Shit Of Snow

36 1 0
                                    

Road Closed

Tanganya menghantam gagang setir dengan brutal. Salju turun adalah kesialan untuknya. Sehun mengeram rendah di dalam mobil. Tidak bisa keluar ataupun pergi kemanapun. Rolex di pergelangannya menunjukan pukul sembilan malam. Sial!! Kenapa juga tiba-tiba bisa turun salju. Seluruh jalanan kota telah ditutup sepenuhnya dan ia terjebak di dalam mobil sudah dari setengah jam lalu. Entah kapan saljunya akan berhenti.

Ia harus pulang. Menemui Rose yang sendiri di rumah. Sehun sangat tahu bahwa gadis itu tidak suka salju. Gadis itu membencinya. Dingin dan menyesakan!! Lagi Sehun menggeram. Tidak ada sinyal di ponselnya. Apa yang harus ia lakukan saat ini??

"Sialan."

Kaca mobil di buka sebagian. Melirik sekiranya penjaga ataupun seseorang yang dapat membantunya keluar dari kondisi ini.

Tidak ada!!

Tidak ada siapapun di sana. Hanya ia yang bodoh keluar dan nekat mengendarai mobil di saat 12 Desember. Itu waktunya salju turun!! Hari ini benar-benar sial untuknya.

Suaranya terdengar mengerang kembali. Dengan kekacauan membentur-benturkan dahinya di handle setir. Ia terlalu kesal.

Tok..

Tok..

Tok..

Apa itu??

Sehun mendongak dengan tampang barang!!! Seseorang mengetuk kaca mobilnya?!

Siapa?

Di tengah badai salju ini!!

Srek..

"Anda terjebak tuan!! Butuh bantuan?"

Alisnya mengerinyit, menghantatkan tatapan waspada pada sosok pria bermantel coklat di luar mobilnya.

Sehun menggelang. "Saya tidak mengenalmu." Pria itu tersenyum. Memakai masker di wajahnya yang memerah karena dingin. Pria itu membukanya.

"Alexander."

"Alexander??"

Pria di luar mobil Sehun tampak mengosok-gosokan kedua telapak tangannya. Wajahnya benar-benar sudah memerah dan Sehun tak kunjung membuat keputusan. "Panggil saja Alex! Tuan, jadi Anda butuh bantuan atau tidak??"

Sehun melirik sekeliling dan pria itu bergantian. Tidak ada pilihan lain selain ikut denganya. "Baiklah."

.

.

.

"Anda nekat sekali menerobos salju!! Tuan, Anda bahkan dengan berani menerobos palang pembatas?"

"Saya harus cepat pulang."

Dia orang baik atau tidak Sehun tidak tahu. Yang ada di pikiranya saat ini pulang dan mengecek keadaan Rose di dalam rumah. Sedang apa dan bagaimana keadaan gadis cantiknya Sehun sangat ingin tahu.

Bahkan, pria pucat itu tidak bisa diam di duduknya sedari tadi. Tampak gusar dan khawatir. "Apa ini tentang seorang gadis." Bola mata Sehun bergulir ke samping. Pria asing itu sedang berkendara dengan sangat santai. Sehun merutuki hal itu, jika saja ia tidak merasa berterima kasih dan sopan pada sosok asing ini. Sehun bersumpah akan memakinya saat ini juga.

"Ya."

"Dia kekasih anda? Atau seorang istri, mungkin?" Banyak tanaya sekali.

"Ya, itu sebentar lagi."

Pria asing itu mengangguk dengan senyuman. Senyuman misterius yang tak Sehun sadari. Pria itu membanting stir ke arah kanan. Sehun mengerinyit bingung!! Ini bukan arah mansionya. Apa-apaan ini??

"Maaf! Tapi ini bukan arah menuju rumah saya?"

"Saya harus membeli sesuatu di kedai sana!! Maaf tuan- jika Anda bersedia untuk menunggu sebentar??"

Sehun mendesah frustasi. Sialan!! Waktunya benar-benar terbuang percuma sepanjang hari ini. Meeting berjam-jam, berkas yang menumpuk, dan gala diner dadakan dengan kolega baru. Semuanya menguras seluruh quality timenya bersama Rose. Tidak ada celah!! "Baiklah."

Audi merah itu terparkir di pinggiran Kedai. Tampak usang dipandangan bahkan ketika di Tutup salju. Pria itu keluar. Mengeratkan mantel tebalnya dengan kuat. "Tidak ingin masuk juga Tuan?? Di dalam menjual beberpa minuman hangat. Jika anda mau."

"Baiklah."

Kring!!

"Ahjumma!!" Sehun sempat berpikir apa yang sebenarnya ingin di beli pria sing itu. Menimbang-nimbang juga apa sebenarnya unsur pria itu dengan tiba-tiba menghampiri dan memberikanya sebuah bantuan. Bahkan tanpa diminta.

Wanita paruh baya dengan pakaian hangat muncul dari bilik kecil toko. Dengan senyuman menghampri Sehun dan pria bernama Alex itu pelan. Bahkan langkahanya sudah rentan. "Bisa buatkan saya satu bungkus bubuk coklat? Yang seperti biasa!!"

"Tentu saja- dan Tuan...

"Apa ada Americano??"

Wanita itu mengangguk. "Buatkan satu."

"Anda suka Americano??" Sehun mengangguk.

Mereka berdua duduk di atas kursi di dekat jendela kedai. Kedua sudut alis Sehun menukik aneh memperhatikan kondisi yang sangat sepi. Hanya mereka berdua, tidak ada pengunjung yang lain. "Disini sangat nyaman." Atensi Sehun terlaih.

"Tempat ini sangat sepi. Kedainya usang. Apa tempat ini sudah sangat lama dibangun?"

"Ya, mereka membangun tempat ini cukup lama. Sejak dua belas tahu lalu."

Tak lama. Wanita paruh baya itu datang dengan sebuah paper bag kecil dan satu cup kopi hangat yang Sehun pesan. Kedua pria itu tersenyum pada si wanita tua. "Sebaiknya kalian tunggu disini hingga badainya reda. Tidak baik berkendara di jalana yang licin. Sesuatu yang buruk bisa saja terjadi."

Lima lemar won Sehun letakan di atas meja. Matanya melirik kaca kedai yang bahkan berembun karena uap salju. "Itu benar. Tapi Tuan ini sangat ingin pulang dengan cepat. Seseorang menunggunya di rumah!! Benar,' Tuan??"

Tidak mendengarkan ataupun menyahuti perkatan pria yang menolongnya. Sehun menyeruput kopinya begitu saja. Menyesap minuman favoritnya yang menguap karena hangat. "Kita harus cepat pergi. Kopinya enak!! Terima kasih."

Menarik kuri yang sempat di dudukinya tadi. Sehun membenarkan tatanan jas sesaat sebelum melangkah keluar begitu saja.

Pria bernama Alex itu memadang kepergianya sekejap. "Sudah kau lakukan?"

"Ya."

"Kerja bagus!" Tampang wanita tua itu berubah berbinar, menatap satu amplop tabal di tanggan Alex. "Tutup rapat kejadian ini. Kau mengerti?" Wanita itu lagi-lagi mengangguk. Mengibaskan amplop bersisi lembaran won ke dapan wajah.

"Apapun itu. Demi uang."

YOUR DAUGHTER - OOH SEHUN X YOU [COMPLETE] ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang