"Oppa."
"Hmm!?"
"Apa aku boleh meminta sesuatu padamu?"
"Apa?"
Aku merasa gugup saat ini, fifty shades Sehun terlihat sangat Dominan, tentu saja. Dia seorang Damon!! Aku menciut dengan kesepuluh jari merapat, meremas helaian lembut selimut di atas tubuhku.
Sehun tertidur menyamping, menghadap ke arah ku. "Aku bosan seharian dirumah, selama satu minggu ini." Tanganya mengelus surai hitamku, fifity Sehun benar-benar tajam. Aku menciut.
"Aku tahu kau punya beberapa kenalan di sini!! Berkunjung saja jika kau mau." Kata Sehun, dia sedikit mendudukan tubuhnya, bersandar di kepala ranjang dengan kedua tangan terlipat, lagi-lagi menatap ke arahku.
"Benar, tapi yang ada di pikiran mereka saat ini aku sudah tiada."Aku meliriknya yang membola ketika aku selesai bicara. Tapi kenyataannya memang begitu, teman-temanku yang ada di negara ini hanya tahu jika aku tiada. Lagi pula, setelah kejadian beberapa tahun lalu. Aku sama sekali belum membeberkan kebenaran pada siapapun kecuali, Jongin dan Sehun.
"Kau ingin melanjutkan studies'mu??"
Sehun mengalihkan pembicaraan.
Aku tahu, dia sangat tidak ingin nama ayahnya tercoreng. Walau dia juga tahu sebejat apa perbuatan ayahnya.
"Tidak, perlu." Aku berucap malas, menarik selimut putih hingga sebatas leherku.
Aku kembali melirik Sehun, pria itu sedang mendongak dengan senyuman samar menatap ke langit-langit kamar. "Baiklah."
Aku mengerinyit. "Kenapa?" Dan aku malah bertanya kembali. Tentu saja, setidaknya Sehun harus tahu jika aku juga menginginkan kembali bersekolah. Tapi pria itu malah menyudahi topik pembicaraan.
"Ku kira kau yang menolaknya, tadi. Kau sangat aneh." Aku melihat Sehun tersenyum, dia sangat tampan. Aku mengakuinya, seperti Alexander dari Mesir. Aura jantanya sangat menguar.
Feromon Sehun sangat kuat.
"Aku hanya bertanya."
"Sebenarnya untuk apa juga kuliah, jika ujung-ujungnya hal yang akan kau lakukan nanti adalah menyambutku pulang, memasak, dan membersihkan rumah?" Mataku membola sejenak, enak saja. Aku tidak mau jadi seorang ibu rumah tangga. Wanita karir lebih terdengar bagus.
That's great.
"Tapi kurasa, pendapatmu yang sebelumnya ada bagusnya juga. Kembali berkuliah tidak seburuk yang dibayangkan, setidaknya aku tidak jadi seorang yang tak berguna. 'Untukmu'." Suaraku mencicit diakhir, tapi kurasa telinga Sehun sangat tajam seperti milik fox, like a Rubah right. Pria itu bahkan sudah dengan tak tahu malu menindih tubuhku yang masih setia menyamping, sungguh, rasanya sangat berat seperti terjepit oleh berton ton karung beras. Sehun itu berat, ayolah..
Aku merengek. "Oppa," tapi Sehun tak peduli, menarik tubuhku hingga berbalik. Terlentang menghadapnya.
Sehun menyeringai, seperti Psychopath.
"Baiklah, kau akan berkuliah. Aku akan mendaftarkanmu lusa." Mataku sedikit berbinar, rencanaku berhasil. "Kau harus menjadi ibu yang cerdas untuk anak-anak kita kelak." Aku memutar bola mataku malas, dasar pria gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR DAUGHTER - OOH SEHUN X YOU [COMPLETE] AND
De Todo"Ijinkan aku menikahi anak perempuan'mu."