Semerbak rindu kuasai udara panas, senjapun ikut berdebar menanti beritamu tentang perang dan cinta.
Buai angin senja ingatkan ia akan air mata yang mengering dan dendam merakasa.
Beberapa penyair sibuk bersembunyi di balik puisi, hujan, gemintang, ufuk, gunung, pantai, jingga, lembayung, kopi, renjana, juga berbagai kata romantis lainnya, untuk kemudian lupa pada fakta bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Hingga akhirnya kata-kata hanyalah hiasan semata.
"Kau pikir siapa orang yang selama ini kau puja, kau banggakan. Siapa dia, hanya orang berengsek dan sial itu adalah ayahmu Oh Sehun."
Nafasnya memburu, parasnya membara dengan emosi melupa ke permukaan.
"Kau menyalahkan orang lain, kau menyalahkan Jongin yang tidak bersalah sama sekali, kau menuding orang yang malah meyelamatkanku dan membela seorang pembunuh."
Sehun tercekat, tanganya mengepal di samping kiri dan kanan tubuhnya, matanya membara dengan emosi meyeruak, ayahnya dihina apa-apaan itu. Berengsek.
"Jaga ucapanya. " adalah pertama kalinya setelah mereka dipertekukan kembali, Sehun membentak Rose yang terkejut juga memanas menahan sesak di hatinya.
Rose hanya ingin Sehun tahu jika bukan Jongin yang mengambilnya, merebutnya, tapi ayahnya. Ayah nya lah, Oh Jung Seok yang merencanakan pembunuhan atas dirinya. Pria itu membenci dirinya, dirinya yang bahkan tidak tahu apa-apa tentang semua itu. Semua yang di takuti Oh Jung Seok akan Sehun, putranya.
"Kau tinggal bersama seorang bajingan bertahun-tahun, pantas saja. Kau juga sama dengannya, kalian semua bajingan." Rose membelalak.
Netra Sehun memang memicing, pria itu menatap jengkel Rose yang tersenyum di tempatnya, senyum yang selalu dapat meruntuhan pertahanannya. Lihat saja, bagimana pria Oh itu dengan refleks menangkup kedua pipi Rose yang masih setia tersenyum.
"Jangan."
"Jangan lakukan itu, dan biarkan aku membencimu untuk hal ini."
Rasanya sangat sakit mengatakan hal itu. Bagaiman bisa dia membenci wanita itu, wanita'nya. Tidak, bahkan jika diingat kembali, pria itu bukannya hampir depresi akibat ulahnya.
Sialan.
"Lakukan saja, ada Jongin di sampingku, aku akan bersamanya jika kau melakukannya."
Semua itu dapat dilihat Jongin, kedipan mata cantik wanita dengan gaun biru itu padanya. Jongin mengerti, pria Kim itu bangkit walau dengan susah bibir sexynya merintih menahan sakit.
Jongin memandang Rose, wanita itu mengangguk, dan lagi Jongin tahu. Perasaanya tidak akan pernah di hiraukan. Ia hanya bahan di sini, karna itu ia pergi tanpa kata meninggalkan mereka berdua dengan argumentnya masing-masing.
"Jika dia ingin hancur, maka coba saja." Sehun makin membawa wajah kecil Rose ke hadapanya. Merengkuh halus lembut wajah itu yang bersinar di bawah lampu hias. Wanita itu masih tetap sama.
"Ayahmu merencanakan pembunuhan terhadap ku, Jongin menghubungiku waktu itu. Dia berkata jika ayahmu menyuruhnya berbuat sesuatu sebelum akhirnya kecelakaan itu terjadi."
Rose sedang berdiri di closest yang cukup besar, ruangan itu berisis pakaianya dan juga Sehun yang sudah tersusun rapih.
Mata gadis itu menyipit, tampak berpikir sekiranya yang mana kemeja yang di maksud Sehun. Pria itu memiliki banyak kemeja putih di lemarinya, lalu yang mana sekiranya harus ia gunakan.
Mengobrak abrik isi lemari itu, sepatu, jam, jins, coat, dan interior lainnya. Pria pucat itu di penuhi kemewahan dalam segala hal membuatnya minder.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR DAUGHTER - OOH SEHUN X YOU [COMPLETE] AND
Acak"Ijinkan aku menikahi anak perempuan'mu."