meski ia saat ini sedang dipenuhi oleh amarah.

"Yakin gak perlu dipanggil ke dokter, mas Abi?" tanya Didi.

"Gak usah, Di," balas Abiyu.

Didi mengangguk.

"Maaf, ya, Na," ucap Abiyu.

Naura hanya diam.

"Gue tau lo marah. Tapi, keadaan tadi mendesak banget. Gue minta maaf."

Naura masih diam.

"Gue bakal turutin apa aja mau lo sebagai tanda permintaan maaf gue. Apa aja, Na."

Naura menghela napas kasar.

Setelah Naura menutup luka Abiyu dengan perban, ia berdiri dari sofa sambil menatap Abiyu.

"Makasih, ya, Na," ucap Abiyu pelan.

Dengan berlinang airmata yang bercampur dengan amarah, Naura melayangkan tangannya dan menampar Abiyu.

Plak.

Abiyu kena tampar lagi. Sekali lagi kena tampar, Abiyu dapet piring.

Tanpa penjelasan apa-apa, ia pergi meninggalkan laki-laki itu.

Didi kaget. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya menyaksikan Naura berlari dengan wajah yang sudah dipenuhi air mata.

Abiyu tertunduk. Lalu, ia merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumahnya.

Didi pun pergi dari hadapannya.

Laki-laki itu memejamkan matanya. Dan, terlelap dalam tidurnya.

-

Di balik pintu kamarnya, Naura menangis. Yang terjadi hari ini adalah hal yang paling memalukan dan yang tidak ingin ia ingat lagi. Ia merasa kesal pada Abiyu yang sudah melanggar janjinya untuk tidak menyentuhnya. Ia kesal sampai ia harus menangis sejadinya. Tapi, di sisi lain, ia merasa berterima kasih karena laki-laki itu sudah melindunginya dari gelas yang dilempar Cika.

Sambil menatap langit yang terlihat dari jendela kamarnya, Naura mengingat bagaimana adik dan ibunya tertawa. Itu adalah obat mujarab yang bisa membantunya tenang saat ia sedang merasa kesulitan.

Naura bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap kaca yang ada di samping tempat tidurnya. ia tersenyum melihat dirinya berbalut gaun nan cantik itu.

Ia benar-benar terlihat seperti pengantin.

"Mungkin gak, ya, hari seperti itu akan datang? Mungkin akan ada yang bisa menerima gue dengan tulus? Apa mungkin masih ada laki-laki di luar sana yang mau menghabiskan sisa hidupnya sama gue?"

Lalu, tiba-tiba ia terbesit sesuatu. Naura berlari keluar dari kamarnya dan mencari Didi.

"Didi, apa yang Abiyu benci?"

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang