19

518 18 1
                                    

***

"Ini mas Abi, mba Naura, minumnya," ucap Didi pada keduanya sebelum ia meninggal Abi dan Naura berduaan.

"Na," panggil Abi pelan.

Perempuan yang dipanggil masih menangis terisak dalam tangisnya.

"Na, gue bisa jelasin," Abiyu menyentuh tangan Naura dengan perlahan, berharap perempuan itu akan mendengarkan penjelasannya.

"Gue tau pekerjaan gue yang menyediakan jasa sewa pasangan itu emang gak layak disebut pekerjaan. Tapi, semenjak Ayah meninggalkan ibu dan adik gue, terus adik gue sakit, gue harus mati-matian cari uang buat hidup. Pekerjaan biasa gak bisa menanggung biaya hidup gue dan keluarga gue. Gue tau, pekerjaan gue hina buat sebagian orang. Tapi, gue juga masih milih-milih calon pelanggan gue. Gak mungkin gue mau jadi orang ketiga buat orang yang punya calon anak. Gak gini cara lo harus memperlakukan gue Bi," jelas Naura dengan nada bergetar.

Abiyu menarik Naura ke dalam pelukkannya.

"Apa lo tau tiap malem gue meratapi hidup gue yang harus ngelewatin beratnya hari-hari gue? Punya pekerjaan kayak gini juga bukan kemauan gue, Bi," katanya, lagi.

"Iya, Na. Gue ngerti, dan gue minta maaf," Abiyu mengusap punggung Naura dengan lembut.

"Orang yang terlahir kaya kayak lo mana bisa ngerti perjuangan, sih, Bi," celetuk Naura.

"Yang selalu gue pengen adalah gue bisa punya pasangan yang bener-bener cinta sama gue. Bukan karena mereka menyewa gue atau karena uang sekali pun. Gue pengen punya pasangan yang bisa jadi tempat bersandar, dan melindungi gue. Bukan kayak gini."

"Uang yang selalu gue terima gak bisa membeli kebahagiaan gue. Bahkan, yang ada gue cuma bisa terus menambah luka," tutup Naura.

Dengan menarik napas berat, Abiyu hanya mendengarkan ocehan demi ocehan Naura yang masih berada di peluknya.

Setelah ia rasa tenang, baru ia memberikan penjelasan.

"Sekarang gue udah boleh ngomong?"

Naura diam.

Abiyu melepaskan pelukkannya. Dan, menatap mata Naura yang masih nampak merah.

"Gue gak cinta sama Cika. Dan, gue gak pernah tidur sama dia. Mau seberapa keras dia berusaha deketin gue, gue gak pernah sama sekali nyentuh dia, Na," jelas Abiyu.

"Soal konferensi pers?" tanya Abiyu frustasi. "Gue gak mau menyalahkan siapapun di sini, tapi, izinin gue buat menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Dan, lo harus percaya sama gue."

Naura mencerna penjelasan Abiyu dengan perlahan.

"Lo bisa percaya sama gue? Gue bisa jamin gue gak pernah menyalahgunakan kehadiran lo di sini. Kalo gue emang pernah nyentuh Cika, gue gak akan jadi pengecut kayak gini, Na."

Abiyu menatap mata Naura dalam-dalam. Berharap menemukan sebuah kesempatan untuknya memperbaiki semua.

"Kalo ternyata lo salah?"

Abiyu diam beberapa detik,"Gue akan melepaskan lo. Dan, gue terima semua konsekuensinya kalo gue salah."

Naura masih terdiam.

"Lo bisa percaya sama gue?"

Naura mengangguk pelan.

Abiyu tersenyum ke arah Naura. Ia juga mengusap air mata Naura yang sejak tadi membasahi pipinya.

Tak lama, ponsel Abiyu berdering.

Papah calling...

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang