Kepala Sehun terasa berat. Terhuyung ke depan saat pria bernama Alex itu menjatuhkannya ke atas sofa. "Anda sepertinya terserang demam!! Saya akan pergi ke dapur sebentar."
Matanya berkeliling. Memandang ruangan yang tampak berantakan di matanya.
Ia dimana??
Tubuhnya mencoba bangkit. Sehun berdiri dari duduknya. Dan berjalan menuju pintu keluar sebelum suara seseorang mengalihkan niatnya.
"Oh Sehun!!"
.
.
.
Rose duduk di atas meja makan, menunggu Sehun pulang dengan menu makanan yang telah ia siapkan sebagai kejutan. Namun waktu telah berlalu satu jam dari jangka waktu yang Sehun tetapkan akan pukul berapa ia pulang. Jam telah menunjukan pukul sepuluh malam, namun Sehun tak juga menunjukan intensitasnya. Rose melirik ponsel, mendesah pelan ketika tak ada balasan satupun yang ia terima atas pesan yang ia kirim pada pria itu.
Waktu berlalu dua jam, pukul menunjukan angka dua belas malam. Makanan yang ia buat telah mendingin dengan sempurna, rasa hambar akan terasa apabila dibiarkan terbuka terlalu lama. Pelupuk sayunya pun menyipit, kantuk mendera namun Sehun tak kunjung muncul.
Waktu telah berjalan tiga belas menit, pukul menunjukan angka dua belas lewat. Sehun tak kunjung muncul, Rose mengerjapkan irisnya. Mencoba bertahan pada rencana Sehun yang akan pulang pukul berapa, barangkali Sehun terjebak salju di luar. Mungkin opsi tersebut terdengar pas, tak apa pasti tengah berteduh saat ini.
Namun detik kemudian Bel pintu Mansion berbunyi, membuat Rose sigap berlari ke arah pintu
Senyuman merekah meskipun irisnya dilanda kantuk. "Sehun, kau- pulang.." ucapannya memelan kala apa yang terlihat di depannya, tubuhnya terpaku tak percaya. Sebuah hantaman mengenai hatinya, tepat pada rasa sakitnya yang ia coba benamkan.
Inikah penantian Rose? Penantian untuk menunggu Sehun dengan sebuah kejutan kecil yang dihancurkan dengan wanita bergaun merah ketat tengah memapahnya yang tengah tak sadarkan diri.
"Oh, Hai?" Gwen tersenyum dengan kesusahan akibat bobot Sehun menekan tubuhnya, bentuk bibirnya yang terpoles lipstick merah merekah sesekali meringis."Boleh aku bertanya kau siapa?" Ia menilai penampilan Rose dari atas hingga bawah.
Sebenarnya apa yang tengah kau lakukan padaku, Oh Sehun?
Jemari Rose terkepal kencang, ia merasa lucu lagi. Bahwa ia berharap lagi, kemudian dihempaskan lagi, ia memberi kesempatan lagi, namun di jatuhkan kembali. Pelakunyapun sama. Seorang lelaki. Pelupuknya menggenang samar oleh air mata, Rose mengambil napas sejenak, menghembuskan kembali. Menelan kenyataan yang membuatnya ingin meraung pada semasta.
"Aku..."
"Apa kau adik Sehun, atau pelayannya?" Seronoh Gwen memotong ucapan Rose. Wanita itu tak tahu diri ketika mempertanyakan posisi apa yang mengisis sekarang.
Rose terdiam dengan miris, hambar akan semuanya, ia melihat Sehun yang tampak luruh, membuatnya sakit berkali-kali lipat. Brengsek, seharunya Rose memang tak perlu sepercaya itu pada omong kosongnya untuk brubah, ia sudah tahu, harusnya Rose pasrah. Mungkin jika ia harus menjawab, ya, pasrah akan apa yang terjadi adalah salah satu jawaban terbaik. Kenyataan pahit terus menerpanya tanpa lelah.
"Kau benar, aku pelayannya." Jawabnya sumbang tanpa makna.
Gwen mengangguk, ia menarik Sehun untuk beridiri dengan benar, membuat Rose bagai teriris oleh belati karat. "Boleh aku masuk, ini sangat menyulitkanku. Tubuh Sehun benar-benar berat." Gerutunya membuat Rose sesak, tercekat oleh suaranya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR DAUGHTER - OOH SEHUN X YOU [COMPLETE] AND
Random"Ijinkan aku menikahi anak perempuan'mu."