Retro

1.5K 157 18
                                        

Bahkan diriku seperti sudah tidak berarti, ini semua seperti dosa.

-------------------------------------------------------











Diriku memutuskan untuk berlari kencang menerjang derasnya hujan. Aku tak peduli. Pilihan ini jauh lebih baik.

Tetap berlari dalam koridor yang begitu remang dalam penglihatanku. Menahan semua rasa sesak yang diterima dalam dada.







Brak!

Membuka pintu dengan kasar setelah membuka kunci pintu tadi. Menaruh tas ku yang basah diruang tamu dan berlari seperti orang kesetanan menuju kamar mandi.


Membuka full keran air. Membuka kemeja dan celana bahanku. Kini hanya menyisakan kaos putih polos dan celana pendek.


Tubuhku masuk kedalam tub itu Setelah itu tangisku pecah seperti kehilangan akal. Aku menjambak kuat surai rambutku.




Kenangan itu.

Pria itu.

Tangan itu.

Tubuh ini.


"Arrrghhh!! Hentikan!!!" teriakku seperti sedang kesakitan. Begitu menyesakkan luka hati ini.


Air mulai meninggi, memenuhi isi tub, tubuhku lemas bahkan kini sudah tak kuat menahan beban tubuhku sendiri hingga tubuh ini merosot hingga yang tersisa hanya kepala ku yang menyembul karena yang lain sudah terlelap dalam air.

"Ini semua salahmu, pergilah dari kepalaku sialan!" kataku yang sedang berperang batin.

Sekujur tubuhku benar-benar lemas, seluruh anggota tubuhku bahkan sulit untuk ku gerakan.

Menutup mataku, berusaha keras untuk menghilangkan hal menakutkan ini.

Suhu tubuhku sudah mulai kedinginan, bahkan sampai menggigil. Dengan usaha penuh untuk mengumpulkan tenaga agar bisa keluar dari tub ini.

Tubuhku benar-benar menggigil hebat. Bahkan sepertinya bibirku kini mulai memucat karena dinginnya air.

Mengambil handuk,dan segera berganti piyama milikku.

Sehabis itu. Aku menuju ranjang kasur ku. Menidurkan tubuhku yang lemas ini dan menyelimutinya dengan begitu tubuhku merasa sedikit lebih hangat.













------

Diriku terbangun di tengah malam. Kepalaku rasanya begitu pening. Melihat kearah luar jendela.

Aku menghampiri kearah jendela, membukanya dan menghirup udara malam ini.

Membuang semua beban yang ada dibenakku, walaupun semua itu akan datang kembali dalam hitungan jam.

"Bahkan aku tidak tahu harus apa dengan diriku sendiri," gumamku sembari melihat keatas langit sana.

Malam ini begitu indah, cahaya bintang menjadi hiasan diatas sana, bahkan bulan pun tak kalah indahnya.

Aku hanya bisa tersenyum teduh menatap keatas sana.

Baru ingat jika tas ku masih di ruang tamu. Kuharap semua dari isi tas itu tak basah seperti luar tasnya.

Saat aku mengambil tas ku dan mengecek keseluruhan barang yang didalamnya, ternyata tak basah. Aku baru ingat jika tas ku memiliki lapisan untuk menahan air.

Karena sudah mengecek barang-barang tadi, aku pun membawanya kedalam kamar, dan memisahkan ponsel ku yang termasuk barang-barang tadi ke atas kasur.

Sesudah itu aku kembali untuk menaiki kasur ku dan mengambil ponselku, kini pikirku hanya tertuju pada aplikasi chat.

Ternyata Hoseok tadi mengirim pesan.

-------------------------------------------------------
호석 형 [Hoseok Hyung]

-Tadi hujan, apakah kau kehujanan?

-------------------------------------------------------

Akupun membalas pesannya, karena jika tidak pasti akan dia akan mengeluarkan kalimat kekhawatiran nya itu.

-------------------------------------------------------
호석 형 [Hoseok Hyung]

-Tadi hujan, apakah kau kehujanan?

지민 [Jimin]

-Iya aku kehujanan tadi
-Tapi tak apa

-------------------------------------------------------





Setelah membalas pesan milik Hoseok akupun baru sadar jika ibuku juga mengirim pesan yang menyampaikan jika dirinya dan ayahku tidak bisa datang untuk menemuiku.

Aku hanya mendengus kesal. Lagi-lagi mereka memilih untuk memprioritaskan pekerjaan mereka tanpa memikirkan bagaimana pertumbuhan anaknya ini.

Menaruh ponsel ku diatas nakas, kini aku bingung harus melakukan apa. Hanya melihat langit-langit kamarku.



Rasanya seperti masuk kedalam lorong gelap yang panjang, dan bodohnya aku kini tersesat.

Terlalu hanyut dalam kesendirian sampai tak sadar jika kelopak mataku mulai menutup, hingga aku terlelap dalam tidurku kembali.





-----


Bunyi ponsel yang terus menerus berbunyi, kali ini nada dering nya bukan untuk alarm, melainkan panggilan masuk.

Dengan setengah sadar aku mengambil ponselku dan mengangkat panggil itu dengan keadaan mataku yang masih menutup.


Jimin-ah!

Humm.

Kau dimana?!

Dirumah, diatas kasur.

Kau tidak kesekolah?


.....

Tunggu, sekolah?

Jam berapa sekarang? Oh Tuhan apa aku tidak salah lihat, kini sudah melewati jam 8 pagi.

Jimin-ah, kau masih disana?

E-eoh, iya aku masih, sepertinya hari ini aku tidak berangkat.

Ada apa dengan mu? Apakah kau sakit?

Humm sebenarnya aku sedikit tidak enak badan.

Baiklah, nanti akan kami usahakan untuk menjengukmu, semoga lekas sembuh.

Pip.

Panggilan terputus dari pihak sana sebelum aku mengucapkan perpisahan. Kini aku harus melakukan apa jika sudah seperti ini. Akh kepalaku pening sekali.

Pilihan terbaik yaitu berbaring diatas kasur dan berguling kesana kemari. Benar-benar membosankan.






























Annyeonghaseyo yeoreobun!

Jangan lupa vote ya
Kalo ada saran jangan sungkan untuk menyampaikan.
Terimakasih banyak buat kalian💜

The First MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang