Menyesal / Tidak

52 2 0
                                    

Ingatan masa lalunya muncul dengan kelise cepat seperti tidak terduga. Nafasnya terhambat kelu di ujung kerongkongan. Mata membola dengan ketidak pastian yang nihil. Sebuh cerita ditertawakan nyaring. Takdir yang kejam menyatukan mereka dengan kesalah pahaman yang melintas seperti boomerang.

Lee Yoo berlari dengan perasaan kalut, menerobos para stafnya yang kebingungan. Di depan lobby, korneanya mencari-cari sosok yang langang menyerukan nama adiknya. Apa ia harus percaya bahwa itu dia?? Sosok yang ia cari bertahun-tahun??

Fokusnya menangkap atensi seorang wanita yang serupa berpakaian dengan gadis di aula tadi. Ia berlari mengejar. Membalik tuhuh wanita itu dengan gerakan cepat.

Tapi, nihil!! Dia bukan sosok yang ia cari. Menghempaskan tanganya yang berada di pundak begitu saja. Itu terlalu lancang.

Nafasnya masih memburu, ketika raganya beralih terdiam di dalam ruangan pribadinya. Mengotak-atik isi artikel para wawancara yang hadir hari ini. Lagi, dengan perasaan kalut.

"Itu tidak mungkin."

.

.

.

Brak..

"Dia benar-benar jahat."

Rose melempar kaleng soju di genggamannya. Di salah satu cafe dekat aparetmen Liana. Mabuk adalah hal yang menjadi pengobat depresinya saat ini. "Dia bahkan tidak punya sopan santuh."

"Kau belum tahu apakah kau diterima atau tidak...

"Aku ditolak! Benar-benar ditolak! Dia menyuruhku keluar saat itu juga." Rona wajahnya sangat terlihat, bahakan bekas air matanya masih tercetak di pelupuknya yang bulat.

Liana menatap Rose prihatin, andai saja gadis itu mau bercerita apa yang terjadi!! Tapi sahabatnya itu sangat introvert dalam hal itu. "Baiklah, baiklah. Kau ditolak."

Rose kembali membuka kaleng sojunya yang ke lima. Gadis itu sudah sangat mabuk tapi tidak juga mau berhenti. Bahkan suaranya sudah sumbang dan meracau tidak jelas. Ini masih jam delapan malam, Rose bilang jika Oh Sehun akan pulang larut. Karen itu, Liana berpikir untuk mengantarkan sahabatnya pulang di jam sembilan malam. Satu jam lagi.

Racauan bising Rose mengganggu Liana yang fokus pada laptopnya. Gadis itu mendesisi kesal. "Diamlah! Diam! Sss..." Liana menocba menutup mulut sahabatnya. Namuan Rose memberontak dan memukul-mukul tanganya kuat.

"Kenapa semua orang menggangguku? Apa salahku?"

Seluruh pengunjung cafe menatap mereka dengan pandangan aneh, Liana menutupi wajahnya dengan buku karena malu. "Hey, diamlah!!"

"Apa kau tahu Liana!? Aku mengatakan sesuatu pada si pemarah itu." Alis Liana menukik tajam. Netranya memicing ke hadapan Rose yang dalam keadan mabuk berat.

"Aku bilang padanya kalau namaku Lee Caeyong."

"Siapa itu Lee Caeyong?"

"Saat aku mengatakan itu. Raja kasar itu langsung melotot."

Hembusan napas lelah Liana keluarkan, perkataan Rose tidak berfaedah bagi dirinya. "Kenapa kau menyebutkan nama orang lain?" Namuan dia masih tetap bertanya.

Ekspresi wajah Rose seketika berubah drastis. Gadis bermata bulat itu menunduk dengan air matanya yang kembali mengalir. "Enatahlah.... Kenapa aku melakukan itu?"

.

.

.

Semilir angin berhembus menerpa beberapa tenda di atas atap Next innovation!! Min Tae Soo membawa dua cup coklat panas di dalam keranjang kecil. Menghampri Lee Yoo Chan yang duduk di salah satu kursi kayu.

Pria berkacamata itu mendekat. Mengulurkan satu pada Lee Yoo Chan. "Apa kau melihat apa yang diunggah di SNS?...

...sekarang, tidak hanya kejam, kau sudah menjadi iblis... hahaha!!" Mereka berdua sama-sama tertawa, tak menyadari kebodohannya masing-masing. "Bagaimanapun, presentasimu untuk tahun ini sangat luar biasa. Tapi yang sungguh luar biasa adalah, Ratu Hafalan."

Lee Yoo Chan terkekah ringan. Melepas jas birunya dan sedikit melonggarkan simpul dasi di lehernya. "Tapi.... bukankah dia mengingatkanmu pada sesorang?" Alis Min Tae Soo terangkat sebelah. Menenggok ke sebalah Lee Yoo Chan. "Entahlah... aku melihatnya dari jauh. Siapa?"

"Lupakan saja."

Lee Yoo Chan kembali menyeruput coklat panasnya, sambil kembali berusaha mengingat-ingat wajah gadis yang mengaku sebagai Lee Caeyong. Adiknya!! "Ini."

Lee Yoo Chan melirik Min Tae Soo di sebelahnya, pria berkacamata itu mengulurkan sebuah amplop putih ke hadapanya. "Apa itu?" Alis Lee Yoo Chan mengkerut. "Undangan makan malam dari kementrian Sains dan Komunikasi. Tiga hari lagi. Ibu Jung yang mengatur acaranya. Dia mengundang semua Perusahaan IT. Ini kesempatanmu untuk mendekatinya

pemimpin Next In itu membuang wajahnya malas. Berdecih keras dan menatap amplop di tangan Min Tae Soo kesal. "Dari semua wanita, kenapa harus dia? Aku tidak meyukainya. Dia sangat kuno. Pada awalnya aku terkesan saat dia berbicara tentang Pemerintah, anggaran, ini dan itu... bla..bla..bla... cih!!"

Min Tae Soo terkekah. "Jadi, kau tidak akan datang? Kau tak akan bisa menghindarinya."

"Tidak bisakah kau sendiri yang mendekatinya?"

"Aku yang mengatur semua ini. CEO harus melakukanya secara pribadi."

Lee Yoo Chan melotot kesal, merampas dengan kasar amplop di tangan Min Tae Soo. "Aku percaya padamu. Karena itu aku memilihmu." Min Tae Soo berucap, bangkit dan tersenyum cerah di hadapan Lee Yoo Chan.

"Huh... kau membuatku merinding. Yang benar saja. Rasanya ingin muntah saat mendengarnya."

.

.

.

"Pelan-pelan bodoh!"

"Hey, kau mengataiku bodoh. Ini semua salahmu sendiri, kau terlalu banyak minum."

"Bagaiman jika Oh Sehun tahu?"

"Enatahlah, aku tidak mau ikut campur."

"Ish, dasar tidak berguna. Minggir sana."

Liana melepaskan tubuh Sahabatnya yang sedang oleng, efek terlalu banyak minum. Tubuh kecil Rose terhuyung-huyung memasuki halaman mansion Sehun. Gadis itu terus saja memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Mendengus karena rasa pusing yang tak kunjung hilang. "Kenapa terus beridiri di sana?? Ayo, masuk."

Liana menggeleng, membentarkan letak ranselnya di atas bahu. "Tidak perlu, ini sudah malam."

"Karena itu menginap saja. Tidak perlu khawatir tentang Oh Sehun. Aku bahkan tidak yakin jika dia akan pulang hari ini."

Namuan Liana kembali menggeleng cepat, dan Rose cemberut melihatnya. "Aku tidak mau, sudah masuk saja sana. Istirahat, dan jangan lupa sebelum itu kau harus meinum air perasan lemon. Agar kepalamu tidak terasa sakit lagi." Kata Liana dan Rose menangguk.

"Kau yakin tidak ingin tinggal?"

"Yakin, lagipula aku harus menyelesaikan tugas-tugas kantor. Beberapa perlu mendapatkan refrensi."

"Ya, seperti otatmu."

"Ya, kurang ajar."

Rose menjulurkan lidahnya mengejek, membuat Liana kesal dan bersiapa akan melemparkan sepatunya, jika saja ia tidak lupa itu hanya akan membuang-buang waktu. "Dasar burung hantu gila!! Lihat saja nanti akan ku balas." Liana menghentak-hentakkan kakinya kesal dan pergi begitu saja dari wilayah mansion, membuat Rose tertawa hingga terbahak-bahak. Sungguh menyenangkan bisa mengerjai sahabatnya yang satu itu.

Membuatnya lupa akan rasa sedih yang beberapa jam lalu ia rasakan.

"Dasar gadis nakal."





YOUR DAUGHTER - OOH SEHUN X YOU [COMPLETE] ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang